Amsal 3:5
“Percayalah
kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”
Bacaan Setahun: Mazmur 111; 1 Petrus 3; Yehezkiel 26-27
Penulis menceritakan bahwa sangat sulit untuk berjalan menyusuri jalan
pegunungan yang tertutup kabut dan mempercayai bahwa Tuhan akan membawanya pulang dengan selamat.
Aku belum pernah menyusuri jalan pegunungan yang berkabut sebelumnya. Namun baru-baru ini, aku menciptakan kabut bagi diriku sendiri.
Nggak ada yang berubah. Kabut sama sekali nggak mengaburkan pandanganku.
Hanya memang aku melepaskan pandanganku terhadap apa yang Tuhan bisa lakukan
dalam hidupku dan membiarkan keraguan serta ketakutan menguasai diriku. Aku menjadi musuh untuk diriku sendiri dan berperang dengan pikiranku.
Untuk beberapa lama, aku membiarkan kabut itu semakin menebal dan terus
berputar mengelilingi sekitarku. Menelan harapan dan imanku hingga menarikku ke tempat gelap dimana keputusasaan memenuhi hatiku.
Ya, kita pasti pernah mengalami hari-hari menuju kepada keputusasaan
baik itu dalam sebuah doa, penantian hingga proses. Kita sering sekali mengikis
kepercayaan diri kita kepada Tuhan dengan membawa kelemahan serta pemikiran
kita yang salah sehingga pandangan kita kepada Tuhan menjadi berpaling dan kitapun membiarkan ketakutan, kekhawatiran mengelilingi kita.
Ketahuilah bahwa kabut akan muncul saat pandangan kita beralih dari Tuhan.
Kejadian ini adalah hal yang paling menyedihkan. Seperti dimana kita
merasa kehilangan namun nggak tahu arah kemana dan nggak menemukan jalan yang jelas.
Ada banyak kemungkinan mengapa kita putus asa. Berikut mungkin diantaranya:
Yap! Kita semua akan mengalami keputusasaan saat berhadapan dengan
tipe-tipe skenario diatas. Tapi akankah kita membiarkan keputusasaan mengatur
hidup kita atau malah menaruh iman percaya kita kepada Tuhan untuk mengerjakan
hal-hal yang nggak bisa kita pahami? Apakah kita akan mengingat kembali bahwa Dia pernah menyelesaikan hal sulit dimasa lampau dalam hidupmu?
Ketika aku menyadari bahwa semua hal negatif yang aku alami merupakan hasil
tindakanku sendiri dan alasanku untuk putus asa karena didasarkan perasaan serta emosiku, kabutpun mulai tersingkir dan pemikiranku terang dan menang.
Akupun mampu berdiri kembali dengan iman percaya dan membiarkan matahari menerobos kabut tersebut.
Ketika kabut yang aku buat terangkat, aku merasakan harapan dan
kepercayaan yang baru lagi, segar kembali dan aku benar-benar merasakan gelombang-gelombang energi baru di dalam tubuh, hati dan jiwaku.
Semangat untuk terus berdiam di kaki Tuhan memulihkanku, dan menyambut kesetiaanNya kepadaku.
Oleh karena kuasaNya mengatasi kelemahanku, kini aku merasa kuat dan
utuh. Langit menjadi biru bersih lagi, matahari bersinar tanpa ada kabut
sedikitpun.
Yesaya 40:31:
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka
seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari
dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”