2 Korintus 3:16
Tetapi
apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu129[/kitab]; [kitab]yohan6[/kitab]; [kitab]yerem32-33[/kitab]
Ketika itu saya berumur
enam tahun dan ibu saya bekerja selama berminggu-minggu menjahit kostum
Halloween yang saya minta. Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ibu
saya mendandani saya dengan kostum penyihir hitam, melukis hijau wajah saya,
dan menutupinya dengan topi runcing besar berwarna hitam. Saya sangat
bersemangat! Saya hampir tidak sabar melihat bagaimana tampang saya. Setelah
dia menyelesaikan sentuhan terakhir dan merasa puas semuanya sempurna, dia
membiarkan saya kalah berlari ke kamar mandi di mana saya melihat ke cermin dan menangis.
Bingung, ibu bergegas ke sisi saya, "Sayang, ada apa?"
Sambil terisak tak terkendali, saya bicara tergagap-gagap, "Mama, saya jelek!"
Dia tidak mengungkit-ungkit
permintaan semula saya kepadanya yakni untuk menjadi penyihir. Dia juga tidak
mencoba membujuk untuk menyukai kostum yang dengan begitu kerja keras dibuatnya.
Dia bahkan tidak memarahi karena kemungkinan ini akan membuat kita semua
terlambat. Saya hanya ingat dia dengan lembut membungkuk untuk menanyakan satu pertanyaan. "Sayang, kamu ingin jadi apa?"
"Tuan Putri," saya tersedu-sedu sambil menghapus air mata.
Melakukan inventarisasi terhadap
semua perlengkapan menjahit dan kerajinannya, dia kemudian melihat kembali ke
wajah saya yang berlinang air mata, "Bagaimana kalau saya menjadikanmu seorang pengantin yang cantik?"
Sampai hari ini, saya masih
belum tahu bagaimana dia mengubah penyihir perempuan bertopeng hitam, berleher
hijau, dan sedih itu menjadi pengantin yang dipenuhi bunga putih, memerah, dan
penuh bunga. Namun yang lebih membingungkan saya, mengapa kita, sebagai orang
dewasa, masih menderita dengan perjuangan yang sama? Kita menghabiskan
hari-hari kita mencoba untuk menyesuaikan dengan gambar yang masyarakat katakan
agar kita bisa diterima, dan kemudian kita semua sengsara, masing-masing mencoba untuk menjalani kehidupan yang tidak pernah kita rancangkan.
Jauh di lubuk hati, jika
kita benar-benar jujur kepada diri sendiri, kita semua dibesarkan dengan impian
menjadi pangeran atau putri, pahlawan pria atau pahlawan perempuan: pria yang
memperjuangkan keadilan dan melindungi yang tidak bersalah, dan perempuan yang ingin disayangi dan dicintai.
Akan tetapi di suatu jalan,
kita memakai topeng, berusaha mati-matian untuk masuk ke dunia yang tidak lagi seperti
apa yang Tuhan telah maksudkan untuk kita tinggali. Ketika dosa meracuni ras
manusia dan dunia serta semua yang ada di dalamnya, semuanya menjadi terbalik.
Benar jadi salah, dan salah menjadi benar, serta hanya melalui mata seorang
bocah enam tahun, kita dapat melihat bahwa seorang gadis kecil tidak
dimaksudkan menjadi penyihir yang buruk, melainkan seorang mempelai perempuan yang cantik.
Ketika kita melihat ke
cermin dan tidak lagi tahu siapa kita, itu karena kita telah lupa siapakah yang menciptakan kita,
“Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27).
Hanya ketika topeng dicopot, kita akhirnya bisa melihat dengan jelas,
“Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Korintus 3:16-18)
Baca Juga: Karena 'Topeng' Keluarga Pendeta, Penyanyi Rohani Ini Ngaku Menolak Kristen, Lho
Jadi lepaskan topengmu dan
rangkullah pribadi dimana Allah Bapa mau kamu jadi seperti itu yakni: Anak-Nya
yang terkasih. Dan jika kamu adalah anak seorang Raja, kamu benar-benar telah
menjadi pangerannya, kamu benar-benar telah menjadi putri-Nya ... dan hal tersebut bukanlah dongeng.
© 2012 Shadia Hrichi. Digunakan dengan izin.
Allah
Tidak Pernah Merancangmu Menjadi Serupa dengan Dunia Ini; Ia Merancangmu agar Menjadi
Serupa dengan Kristus.