Lukas 1: 38
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu.”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 24; 1 Korintus 15; Ayub 27-28
Kisah Natal dimulai di sebuah kota yang dari sana dianggap tak
akan menghasilkan hal yang baik, Nazareth. Gambaran kota itu bisa dibayangkan seperti
yang disampaikan oleh Natanael kepada Filipus. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yohanes 1: 46).
Kehadiran Tuhan sama sekali tak dihalangi oleh reputasi kota
Nazareth atau daerah Galilea. Dia bersedia pergi ke tempat yang mustahil untuk
menemukan seorang gadis muda yang saleh. Dia mencari ke seluruh dunia seorang gadis muda yang tepat untuk mengandung putra-Nya.
Apakah Maria adalah pilihan yang tepat! Aku sulit untuk
mempercayai keajaiban itu walaupun sejarahnya membuktikan hal itu terjadi. Di
sini ada seorang gadis muda yang percaya akan keajaiban yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Dia akan mengandung tanpa bersetubuh dengan seorang pria. Dia adalah seorang perawan yang akan melahirkan Anak Allah.
Saat itu dia adalah tunangan dari Yusuf dan keduanya belum memutuskan
untuk hidup bersama. Pertunangan itu berlangsung selama setahun, setelah itu baru
pernikahan akan dilangsungkan. Di masa itu, penghianatan selama masa
pertunangan adalah masalah yang sama seriusnya dengan perzinahan dalam pernikahan.
Saat mengandung dari Roh Kudus, bisa dibayangkan bagaimana Maria dan Yusuf harus hidup di dalam kecurigaan selama sisa hidup mereka.
Respon Maria kepada malaikat Tuhan sudah bisa diprediksi. Dia
pasti berpikir ‘dalam masalah’. Dalam pengertian Yunaninya, Maria benar-benar bingung.
Jelas saja, peristiwa seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kehidupan manusia.
Tapi Maria hanya menanyakan satu-satunya kepada malaikat. “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Lukas 1: 34)
Sang malaikat pun menjawab bahwa hal itu adalah pekerjaan Roh
Kudus. “Roh Kudus akan turun atasmu dan
kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1: 35)
Mujizat tidak akan pernah terjadi tanpa campur tangan Roh
Kudus. Untuk apa yang dialami Maria, tentu saja itu adalah pekerjaan Roh Kudus.
Kisah Natal ini berlaku bagi kita juga. Hal itu tak hanya akan terjadi saat
Natal, tapi setiap hari dalam kehidupan kita Tuhan juga mau campur tangan. Dia juga
mau mencurahkan Roh Kudus-Nya atas hidup kita untuk kita bisa bertumbuh dan mewujudkan kehendak-nya melalui hidup kita.
Pekerjaan Roh Kudus merupakan bentuk mujizat dari Tuhan. Saat
Maria menerima tanggung jawab itu, terselip ucapan malaikat kepadanya. “Sebab
bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (Lukas 1: 37). Lalu jawab Maria, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1: 38)
Secara harafiah malaikat berkata kepada Maria, ‘Tidak ada rhema
Tuhan yang tak jadi.’ Rhema adalah bahasa Yunani untuk sebuah ‘kata’. Perkataan
Allah berkuasa mendatangkan mujizat. Dia mendapat pesan itu dan meresponinya dengan benar.
Kita belajar dari Maria untuk tidak pernah menyerah pada rhema
Tuhan. Sepertinya ada penghambat dari janji-janji Tuhan, tapi rintangan itu
tidak akan bisa menghentikan kita jika kita berpegang teguh kepada apa yang
dikatakan Tuhan. Kata-kataNya berkuasa. Kuasa Roh Kudus dan kuasa Firman Tuhan akan
selalu ada. Ini adalah saat yang tepat untuk pekerjaan Tuhan. Kalau Tuhan melakukannya kepada Maria, maka kita juga bisa mengalami hal yang sama.
Jadilah seorang pribadi yang dicari Tuhan, seperti saat Dia mencari perempuan yang pantas menghadirkan Natal bagi dunia.
Hak cipta Wally Odum, diterjemahkan dari Cbn.com