2 Korintus 3:5
"Kami tidak punya sesuatu alasan pun untuk menyatakan bahwa kami sanggup melakukan pekerjaan ini, tetapi Allah yang memberi kemampuan itu kepada kami." (BIMK)
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 79; Ibrani 13; Yeremia 11-12
Pada akhir pekan ini, saya, orang tua juga kakek dan nenek pergi ke sebuah reuni keluarga. Selama perjalanan pulang yang menempuh waktu sekitar empat jam, kami terkena badai terbesar yang pernah saya alami. Waktu badai itu tiba pun cukup lama.
Hujannya sangat deras, sehingga jarak pandang kami hanya beberapa meter ke depan saja. Banyak dari pengendara lain yang menurunkan laju kendaraan, menyalakan lampu tanda darurat, bahkan ada beberapa yang akhirnya memutuskan untuk menepi.
Tidak hanya hujan yang sangat deras, badai itu juga diiringi dengan angin yang cukup kencang. Bahkan, kalau mobil yang dikendarai tidak cukup memadai, bisa tersapu oleh angin tersebut.
Situasinya cukup bikin tegang. Namun, saya nggak merasa khawatir setelah melihat ayah yang menjadi supir menanggapi badai yang terjadi di luar sana. Dia tetap tenang, meskipun nyaris semua penumpang berulang kali memintanya untuk menepi atau berteriak untuk lebih waspada.
Dari semua jadian tersebut, dia tetap memutuskan untuk menerjang badai. Dia pikir, dia nggak akan mau berhenti dan menaruh seluruh keluarganya dalam resiko kecelakaan hanya karena ada banyak orang yang memutuskan untuk menepi karena takut.
Banyak diantara kita yang saat menempuh badai kehidupan ini minta untuk berhenti dalam sekejap. Kita merasa nggak lagi punya alasan untuk tetap melaju karena semua sinyal yang kita alami menyatakan kalau jalannya berbahaya. Tapi, memang iya? Siapa tahu kalau badai itu nggak sebahaya yang kita pikirkan, bukan?
Beberapa orang yang memilih untuk menepi beralasan karena mereka nggak memadai untuk bisa menempuh perjalanan itu.
Padahal, Tuhan sendiri yang sudah memberikan kita kekuatan yang kita pikirkan. Seperti yang tertulis dalam 2 Korintus 3:5 di atas.
Saat kita berada dalam situasi yang sulit seperti ayah saya, dan banyak ornag yang teriak dan minta kita untuk berhenti, ingatkan diri untuk tidak mendengar apa yang orang banyak katakan, cukuplah mendengar apa yang Tuhan katakan.
Hanya Tuhan yang bisa membantu kita untuk kembali fokus pada tujuan, meredakan kekhawatiran kita, dan menjadikan kita sebagai pribadi yang siap.
Ayat pertama dalam Mazmur 91 menjelaskan apa yang terjadi pada orang-orang yang tinggal dalam hadirat Tuhan.
"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada Tuhan: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (Mazmur 91:1-2 TB)
Dua kata penting buat digarisbawahi adalah perlindungan dan pertahanan. Lewat ayat ini, kita diingatkan kalau kita pasti bisa melewati badai dan tetap teguh dalam satu waktu. Kenapa? Karena kita berada dalam naungan Tuhan. Kita bisa saja pergi ke ujung dunia, tetapi naungan Tuhan akan selalu mengikuti kita.
Daud menyadari apa yang harus dia lakukan ketika ada masalah. Dia tahu kalau berada dalamketakutan bukanlah tempat yang tepat buat orang percaya.
Untuk itu, kita harus punya keberanian dan keyakinan kalau badai ini akan berlalu, seperti yang dilakukan oleh Daud dalam Mazmur 57:2 TB, "Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu."
Satu kunci penting untuk bisa melewati badai adalah dengan berada bersama orang-orang yang tepat. Mereka adalah orang yang bisa melihat kesulitan yang kita alami.
Seperti yang dituliskan oleh John C. Maxwell, “Para pemimpin melihat kehidupan sebagaimana adanya. Mereka selalu melihat sedikit lebih jauh, sedikit lebih banyak, daripada orang-orang di sekitar mereka."
Saya rasa, kalau bukan karena pemimpin yang seperti ini ada dalam hidup saya, saya pasti sudah berhenti berkali-kali karena tidak bisa melihat apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan saya.
Jadi, inilah jaminan kalau badai akan datang dan berlalu. Tapi, apa yan kita lakukan di tengah-tengah badai itulah yang menjadikan kita menang. Kalau kita takut untuk mencoba mengambil alih badai itu, maka lihatlah Bapa Surgawi, maka kita pasti mendapatkan kedamaian untuk melewati berbagai macam badai yang menerjang.
Hak Cipta © Byron Bohnert. Digunakan dengan izin.