Takut Mati Secara Fisik? Mana Lebih Ngeri Daripada Kematian Seperti Ini?
Kalangan Sendiri

Takut Mati Secara Fisik? Mana Lebih Ngeri Daripada Kematian Seperti Ini?

Naomii Simbolon Official Writer
      3631

1 Tesalonika 4:13-14

"Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia."

 

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 130; Yohanes 7; Yeremia 37-38

Nenek saya menghembuskan nafas terakhirnya di usia 91 tahun dan selama beberapa hari setelah kematiannya, saya merenungkan firman Allah ini dengan sungguh-sungguh. Ketika Allah berbicara mengenai seseorang yang sudah meninggal, itu berarti merujuk kepada seseorang yang mati secara fisik.

Tetapi ketika Alkitab menggunakan kata mati, itu biasanya mengacu kepada kematian rohani atau keadaaan di mana kita terpisah dari Tuhan. Yang artinya, seseorang mungkin hidup dan sehat secara fisik, tetapi mati secara roh atau terpisah dari Tuhan.

Rasul Paulus mengatakan bahwa dia nggak ingin kita menjadi nggak tahu soal ini. Paulus mengatakan bahwa dia nggak ingin kita memiliki pengetahuan atau pemahaman yang kurang mengenai orang-orang yang meninggal secara fisik atau mati secara jasmani, karena kalau tidak, maka dalam kehidupan ini kita akan seperti orang-orang yang nggak memiliki harapan.

Saya bersyukur karena nenek saya adalah orang percaya.

Nah, beberapa hari sebelum nenek saya meninggal, saya bertanya kepadanya apakah dia pernah berpikir bahwa saya akan tumbuh menjadi seorang pengkotbah atau pendeta.

Meresponi itu, dia hanya senyum karena dia nggak bisa bicara, lalu kami mulai tertawa mendengar pemikiran saya itu.

Yap, karena masalahnya hidup ini bukan tentang di mana kamu memulai, tetapi bagaimana dan di mana  kamu menyelesaikannya.

Nenek saya sudah menjadi janda selama 37 tahun, sebab kakek saya meninggal 2 minggu sebelum saya lahir ke dunia.

Selama hidupnya, nenek tetap teguh dan kuat. Selain kehilangan suaminya, dia juga kehilangan seorang anak perempuannya, dua bayi laki-lakinya dan beberapa saudara kandungnya.

Tetapi, seperti yang ditulis oleh Paulus bahwa kita nggak perlu, "berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan."

Sebagai orang Kristen, kita memiliki harapan! Ya, rasa sakit karena terpisah dengan orang yang kita cintai di bumi ini memang sangat sulit, tetapi bayangkan bagaimana jauh lebih sakitnya ketika kita kehilangan Allah, dimana kita nggak memiliki Roh Allah yang hidup  dan tinggal di dalam diri kita sebagai orang percaya.

"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,...oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,.." (Kolose 1:3,5)

Ada perbedaan antara harapan yang alami dengan harapan yang spiritual. Dengan harapan yang alami, kita bisa kecewa. Tetapi dengan memiliki pengharapan yang spiritual, maka kita bisa memiliki keyakinan. Dan itulah arti dari kata harapan, itu adalah kepercayaan yang pasti hal-hal yang akan terjadi atau datang.

Itulah mengapa firman Allah mengatakan,

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibarani 11:1)

Dan mengikuti contoh bapa iman kita, Abraham, kita harus percaya pada Tuhan, kita harus memiliki harapan secara spiritual, harapan yang memang bertentangan dengan harapan secara natural (Roma 4:18)

Tetapi meskipun demikian, tetapi ingat bahwa merangkul harapan secara rohani atau spiritual nggak akan menghentikan air mata atau rasa sakit kita karena kehilangan ya. Kita hanya dihibur dengan pemikiran bahwa orang-orang yang kita cintai yang percaya kepada Yesus sudah tertidur dan istrahat bersama dengan Tuhan Yesus dan kita akan bergabung dengan mereka suatu hari nanti.

Paulus memberitahukan kita di kitab Tesalonika,

"...yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia." (1 Tesalonika 5:10)

Jadi, kita nggak perlu bertanya-tanya di mana orang-orang yang kita cintai berada ketika mereka meninggal. Mereka ada bersama Yesus Tuhan kita!

Bahkan berita terbaiknya diberitahukan kepada kita, bahwa mereka hanya beberapa menit di depan kita, karena kita akan hidup dalam perjanjian indah lainnya dalam Firman Tuhan,

"Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." (2 Petrus 3:8)

Memang pikiran kita sulit mengerti tentang  keabadian, tetapi hal itu nggak bisa dibandingkan dengan detik, jam dan menit yang kita jalani saat ini. Jadi, meskipun saya hidup 100 tahun lagi, dan Yesus datang kembali, maka nenek saya hanya akan bersama dengan Yesus beberapa jam sebelum saya datang bergabung dengannya.

Jadi ketika kamu mengingat orang-orang yang kamu cintai, berpeganglah pada harapan rohanimu. Dan lebih lagi, bagikanlah imanmu sehingga orang lain juga memiliki pengharapan, seperti yang sudah kita lihat bahwa,  "Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus." (Titus 2:13)

 

Hak Cipta © Daphne Delay, digunakan dengan izin

 

Ikuti Kami