Kolose 2: 7
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah
kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah
hatimu melimpah dengan syukur.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu96[/kitab]; [kitab]Lukas17[/kitab]; [kitab]Danie11-12[/kitab]
Menutup
hari sebagai sebuah keluarga, aku berbaring di kasur putra bungsuku dan
memanjatkan doa penghantar tidur. Malam itu adalah momen yang langka, dia malah
meminta membawakan doa. Padahal biasanya kalau sudah mulai doa tidur, dia akan cenderung
bergerak-gerak tak jelas. Tapi malam itu adalah kesempatan yang membuat kami senang.
“Terima kasih,
Yesus,” ucapnya. “Untuk kakak laki-lakiku, ibu, ayah, rumah dan teman-temanku..
Oh, dan terima kasih juga untuk kasur tidurku dan terima kasih Yesus untuk Webkinz
ku, dan untuk atap rumah kami, dan tetangga kami yang bisa bermain bersama kami
hari ini. Terima kasih juga untuk sampul, makanan dan piring kami, dan kucing kami…” ucapnya.
Anakku mengucapkan
syukur kepada Yesus selama 10 menit yang sangat maksimal! Padahal biasanya hanya
dialah satu-satunya orang di keluarga kami yang paling susah diajak berdoa. Tapi
doa malam itu menunjukkan kalau dia sepertinya rindu mengejar Tuhan. Aku pun cuma bisa tersenyum mengingat momen itu.
Malam itu, dia
benar-benar bisa tidur dengan pulas. Suamiku bahkan mencoba memeriksa kondisi mereka
di kamar dan mendapati kalau putra bungsuku sudah tenggelam dalam mimpi bersama Yesus.
Aku teringat
Mazmur 55: 22 yang berkata, “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan
memelihara Engkau!..” Putraku menuangkan isi hatinya kepada Tuhan dalam ucapan
syukur bahkan untuk hal terkecil sekalipun. Setelah itu, dia akhirnya bisa
beristirahat dengan aman dalam kasih Bapa. Aku pun mulai bertanya-tanya kenapa aku sering gagal melakukan hal yang sama?
Kenapa kita
harus membiarkan semangat ketidakpuasan dan keegoisan kita merampas kesempatan
kita untuk menikmati istirahat di dalam penjagaan Bapa Surgawi lewat ucapan
syukur? Kenapa kita terlalu sering memusatkan perhatian kepada kekurangan kita
daripada apa yang kita punya? Anakku yang masih kecil saja bisa bersyukur atas semua hal yang ada di sekitarnya kepada Tuhan. Kenapa kita tidak?
Kolose 2:
6-7 mendesak kita untuk hidup dan berakar di dalam Yesus dan dibangun di atas
Dia. Kita juga diminta supaya kita bertambah teguh dalam iman dan melimpah dengan
syukur. Itulah yang Tuhan mau kita lakukan dalam hidup ini.
Karena itu, marilah mengalihkan fokus kita dan membiarkan hati kita yang lelah dipimpin oleh seorang anak kecil (Yesaya 11: 6b) waktu kita mulai mengucapkan syukur kepada Tuhan kita yang penuh kasih setia. Dengan cara bersyukur seperti itulah kita akan bisa mengalami damai dalam hadirat-Nya!
Sikap bersyukur akan selalu melahirkan damai sejati di
dalam hati