1 Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 119:1-88; 1 Yohanes 3; Yehezkiel 44-45
Keluarga saya punya sebuah kebun besar untuk kami berenam saat saya masih kanak-kanak. Kami makan makanan organik saat itu belum suatu tren. Saya berusia lebih dari sepuluh tahun ketika saya merasakan sup kaleng pertama saya dan saya pikir itu luar biasa! Sebagai orang dewasa yang membesarkan keluarga di dunia yang sibuk ini, saya menyimpang ke jalur makanan olahan.
Tapi tahun ini, saya menyadari bahwa semua saran kesehatan yang telah saya abaikan itu benar adanya. Kamu adalah apa yang kamu makan. Di hati saya, saya sudah tahu ini tapi tidak memiliki minat, waktu, atau hikmat untuk makan lebih sehat. Dalam kesibukan hidup, saya telah mengabaikan apa yang para ahli katakan.
"...tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.." Amsal 1: 7b.
Realitas kebodohan saya menempelak saya saat saya harus menghadapi kenyataan yang sangat menyakitkan - saat hasil pemeriksaan memperlihatkan dampak dari semua makanan olahan dan makanan cepat saji yang telah saya makan. Tubuh saya mengeluh dengan gejala penyakit yang tidak akan hilang dan tidak bisa diabaikan. Saya dihadapkan dengan singkatnya hidup dan sejumlah sel prakanker, saat itulah saya berhenti mengabaikan. Atas saran dokter saya, sekarang saya lebih memperhatikan apa yang saya makan. Merawat kesehatan saya lebih baik memotivasi saya untuk menemukan waktu dan energi untuk menanam sayur di kebun.
Yang membuatku gembira, cucuku yang berusia empat tahun memanggilnya, "kebun kami." Kegembiraannya telah menular kepada seluruh keluarga kami dan membuat berkebun menyenangkan. Pada akhir musim dingin, saat saya takut dengan kondisi kesehatan saya, kami berdua menanam benih di nampan dan menumbuhkannya di dapur yang suhunya hangat. Jari-jari kecil cucu saya membuat alur di tanah dan menanam benih-benih itu. Mata cokelatnya yang besar melebar karena heran dan wajahnya merekah menjadi senyuman puas saat di tanah itu muncul barisan tunas hijau kecil. Tertawa dengan sukacita dia memanggilku untuk melihat. "NeeNee, ayo lihat bayi kecil tanaman itu!"
Anak laki-laki dan cucu saya kemudian membantu saya membangun kebun bertingkat di sisi bukit di rumah saya. Pada hari Jum'at yang indah, bayi kecil tanaman kami, dengan penuh cinta dikeluarkan dari dapur tempat pembibitan kami dan ditanam dengan hati-hati ke rumah baru mereka di bukit. Bibit yang lembut itu =mulai tumbuh, meninggi, dan mekar. Sebuah simfoni lebah mendengungkan paduan suara penyerbukan dan tak lama kemudian, sulur yang bergantungan dihiasi dengan kacang, labu kuning mengintip dari balik dedaunan yang rimbun, dan tanaman tomat memunculkan buah tomat hijau kecil. Taman menjadi sumber makanan lezat dan sehat untuk kami dan kami senang berbagi dengan orang lain. Setiap kali cucu saya berkunjung, dia tidak sabar untuk pergi keluar dan memeriksanya. Ini memberi saya begitu banyak sukacita untuk mendengar suara manisnya dengan penuh kemenangan memanggil, "NeeNee lihat, ada scrawberries dan bwuberriess juga!"
Keluarga saya menemukan berkebun menjadi petualangan yang menyenangkan yang menghasilkan sekeranjang penuh panenan kenangan yang indah. Bagi saya pribadi, saya menemukan waktu berkebun menjadi sesuatu yang sangat spiritual. Saya menantikan ke depan untuk membawa keranjang saya ke kebun dalam ketenangan yang sejuk di pagi hari. Saat-saat spiritual yang indah dari refleksi dan pujian memberi makan jiwa saya saat saya bekerja untuk memberi makan tubuh saya. Melihat kembali saat-saat menyakitkan ini hidup saya, saya dapat melihat bahwa saya masih menuai hasil panen kesehatan yang lebih baik dan jalan yang lebih dalam dengan Tuhan. Keduanya lebih memperkaya saya akan kemuliaan Allah.
Copyright © 2017 Bobbie King Iliff. Digunakan dengan izin.