1 Yohanes 4: 18
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu114[/kitab]; [kitab]IIPet1[/kitab]; [kitab]Yehez33-35[/kitab]
Kamu yang merayakan
Halloween atau tidak tahun ini, biasanya akan dihadapi dengan hal yang mengerikan,
menyeramkan, dan benar-benar menakutkan. Aku pernah mendengar beberapa orang bilang
kalau rasa takut mereka itu baik. Tapi tidak buatku. Aku akan merasa baik-baik saja kalau semua hal-hal yang menakutkan itu menjauh dariku.
Aku senang sekali
dengan kebenaran yang disampaikan Alkitab bahwa ‘sukacita Tuhan adalah kekuatan
kita’ (Nehemia 8: 10). Yesus dipanggil sebagai ‘Raja Damai’ (Yesaya 9: 6). Di 1
Yohanes 4: 8 dituliskan, “sebab Allah adalah kasih”. Kemudian Yohanes menulis, ‘…Tidak
ada rasa takut: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung
hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1 Yohanes 4: 18)
Ayat ini menyampaikan
kebenaran, bahwa saat kita menyerahkan hidup kita pada Tuhan, kalau kita sudah mengalami
rekonsiliasi dengan Dia lewat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, maka kita
tak perlu takut lagi dengan hukuman. Kita sudah mendapatkan pengharapan besar didalam kasih-Nya yang berkuasa mengusir ketakutan kita.
Dengan pemikiran
ini, aku teringat dengan sebuah cerita menarik di Kejadian 15. Ini adalah bab kuat
yang mengisahkan tentang bagian penting dari kisah Abram (Abraham). Bab ini dimulai
lewat firman Tuhan kepadanya. “"Janganlah
takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” (Kejadian 15: 1)
Tuhan mendorong Abram supaya jangan takut. Saat patah hati, Abram mengarahkan
hatinya kepada janji Tuhan. Sebuah janji yang belum terpenuhi saat Abram dan istrinya Sara sudah beranjak tua.
Tuhan memperbaharui
janji-Nya kepada Abram bahwa dia akan memperoleh keturunan yang banyak seperti bintang
di langit. “"Coba lihat ke langit,
hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka
firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15: 5-6)
Tuhan selamanya
menepati janji-Nya walaupun dibalik janji itu ada teror yang mengintainya. Abram
diminta untuk mengorbankan anak yang sudah lama dinanti-nantikannya. Mengerikan!
Bukan hanya Abram, Yesaya juga mengalami kengerian yang sama saat pertama kali menerima panggilan dari Allah. Dia berkata ‘Celakalah aku! Aku binasa!...’ (Yesaya 6: 5).
Untungnya, ayat
Yohanes di atas meneguhkan kita bahwa Yesus yang adalah kasih itu sendiri berkuasa
mengusir rasa takut. Yesus menghampiri semua orang yang dikasihi-Nya, menyentuh
bahunya dan berkata “Jangan takut.” (Wahyu
1: 17).
Tuhan tak ingin kita merasa takut lagi dengan Dia. Dia tidak mau kita meringkuk seolah-olah ada saat ketika Dia meremas kita seperti sebuah jelly. Dia adalah Tuhan yang ilahi. Dia kuat. Dia hebat. Bintang-bintang saja dibuatnya dengan jari-Nya. Dia menciptakan dunia ini dengan kata-kata-Nya. Dia sendiri memegang semua kehidupan. Tidakkah kita menghormatinya? Tidakkah kita mengharapkan kehadiran-Nya, lalu bereaksi dengan cara yang tepat? Aku kira kita harus punya satu sikap ini yaitu ‘rasa takut yang baik’ kepada Tuhan.
Teror atas hukuman seringnya memicu rasa takut, tapi kasih Yesus membuat
kita bebas dari segala ketakutan