2 Korintus 10:5,
"Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus"
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 86; Lukas 7; Yeremia 35-36
Saya tumbuh di lingkungan keluarga yang kurang berada. Pada waktu itu, saya merasa kalau hari-hari keluarga kami berat. Ayah merupakan satu-satunya orang yang bekerja, sementara Ibu menjadi seorang ibu rumah tangga.
Ayah saya bekerja dengan sangat keras untuk bisa menutupi kebutuhan keluarga kamu. Buat keluarga yang cukup besar, rasanya sangat tidak mungkin dan sulit sekali untuk bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhan harian.
Namun, kalau dibandingan dengan orang lain, saya selalu berasa kalau Tuhan menutup mata buat keluarga kami.
Pemikiran saya untuk Tuhan sangatlah negatif. Saya selalu berpikiran kalau Tuhan lebih peduli pada orang lain dibandingkan pada saya dan keluarga. Saya membandingkan keluarga kami dengan orang lain, saya pikir keluarga saya seharusnya mendapatkan yang jauh lebih layak dibandingakan dengan mereka.
Saya percaya kalau Tuhan mengasihi orang lain lebih dari Dia mengasihi saya.
Ketika sudah cukup dewasa, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Haiti dalam sebuah perjalanan misi. Dalam perjalanan di negara itu, saya sibuk mengobservasi keadaan sekitar, juga orang-orangnya.
Beberapa dari mereka tinggal di rumah-rumah yang terbuat dari jerami atau bahan-bahan lain tanpa fondasi yang kuat. Beberapa yang lain ada yang memilih untuk tinggal di kawasan hutan.
Sepanjang perjalanan itu, saya menangis luar biasa. Buat saya, inilah saat dimana iman saya dibangkitkan. Setelah saya melihat Haiti, saya menyadari kalau selama bertahun-tahun saya hidup ini, saya menumbuhkan banyak pemikiran-pemikiran negatif.
Perjalanan misi itu membantu saya untuk memahami kalau ada banyak orang yang kehidupannya jauh dari kata layak. Tuhan mengasihi orang Haiti sama seperti Dia mengasihi saya. Saya membandingkan diri sendiri dengan orang lain, tidak menyadari berapa banyaknya berkat yang sudah Tuhan berikan buat saya dan keluarga.
Tuhan sudah membuktikan kalau Dia adalah Allah yang setia. Pemikiran saya terhadap Tuhan langsung berubah secara radikal sejak perjalanan misi ke Haiti tersebut. Semakin bertambahnya usia, saya memahami kalau buat Tuhan, setiap orang itu berharga.
Dia adalah pribadi yang melihat iman kita. Masih teringat dengan jelas bagaimana keluarga-keluarga di Haiti itu bergembira, bahwa meski dalam keadaan yang bisa dikatakan tidak layak, mereka masih mengasihi satu sama lain.
Materi tidak membuat keluarga menjadi utuh, tetapi kasih dan persatuan yang bisa menjadikannya. Bahkan ketika kami tidak memiliki banyak materi, kami memiliki banyak kasih.
Ketika musuh-musuh menggoda kita untuk mulai membandingkan diri dengan orang lain, kita jadi berpikir banyak hal negatif dan menimbulkan prasangka bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. Saat kita mengalami masa itu, cobalah untuk mulai menghitung berapa banyak hal baik yang Tuhan berikan buat kita. Dengan begitu, kita akan mulai memuji nama Tuhan. Dengan begitu, terang dari Tuhan akan menutup setiap kegelapan, dan kemuliaan Tuhan yang akan bersinar dalam situasi kita.
Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Saat kita mulai mengingat kembali hal baik yang sudah Tuhan berikan, sukacita dari Tuhan akan timbul dalam hati dan menggerakkan bibir kita untuk tidak berhenti memuji namaNya. Kedamaian dari Tuhan akan berdiam dalam hati kita.
2 Korintus 10:3-5, "Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,”
Ada kekuatan jahat yang berusaha untuk menghancurkan, karenanya kita harus membiarkan Roh Kudus untuk ambil alih dan memelihara pikiran baru yang benar. Musuh kita telah dikalahkan dan kita tidak harus membandingkan diri dengan orang lain lagi.
Tuhan itu baik buat setiap orang dan Dia selalu pengin yang terbaik buat kita. Kita, sebagai anak-anak Allah, harus memiliki pikiran Kristus. Bebaskan diri dari pemikiran yang busuk dan mari kita renungkan bagaimana Allah berfikir; dan dengan melakukan itu, bertingkah seperti anak-anak-Nya.
Hak Cipta © Angela Mays, digunakan dengan izin.