Bukan Kehendak Sendiri, Tapi Kehendak Tuhanlah yang Jadikan Kita Berhasil
Kalangan Sendiri

Bukan Kehendak Sendiri, Tapi Kehendak Tuhanlah yang Jadikan Kita Berhasil

Lori Official Writer
      3085

 Yohanes 4: 34

Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 90; Lukas 11; 2 Raja-raja 36:1-8

Waktu aku dan suamiku baru menikah, kami ikut menari di pedesaan. Ya, kami mencobanya. Sebuah klub lokal menawarkan pelajaran gratis di suatu sore setiap minggu, jadi kamipun pergi dan melakukan yang terbaik untuk berlarian di lantai dansa. Terutama waktu musik mulai dimainkan.

Tarian kami gak terlalu bagus. Sebenarnya, kami sedang sakit. Karena itu kami memutuskan untuk latihan di rumah saja.

Aku lalu pergi ke perpustakaan sekitar dan melihat video instruksi tarian, dan waktu suamiku bekerja, aku latihan. Lalu aku bertemu dengannya di pintu dengan posisi mengajaknya menari.

Semakin aku belajar, semakin buruk pula gerakannya. Aku menginjak kakinya, tersentak ke kiri waktu dia mau ke kanan dan sebaliknya. Kami seperti sepasang robot yang sama sekali gak romantis. Padahal aku sudah yakin sekali kalau aku tahu cara menari.

Seringkali, aku seperti itu dengan Tuhan. Aku fokus pada apa yang aku harus lakukan, entah itu membaca Alkitab, mengajar sekolah minggu, atau memenuhi berbagai tanggung jawab, mudah untuk mengalihkan pandangan kita dari penari. Mudah untuk mengubah apa yang seharusnya kita lakukan jadi sesuatu yang melelahkan dan tidak efektif karena kita menghafalnya.

Tapi waktu aku menyerah menjadi penari, meninggalkan semua ide-ide dan agenda-agendaku, menjernihkan visiku tentang semua hal kecuali menari, semuanya justru mengalir dengan baik.

Pernahkah kamu menyaksikan pertunjukan penari ballroom profesional atau penari skating? Ada dinamika intim yang mereka ciptakan. Kerumunan bisa berteriak-teriak, kamera bisa berkedip, tapi mereka tak melihatnya. Mereka fokus 100 persen pada pasangan mereka, selaras dengan sinyal sekecil apapun itu, meresponi secara instan, indah dan mudah.

Bagaimana kalau kita mengenal Tuhan dengan intim? Bagaimana jika kita begitu fokus pada-Nya, sehingga selaras dengan-Nya. Seperti kata Yesus, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Apa hal-hal yang membuat kita jauh dari kehendak itu? Apa yang membuat kita gelisah, berjuang dan mengalami kelelahan?

Suatu hari di satu Minggu, aku menikmati sore dengan belajar tentang Roh Kudus. Dari semua isi Alkitab, kita diberitahu kalau Roh Kudus membimbing kita, membangun persekutuan dengan kita, mengajar kita, mengisi kita, berdoa untuk kita dan menaungi kita.

“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” (2 Korintus 13: 14)

“Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yohanes 6: 63)

Terlepas dari Dia, terlepas dari penyerahan penuh kepada-Nya upaya kita mengarah pada kesia-siaan. Gak peduli betapa hebatnya pelayanan kita, seberapa dalam waktu belajar Alkitab kita, atau seberapa loyal kita melayani, kalau kita tidak mengalami nyala api, bimbingan dan dukungan dari Roh Kudus, apa yang kita lakukan tak akan jadi apa-apa kecuali hanya dilakukan dengan hikmat manusia saja. Tapi sebenarnya kita dipanggil untuk melakukan lebih daripada itu bukan?

“Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku..” (2 Samuel 23: 2)

Tujuan utama kita sebagai orang Kristen harus dibersihkan, kita harus siap melakukan kehendak Tuhan. Seperti corong, saluran kekuatan dan berkat Tuhan.

“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh..” (Efesus 5: 18)

Untuk diisi, pertama-tama kita harus dikosongkan, dari diri kita sendiri, dosa kita, keinginan kita, hasrat kita. Aku percaya kapan saja kita berpegang teguh pada sesuatu, bahkan jika itu adalah hal-hal baik, hal itu hanya akan jadi penghalang bagi pekerjaan Roh Kudus.

Kita takut kehilangan pekerjaan, takut pelayanan gagal, atau apapun itu..saat kita mulai berjuang untuk hal itu, maka kita hanya akan melakukannya untuk kehendak kita sendiri. Jadi, serahkanlah sepenuhnya hal itu dan fokus pada sang penari kita, bukan pada tariannya. Kalau tidak, aku percaya, tindakan kita sama sekali gak punya kekuatan. Kenapa? Karena kita meninggalkan penari kita.

Mari ucapkan doa di bawah ini untuk kembali mendapatkan kekuatan dari Tuhan dalam melakukan kehendak-Nya.

Tuhan, aku meminta didorong oleh Roh-Mu, dipenuhi oleh hadirat-Mu, supaya kasih-Mu mendesakku. Hapuslah semua harapan dan kewajiban yang membebaniku dengan membawaku datang kepadaMu dengan penyerahan penuh, mendengar suaraMu dan taat. Tariklah aku ke dalam tarian-Mu, Ya Tuhan.

Hak cipta Jennifer Slattery, digunakan dengan ijin Cbn.com

Ikuti Kami