Hosea 4: 6
"Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu."
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 19; Kisah 2; Ayub 15-17
Saat pertama kali membuat komitmen iman kepada Kristus Yesus di awal tahun 70-an, firman Tuhan menghancurkan kekerasan hatiku dan membuatku tahu kebutuhanku akan Juruslamat. Aku adalah penyanyi profesional dan seorang wanita muda yang yang mandiri, egois dan sinis. Aku merasa tahu apa yang kubutuhkan dan apa yang diperlukan untuk membuatku bahagia. Aku sudah berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan semangat. Berbalik kepada Tuhan bukanlah upaya sadar di pihakku. Dia sama sekali bukan bagian dari persamaan.
Aku dibesarkan di Wisconsin dan pergi ke gereja secara teratur, kenal dengan katekismus, bisa memverbalisasi doktrin gereja dan dibaptis. Tapi aku belum pernah membaca firman Tuhan. Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Kami sekeluarga juga rajin ke gereja, berdoa sebelum makan dan tidur dan merayakan hari besar Kristen. Aku tahu tentan Tuhan tapi aku tak begitu mengenal-Nya.
Bertahun-tahun kemudian, seorang gadis muda bertanya kepadaku apakah aku seorang Kristen. Aku sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan itu dengan yakin. Dia memberiku sebuah pamphlet kecil yang disebut The Four Spiritual Laws. Di malam harinya, aku pun membacanya di kamar hotel sendirian. Aku membaca tujuan keselamatan alkitabiah. Saat aku membaca pamphlet itu, aku pun mulai tergerak membaca Alkitab. Aku mengenali betapa jauhnya aku dari Tuhan. Aku juga tertarik pada kesucian dan kebenaran yang ditulis dalam Alkitab. Aku tidak yakin apakah Tuhan itu nyata. Tapi aku tahu kalau yang aku baca itu ternyata nyata, maka aku akan membutuhkannya. Firman Tuhan menyadarkanku akan dosaku dan saat itulah aku merasakan kasih Tuhan mengalir dalam hatiku.
Sebelumnya, aku punya gagasan sendiri soal Alkitab walaupun aku tak pernah membacanya. Aku pikir isinya mustahil untuk dipahami dan sangat bertentangan.
Untungnya, gadis muda yang memberiku pamphlet itu memberikanku versi terjemahan modern dari Perjanjian Baru. Dengan sedikit enggan aku pun mulai membaca satu bab setiap hari. Rasa kagumku muncul begitu saja, aku bahkan tak bisa berhenti membacanya. Isi Alkitab itu benar-benar baru buatku.
Aku tak tahu persis isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Aku tak pernah menyadari kalau Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah empat kisah yang menceritakan tentang kehidupan Yesus. Saat aku membaca beberapa kisah yang sama, aku merasa jengkel karena aku berpikir seseorang pasti memindahkan pembatas buku yang sudah aku taruh. Aku tak tahu kalau Tuhan Yesus sendirilah yang melakukannya. Tapi aku mulai paham bahwa TTuhan mengasihiku dan aku mulai berjalan bersama-Nya.
Selama perjalanan iman ini, aku mengalami hal yang luar biasa. Firman-Nya menjadi kompas yang tak pernah gagal mengarahkan hidupku.
Surat cinta Tuhan yang besar kepada kita ada di ujung jari kita. Dia memberi kita buku petunjuk untuk semua ciptaan, dan isinya dipenuhi dengan nasihat, prinsip dan janji. Aku mendorong kita semua untuk mengambil Alkitab kita dan membacanya.
Saat kamu membacanya, aku berdoa supaya iman kita dibangkitkan dan hati kita terdorong untuk kembali kepada-Nya. Semoga Dia menyentuhmu tepat dengan kasih-Nya.
Sia-sialah kita hidup jika tak mengenal Tuhan lewat firman kebenaran-Nya
Dikutip dengan ijin dari Near to the Heart of God, oleh Terry Meeuwson tahun 1998.