Amsal 12: 22
Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang
berlaku setia dikenan-Nya.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu123[/kitab]; [kitab]Yudas1[/kitab]; [kitab]Yerem48-49[/kitab]
Aku membuka
pintu depan. Kemudian sesosok kecil bertopeng muncul menakutiku. Aku pun pura-pura ketakutan. “Kau membuatku ketakutan. Siapa ini?” jeritku.
Itu adalah
putra kecilku. Dia mengenakan kostum aneh lengkap dengan rambut palsu berwarna hitam
dan ungu. Topeng yang dipakainya membuat hidungnya tampak besar, mata yang begitu mengerikan dan mulut yang menunjukkan geriginya. Penampilannya sangat jelek.
Lalu dia mengejutkanku.
Aku pun tertawa terpingkal-pingkal saat dia mulai bercanda dari balik topengnya. Aku pun menjatuhkan permen ke labu plastik berwarna orange itu.
Itu adalah
kenangan putraku di masa kecilnya. Dia juga mengenakan kostum aneh dan
berlari dari rumah ke rumah. Sementara biasanya para ayah akan berjaga di rumah sambil menyapa penjaga jalan.
Bertahun-tahun
setelah itu, aku pun mengenakan topeng serupa. Topeng Halloween yang selalu menutupi siapa diriku yang sebenarnya.
Saat
orang-orang bertanya bagaimana aku kehilangan penglihatanku, aku memberikan jawaban yang umum: “Aku mengalami penyakit retina dan merampas penglihatanku.”
Itulah
jawaban sederhana yang seringkali aku lontarkan untuk menjawab pertanyaan sederhana itu.
Saat
orang-orang kemudian bertanya bagaimana aku menghadapi tragedi yang tak
terduga, jawabanku berbeda lagi. Aku tergoda untuk menurunkan topeng di dalam hatiku dan memberikan jawaban yang hambar.
“Awalnya sulit, tapi pada akhirnya, aku bisa menyesuaikan diri,” jawabku.
Padahal di
balik topeng hatiku, aku sebenarnya menyembunyikan jawaban yang sebenarnya. “Aku
sebenarnya mau mati saja, aku benci dengan hidupku. Aku mau menyerah, dan
selalu dihantui dengan pertanyaan apakah putraku bisa hidup dengan seorang ibu yang tidak bisa melihat?”
Lalu firman
Tuhan menyentilku supaya aku melepaskan topeng yang sudah aku kenakan selama
ini dan membiarkan cahaya kebenaran bersinar. Firman itu tertulis dalam Amsal
12: 22, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.”
Ayat ini mengingatkanku
soal ketaatan. Aku pun memutuskan supaya ketika aku ditanya, aku mau memberikan
informasi yang mencerminkan apa yang benar-benar muncul dari dalam hatiku. Saat
aku terlibat dengan berbagai macam perasaan atau kejadian yang terjadi dalam
hidupku, aku sudah menetapkan satu motto: “Jangan menghilangkan hal negatif atau memadamkan yang positif”.
Ah! Menyampaikan
skenario yang sesungguhnya dengan penuh kejujuran ibarat membuka jendela sebuah
ruang yang pengap. Membiarkan angin sepoi-sepoi masuk dan menghembus wajahmu.
Anak-anak kita mungkin menikmati masa mereka untuk mengenakan topeng mengerikan di wajah mereka. Tapi kita bisa menyampaikan pelajaran berharga dari itu supaya mereka mau mengungkapkan kebenaran dibalik diri mereka. Caranya adalah dengan menaati firman Tuhan dan menjadikannya sebagai bayangan yang terpantul dari cermin kejujuran.
Kejujuran adalah cermin yang memancarkan kebenaran firman Tuhan