Kita Tak Tahu Kapan Kematian Akan Datang, Tapi Percayalah Kita Akan Ada di Kekekalan
Kalangan Sendiri

Kita Tak Tahu Kapan Kematian Akan Datang, Tapi Percayalah Kita Akan Ada di Kekekalan

Lori Official Writer
      3217

Yohanes 11: 25-26

"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"


Bacaan Alkitab Setahun:   Mazmur 140; Yohanes 17; Hagai 1-2  

"Teruntuk Ayah dan Ibu yang terhormat,

Sepertinya kita bisa pergi ke luar negeri untuk tugas selama dua atau tiga bulan. Aku pikir kita tidak pergi untuk bertempur. Pepatah lama mengatakan ‘seorang prajurit yang baik tidak akan pernah mati’ jadi jangan terlalu memikirkannya. Aku adalah salah satu prajurit yang terbaik itu!

Dari prajuritmu

Eugene

Surat itu diberi cap pos 16 Juli 1944, dari Paman Gene seorang infanteri berusia 28 tahun dari Angkatan Darat di Perang Dunia II. Membuka surat kuning itu seperti mengambil langkah mundur selama 68 tahun sebelumnya.

Keluarga kami sedang menjalani tugas yang sulit tapi penting bagi kami untuk menemukan surat itu. Ibu mertuaku meninggal, jadi kami memeriksa semua barang-barang peninggalannya dan akan menjual rumahnya. Apa yang harus ditinggalkan? Apa yang harus dibuang? Bahkan benda-benda terkecil sekalipun membangkitkan kenangan yang tak terlupakan dan emosi yang melekat pada barang-barang itu memilukan hati kami.

Di satu laci, kami menemukan daftar pengunjung dari pemakaman kakek suamiku. Kami menemukan surat Gene tertempel di salah satu buku itu. Ibu mertuaku, saudara perempuan Gene, adalah saudara terakhirnya yang masih hidup, jadi dia mewarisi semua dokumen yang berhubungan dengan dinas militernya.

Di dalam amplop kuning besar itu, aku menemukan surat dari Angkatan Darat AS tertanda 7 Desember 1944. Isinya, “Dengan sangat menyesal saya mengkonfirmasi telegram baru-baru ini yang memberitahukan Anda tentang kematian putra Anda…”

Satu bulan kemudian, sebuah pernyataan ditandatangani. Presiden AS Franklin D. Roosevelt menganugerahkan Gene sebuah piagam ‘Gene The Purple Heart’ sebagai peringatan akan kematiannya di medan tempur.

Di dalam makalahnya tampak gambar pemakaman militer AS dimana Gene dimakamkan di Limey, Prancis dengan barisan-barisan salib putih yang membentang sejauh mata memandang. Sebuah surat dari Departemen Peperangan menyatakan: “Di sini, disemayamkan orang-orang gagah berani yang terjun bersama untuk tugas pelayanan bagi negara kita. Ini adalah harapan saya yang tulus bahwa Anda bisa memperoleh penghiburan dari pemandangan sekitar dimana orang-orang yang kamu kasihi beristirahat.”

Saat aku melihat gambar salib-salib putih itu, kesedihan mendalam menyelimutiku. Aku berpikir: Pepatah lama itu, “Prajurit yang baik tidak akan mati, itu tidak benar!’ Hujan jatuh pada yang adil dan yang tidak adil. Bagaimana aku bisa memahami hal ini?

Salomo, sang penulis kitab Pengkhotbah menulis kata-kata yang kurang baik saat dia merenungkan soal hidup. Katanya, “Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat…” (Pengkhotbah 9: 2)

Dan mengenai waktu kematian, Salomo menulis, “Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” (Pengkhotbah 9: 12)

Salomo menulis kata-kata ini sekitar tahun 935 SM, hampir satu millennium sebelum kelahiran Kristus. Para penulis Perjanjian Lama hanya punya gagasan yang kabur tentang kehidupan setelah kematian. Tapi orang percaya di jaman sekarang memiliki karunia Perjanjian Baru. Kita tahu bahwa kematian jasmani akan menngikuti janji kehidupan kekal (1 Tesalonika 4: 13-14).

Orang-orang Kristen diperintahkan untuk hidup ‘tidak seperti orang-orang yang tidak memiliki harapan’. Tidak seorang pun dari kita bisa lolos dari kematian fisik, tapi kita bisa memilih untuk hidup dalam kekekalan saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat kita.

Dalam Yohanes 11: 25-26, Yesus membuktikan bahwa Dia memberikan penghormatan terakhir-Nya. Dosa-dosa kita diampuni karena apa yang Dia lakukan di kayu salib bagi kita. Bersukacitalah kalau kita akan berada di surga bersama dengan Dia.

 

Hak cipta dari God in The Midst of Grief oleh Diane Pearson, diterjemahkan dari Cbn.com

Ikuti Kami