Yeremia 13:27b
“Celakalah engkau, hai Yerusalem, berapa lama lagi hingga engkau menjadi tahir?”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 142; Yohanes 19; Zakharia 4-6
Pada sebuah kesempatan, kami sekeluarga
berkunjung ke sebuah taman bermain. Selain banyaknya wahana permainan yang seru, jajanan yang ada juga selalu menggoda untuk dicicipi.
Karena hari mulai panas, saya melihat sebuah
kios es krim yang menjajakan es krim dimana kita bisa memilih sendiri topping
yang kita sukai. Setiap orang yang mengunjungi kios tersebut kemudian membawa es krim dengan berbagai varian. Sangat menarik, ungkap saya.
Semenit kemudian saya melangkah ke arah kios,
bersiap untuk memesan 2 buah es krim vanilla. Satu untuk anak saya, sementara
satunya untuk keponakan saya. Es krim yang saya pilih punya topping butiran
coklat warna-warni, sementara satu es krim lainnya dipadukan dengan celupan coklat.
Belum lama saya melangkah keluar dari kios,
saya mengalami sebuah pengalaman yang tidak mungkin bisa dilupakan. Rasa panas
membuat kedua es krim yang saya pegang langsung meleleh. Es krim yang semula
nampak cantik tersebut mulai menetes ke tangan saya, dan menyisakan rasa lengket setelahnya.
Tidak mau menyerah, saya tetap melanjutkan
perjalanan. Belum juga saya sampai pada tempat dimana putri dan keponakan saya
sedang bermain, hampir setengah es krim yang ada di tangan saya sudah meleleh
dan membuat tangan saya kotor. Tidak cukup 3 lembar tissue untuk meninggalkan bekas lengketnya.
Setelah saya tiba, seluruh tangan saya tertutup
oleh es krim, menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitar. Saya tidak
tahu harus berbuat apa. Setelah berusaha untuk membersihkan dan mengamankan es
krim tersebut agar tidak mubazir, saya justru membuatnya semakin tidak terkontrol.
Peristiwa ini membuat saya langsung merenungkan
saat-saat dalam hidup tentang sebuah pilihan. Seringkali saya terlalu yakin akan setiap pilihan yang diambil.
Saya tidak menyadari kalau ternyata ada tanda
atau peringatan dalam hati nurani saya yang mulai meleleh, yang bisa
meninggalkan bekas lengket yang mengganggu. Namun, apakah saya langsung menyingkirkan pilihan tersebut? Tidak selalu.
Ada saatnya dimana masih bersikeras pada
pilihan tersebut. Saya masih meyakini kalau itu adalah yang terbaik, meski Tuhan sudah mulai mendorong saya untuk mulai membersihkan kekacauan tersebut.
Malamnya, saya mulai teringat pada kekacauan
selama perjalanan iman Kristen saya. Sebuah pola pemikiran lama yang meninggalkan jejak kehancuran; kompromi.
Dosa bisa sangat menggoda saat kita melihatnya
sekilas. Ia menjanjikan banyak kenikmatan dan rasa manis. Tapi, pada akhirnya,
kalau saja kita nggak langsung berbalik pada Tuhan, hanya akan ada sisa-sisa
rasa bersalah yang ada. Untuk bertobat, kita harus melepaskan kenikmatan tersebut dan membersihkan apa yang dijanjikan oleh dosa tersebut.
Dosa adalah sebuah kebohongan.
Saat ini Tuhan sedang bekerja untuk membuat
kita bersih dan baru. Dosa bukanlah perkara yang menyenangkan. Dosa membuat
kita jauh dari Tuhan. Kita harus berhati-hati terhadap apa yang ditaruh dalam
pikiran dan tindakan kita. Milikilah komitmen untuk membuang es krim tersebut dan segeralah membersihkan diri dari rasa lengket yang tidak nyaman.
“Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan
hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita
telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.” (Ibrani 10:22)
Hak Cipta © Joanne Reese, digunakan dengan
izin.