Matius 5:13
"Kamu adalah garam dunia. Jika
garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya
selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 68; Ibrani 2; Mikha 3-5
Buat orang yang tinggal di kota
metropolitan, macet merupakan masalah yang paling utama. Saat kena macet, ada
masanya kita merasa berada di tengah-tengah hutan mobil. Hal ini saya rasakan
hampir setiap hari. Saya sendiri menikmati membaca stiker-stiker yang tersemat di mobil-mobil yang ada disekitar saya.
Dari banyaknya stiker-stiker yang
saya perhatikan tersebut, ada beberapa stiker yang kurang lebihnya menjelaskan
sebuah perjalanan dari si empunya mobil. Saya selalu kagum dengan stiker yang berisikan nilai-nilai kekristenan.
Misalnya
"Jesus Christ — Don't leave earth without Him"
"The Big Bang Theory: God spoke, and BANG, it happened"
"Jesus Loves You"
"God Is Love;"
Dan masih ada banyak lagi.
Melihat stiker-stiker keren
dengan pesan yang luar biasa tersebut, saya bertanya pada diri sendiri,
"Kalau ada banyak orang dari kita yang adalah orang percaya, kenapa lingkungan sekitar tidak menunjukkan adanya perubahan?
Apakah pengalaman keselamatan
dalam hidup saya memengaruhi cara saya hidup sedemikian rupa itu bisa dilihat
oleh orang-orang yang ada di sekitar saya? Apakah tindakan saya menciptakan
kelaparan untuk Kristus, sehingga ada banyak dari orang tersebut mencari Sang Penyelamat itu?
Atau apakah kata-kata yang
tersemat di bemper mobil ini sudah tenggelam karena sebuah gaya hidup yang sama sekali tidak menunjukkan peran serta Tuhan dalam hidupnya?
Nampaknya, kalau setiap kita ikut
mengendari setiap perkataan yang tersemat di bemper mobil itu, menghidupi
kehidupan yang penuh arti di dalam Tuhan, maka orang-orang yang ada di sekitar
kita pun akan menyadarinya. Lingkungan kita seharusnya bisa meresapi sebuah kebebasan menyampaikan pesan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin kehidupan yang kita
jalani sekarang bukanlah hidup yang kita inginkan. Mungkin Yesus bukanlah
berada di tengah-tengah hidup kita seperti yang kita sebut-sebut. Mungkin ada
pikiran ke-akuan yang mengendalikan perilaku kita, dan Yesus hanyalah salah satu bumbu pelengkapnya.
Kalau kehidupan kita begitu, maka
kita harus kembali mengevaluasi soal apa yang harus dikerjakan. Kita perlu
membiarkan Tuhan duduk di tahtaNya, kita harus menjadikan Tuhan sebagai pilot hidup kita, bukan seorang co-pilot.
Setelah bertahun-tahun, saya
menolak untuk menempelkan stiker di bemper mobil saya. Saya merasa, saya tidak
ingin menjadi batu sandungan bagi orang-orang di sekitar dengan pemikiran,
apakah orang yang mengendarai mobil ini sudah melakukan apa yang ia tempelkan di mobilnya atau belum.
Namun, saya perlu mengubah
pemikiran dari si pengendara. Saya harus
bisa menjadikan diri sendiri layak untuk diperhitungkan Tuhan atas tindakan yang kita lakukan.
Hak Cipta © Ruth Kastberg.
Digunakan dengan izin.