Yakobus 4:
10
Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
Bacaan
Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu107[/kitab]; [kitab]Yakob4[/kitab]; [kitab]Yehez19-20[/kitab]
Aku dan Debbie akhirnya beristirahat setelah bersepeda sejauh
300 mil selama empat hari di TheHopeLIne Tour 2014 lalu. Keesokan paginya kami
amat tak sabar bisa mencoba tour sepeda I-90 (yang biasanya digelar dengan perjalanan dari Boston ke Seattle ) sebagai petualangan berikutnya.
Kami pun menemukan kondisi sore di Wyoming yang bisa saja
akan mengalami badai petir yang keras. Karena itu, perjalanan yang lebih awal
mungkin bisa membuat kami terhindar dari masalah itu. Saat kami meminyaki
rantai sepeda, dan mulai beranjak pergi tiba-tiba aku mendengar suara yang berkata: “Haii, tuan!”
Aku pun menoleh ke dan melihat dua anak laki-laki mendekati
kami, yang salah satunya berjalan sembari memapah sebuah sepeda. Sebagai guru SD,
Debbie memperkirakan mereka adalah anak kelas empat. Anak yang membawa sepeda
itu tampaknya sedang dalam kesulitan. Dia membawa tas belanjaan berbahan kain
dengan sebotol air di dalamnya. Tas dan botol itu menempel di bagian depan rem sepeda.
“Bisakah kalian membawa botol ini?” kataya dengan nada panik.
Aku sama sekali belum pernah melihat kasus semacam ini sebelumnya.
Botol air itu menempel di bantalan rem. Meskipun sudah mencoba sebisa mereka, botol itu tetap tidak bisa lepas.
Aku mulai mencoba melonggarkan botol itu. Tapi tetap saja tak
berhasil. Botol itu tak akan bisa keluar tanpa tindakan kekerasan. Kemudian
rencana B pun aku mulai. Aku merogoh tasnya, membuka tutu botol itu dan
membiarkan air keluar. Botol itu akhirnya terlepas begitu juga dengan tas tersebut.
Meskipun aku dan Debbie sudah bersepeda lebih dari 10.000 mil
melintasi Amerika, aku tetap bukanlah montir yang baik. “Kamu tahu siapa yang bisa memperbaiki sepeda?” tanyaku.
“Tetangga kami bisa membantu kami. Setidaknya aku bisa mengendarai sepeda ini sekarang. Terima kasih atas bantuannya,” ucap anak itu.
Saat itu aku menyadari sudah menyerahkan sebuah pekerjaan
perbaiki kepada orang lain. Hal ini mengingatkanku bahwa setiap orang punya hal
yang unik dalam dirinya. Masing-masing kita punya keterampilan yang tidak
dimiliki orang lain. Kita pasti akan selalu menghadapi masalah yang tak bisa kita atasi sendiri.
Tanggung jawab dan kemandirian adalah sifat yang layak, tapi
Tuhan tidak pernah bermaksud supaya kita menangani beban kita sendiri. Galatia
6: 2 berkata, “Bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Tentu saja tak seorang pun yang akan mau menolong kita kecuali kalau kita mau meminta dan menerima pertolongan itu.
Meminta pertolongan dari orang lain pun butuh kerendahan
hati. Kami mengakui kalau pasti ada orang lain yang lebih cakap atau lebih baik
daripada kami saat harus menangani suatu masalah. Yakobus 4: 10 menawarkan sebuah
janji yang memudahkan untuk meminta pertolongan, yaitu supaya kita “merendahkan diri di hadapan Tuhan, sehingga Dia akan meninggikan kita.”
Belakangan hari ini, aku dan Debbie sering menghadapi
kesulitan! Ban sepeda kami kemps di antaranegara bagian yang memakan waktu
selama sejam untuk memperbaikinya. Setelah makan siang dan mendapat panggilan
telepon, kami menghadapi dilemma perjalanan. Kami mencoba mengalahkan cuaca
yang tak baik menuju kea rah kami atau kami harus menunggu badai berlalu.
Kami mencoba untuk menghadapi masalah itu. Dua puluh mil kemudian, pacuan andrenalin kami membantu kami berlomba untuk menyelamatkan diri di tengah lautan petir dan hujan deras. Kami berhasil sampai tiba di sebuah kota kecil, berhenti di sebuah toko, dan meminta bantuan. Orang baik datang membantu kami dengan menawarkan tempat berteduh dari badai itu.
Orang yang gengsi meminta pertolongan dari Tuhan adalah orang yang
mengaku dirinya jauh lebih besar dari Tuhan