2 Korintus 4:7
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 140; Yohanes 17; Hagai 1-2
Saya ingin berbagi dengan kamu ilustrasi yang indah yang saya dengar bertahun-tahun lalu yang masih berbicara kepada hati saya setiap kali pemikiran ini muncul, "Saya tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar". Ini adalah pelajaran dari "Bejana Yang Retak."
Bertahun-tahun yang lalu, di sebuah desa Timur Tengah yang sangat miskin, berdiri sebuah sumur batu kuno. Di samping itu juga ada dua bejana penyiraman besar. Salah satunya seperti baru, bentunya indah, bahkan memiliki lekukan yang anggun dangan pegangan melengkung pada sisinya.
Yang lain, tidak baru namun masih berguna, telah retak selama bertahun-tahun. Dari waktu ke waktu, bejana yang retak itu diabaikan oleh orang-orang dengan pengecualian seorang gadis desa kecil. Dia menyukai bejana yang itu bertanya pada gadis kecil itu, "Mengapa kamu terus menggunakanku, kamu tahu aku retak dan tidak bisa menampung air yang sangat dibutuhkan olehmu dan keluargamu?" Gadis kecil itu tidak mengucapkan sepatah kata pun tetapi membawa bejana yang retak itu ke jalur yang sudah dikenalnya, ia melakukan perjalanan melewatinya setiap hari.
Dengan suara kecilnya dia berkata, "Inilah sebabnya aku memilihmu." Di sana, bejana itu melihat deretan bunga liar indah yang bermekaran di sepanjang jalan karena air yang menetes dan bocor dari bejana itu. Bibit bunga yang tertanam mendapatkan siraman air saat dia melewatinya setiap hari. Bejana retak itu untuk pertama kalinya melihat nilainya melalui mata seorang gadis kecil yang penuh syukur.
Sama seperti bejana yang tidak begitu sempurna, Penjunan Agung kita menggunakan kita sebagai karya Tuhan meskipun kita tidak sempurna. Kadang-kadang, sayangnya, kita harus ditempatkan kembali pada roda tembikar untuk dibentuk ulang. Ini bukan proses yang menyenangkan tetapi perlu dilakukan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang Tuhan katakan harus dibuang! Bahkan dalam masa-masa yang lebih serius, Tuhan akan benar-benar menghancurkan kita dan memulai proses dari awal. Semua karena Dia mengejar sesuatu di dalam kita yang pada akhirnya akan menghasilkan bejana kehormatan bagi kemuliaan-Nya.
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18: 4
Kamu harus tahu bahwa kamu berada di tangan seorang ahli, berikut adalah beberapa "bejana retak" yang lebih terkenal yang bisa ditemukan dalam Alkitab:
- Nuh adalah seorang Pemabuk
- Elia adalah seorang Depresi
- Petrus adalah seorang Pengecut
- Yakub adalah seorang Penipu
- Rahab adalah seorang Pelacur
- Samson adalah seorang Mata keranjang
- Musa memiliki masalah Kepercayaan diri
- Daud adalah seorang Pezinah dan Pembunuh
- Wanita Samaria itu Bercerai (beberapa kali)
Kita mungkin menemukan diri kita gagal menurut diri kita. Tetapi sama seperti para pahlawan iman di atas, Tuhan telah berjanji untuk menjadi harta kita selama berada di dalam bejana tanah liat ini. Haleluya! Kita memiliki Tuhan yang abadi yang tinggal di wadah yang bisa pecah. “Yang Sempurna" tinggal di dalam "yang tidak sempurna." Sungguh paradoks ilahi!
Saya menemukan diri saya hari ini masih merupakan salah satu karya-Nya yang sedang dibentuk. Tidak akan mengejutkan saya jika suatu hari saya menemukan, terukir dalam pada "bejana tanah liat" ini, tanda tangan Pencipta saya yang pengasih. Bersama dengan hal itu akan tertulis kata-kata berikut:
"Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." 2 Timotius 2:21
Maka saya akan benar-benar menjadi mahakarya yang sudah selesai, siap untuk membawa kehormatan dan kemuliaan ke tangan Sang Penjunan.