“Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."
Yakobus 4:14b
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 91; Lukas 12; Daniel 1-2
Saat masih remaja, saya diberkati
dengan menemukan tulisan-tulisan dari Raja Salomo dalam Alkitab, raja yang
rendah hati dengan meminta Tuhan hikmat bagi dirinya. Salomo tidak meminta hal
yang bersifat material, tetapi hikmat. Kemudian, Salomo merupakan tokoh dalam Alkitab yang kita kenal sebagai raja yang bijaksana.
Saya tidak yakin yang mana yang menarik perhatian saya. Apakah itu karena kebijaksanaannya atas pelajaran yang diberikannya pada dua ibu yang berselisih soal anaknya, atau ketika saat ia bisa mengalami seluruh kesenangan yang ditawarkan oleh dunia, dia kemudian punya keyakinan untuk memberitahukan dunia bahwa, "Tidak ada yang penting dari semua itu."
Tuhan pasti punya sesuatu yang tertanam padanya, sebab sebagai seorang anak muda, Raja Salomo menanamkan banyak kebenaran dalam hatiku yang saat itu, bisa dibilang cukup labil. Kisah soal Salomo memiliki efek yang cukup berpengaruh dalma kehidupan saya semasa remaja dulu. Ini pula yang menyebabkan saya tidak pernah merasa puas.
Roh Kudus selalu memastikan dengan bisikan lembutNya bahwa kebijakan dalam saya akan secara konsisten masuk dan keluar selama bertahun-tahun. Saya ingat satu ayat yang sepertinya tidak akan bisa saya lupakan. Ini merupakan salah satu dari perkataan yang bisa kita pertimbangkan.
"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya."
(Pengkhotbah 7:2)
Seperti saya, saya yakin kalau kalian semua juga pasti keheranan dengan ayat Alkitab di atas. Meski demikian, pernyataan yang terdengar suram itu membuat saya terus mengevaluasi kehidupan saya.
Roh Kudus memastikan bahwa Kitab Suci tertentu disimpan folder di otak saya. Sehingga ketika saya punya pikiran egois bahwa hidup ini adalah milik saya dan saya bisa bertindak semau saya, Roh Kudus pun akan menuntun saya kembali pada Tuhan.
Seperti diingatkan dalam Yakobus,
"Sedang kamu tidak tahu apa
yang akan terjadi besok. Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14)
Ayat di atas bukan satu-satunya ayat yang tersimpan dalam otak saya. Namun, sekali lagi, ayat ini mengingatkan kita bahwa, kenapa kita tidak melakukannya? Apakah kita tidak mengasihi hidup kita, atau kita yang sudah tenggelam dalam kesenangan, sehingga kita tidak lagi bisa diingatkan bahwa suatu hari nanti, semuanya akan lenyap seperti uap?
Di meja kerja, saya menempelkan tulisan kecil di dekat layar komputer dengan tulisan, "Kehidupan yang dijalankan ini akan berlalu.. tapi setiap hal yang kita lakukan untuk Kristuslah yang akan bertahan."
Jadi, apa tugas kita? Raja yang paling bijaksana menyimpulkannya dalam satu kalimat.
"Takutlah akan Allah dan perpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkhotbah 12:13)
Hak Cipta © Missey Butler, digunakan dengan izin.