Fokus Berlari Hingga Garis Finish, Sekecil Apapun Peluang Untuk Menang
Kalangan Sendiri

Fokus Berlari Hingga Garis Finish, Sekecil Apapun Peluang Untuk Menang

Puji Astuti Official Writer
      3714

Ibrani 12:1-2

Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 75; Ibrani 9; Habakuk 1-3

Saya bukan pendukung perjudian pada balap kuda profesional, tetapi saya selalu tertarik dengan olahraga ini. Pacuan kuda ini disebut sebagai "dua menit tercepat dalam olahraga."

Setiap tahun, peternak kuda dari Amerika dan di seluruh dunia bersaing di perlombaan pacuan kuda Triple Crown of Thoroughbred Racing di Amerika.

Triple Crown A.S. terdiri dari  perlombaan di Kentucky Derby, Preakness Stakes, dan Belmont Stakes. Untuk menjadi juara perlombaan ini, maka harus memenangkan ketiga balapan tersebut dalam satu musim. Setiap pemilik kuda, pelatih, dan joki akan melakukan apa saja untuk meningkatkan peluang kuda mereka memenangkan Triple Crown.

Dalam pacuan kuda, seorang individu, yang profesinya disebut sebagai handicapper harus dengan hati-hati menganalisis setiap kuda untuk memprediksi peluang kemenangannya. Metode analisis ini disebut handicapping. Analisa terhadap kuda tersebut ditentukan sesuai dengan kompetisi kuda, sejarah kemenangan, kondisi pacuan kuda, dan dilakukan sebelum setiap perlombaan.

Kuda-kuda memiliki keunggulan yang jelas lebih baik dari manusia. Mereka tidak dapat mengetahui prediksi peluang mereka atau mendengar apa yang dikatakan para ahli tentang dirinya. Kuda pacu hanya dilatih untuk berlari dan akhirnya menang dalam prosesnya. Ketika kuda pacuan berlari dalam lomba, mata mereka jelas terfokus ke depan.

Kamu dan saya, tidak seperti kuda balap, cenderung membiarkan hidup kita didikte oleh apa yang dikatakan orang lain, bukan oleh Tuhan. Orang-orang dibatasi dengan pengetahuan mereka tentang apa yang terbaik untuk kita. Tetapi Tuhan tidak. Dia selalu tahu yang terbaik.

Kita harus menyingkirkan setiap gangguan yang datang kepada kita karena gangguan-gangguan itu dapat menghalangi kita untuk menjalani perlombaan khusus yang telah Allah pilih bagi kita.

Ada sebuah kalimat dari Ibrani 12:1 yang mengatakan,

"... dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. 

Baru-baru ini, saya belajar tentang kuda pacuan dari Texas bernama Assault. Dia adalah juara Triple Crown pada tahun 1946. Ketika Assault adalah anak kuda, dia tidak sengaja terluka karena menginjak kayu pasak. Sebagai hasil dari cedera itu, kuku depan kanannya cacat.

Dia ditandai dengan julukan "Komet Clubfooted" karena cara canggung dia berjalan dan berlari kencang. Kemampuan atletik Assault tidak terlihat sampai dia berlari. Ketika dia berlari dia adalah tontonan yang luar biasa.

Pada tahun 1945, sebagai kuda muda, Assault berlari dua belas kali dalam karir perlombaan pertamanya dan hanya memenangkan dua dari sembilan balapan. Assault tidak menunjukkan kualitas balapnya yang sebenarnya sampai tahun berikutnya. Pada tanggal 4 Mei 1946, Assault memasuki perlombaan Kentucky Derby dengan kemungkinan kecil menang, namun ia menang dengan jarak delapan. Dalam perlombaan di Preakness Stakes seminggu kemudian, ia memenangkan perlombaan dengan jarak yang sangat tipis. Kemudian, pada tanggal 1 Juni di tahun yang sama, Assault menjadi juara Triple Crown ketujuh ketika dia memenangkan perlombaan di Belmont Stakes dengan jarak tiga .

Seperti Assault, kita mungkin tidak tampak hebat pada saat ini; namun, itu tidak berarti kita ditakdirkan untuk menjalani hidup yang rata-rata. Apa yang akan membedakan kita adalah kemampuan kita untuk terus berjuang meskipun sekecil apapun peluangnya.

Kita bisa jeli dengan masalah di sekitar kita, tetapi jangan terus menerus memikirkannya. Fokus kita harus pada Yesus dan pengetahuan bahwa kita adalah pemenang di dalam Dia (Lihat 1 Korintus 15:57).

Paulus adalah seorang yang beriman besar dan mengakhiri pertandingannya dengan kuat sampai akhir (Lihat 2 Timotius 4: 7). Sepanjang jalan, Paulus menghadapi banyak kesulitan dan jujur ​​ketika dia berkata,

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, (Roma 5: 3).

Ada dorongan batin di dalam kuda pacuan yang mendorong mereka untuk terus berlari. Roh Allah juga mendorong kita untuk berlari ketika kita merasa ingin berhenti. Terlepas dari kemungkinan atau betapa sulitnya balapan yang kita jalani, hidup kita akan terus berlanjut kecuali kita berhenti berlari. Jadi kita harus terus berlari sampai balapan selesai.

Hak Cipta © Byron Bohnert, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami