Mempersembahkan Diri Sendiri Di Musim Penuh Kasih
Kalangan Sendiri

Mempersembahkan Diri Sendiri Di Musim Penuh Kasih

Puji Astuti Official Writer
      3153

Tawarikh 29:14

Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu."

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 16; Wahyu 22; Ayub 8-10

“Apa yang kamu butuhkan” Suamiku bertanya kepada direktur dapur umum setempat sewaktu memasuki masa liburan di suatu tahun. Keduanya baru saja bertemu 'secara kebetulan'.

Senyum lebar menyebar ke seluruh wajah Bob. "Tidak ada."

Kemudian dia menguraikan sebuah cerita tentang kebutuhan besar yang telah dihadapi staf dapur pada minggu sebelumnya. Selama bertahun-tahun, sebuah perusahaan lokal menyumbangkan kalkun seharga $ 2.000 setiap Natal. Tetapi perusahaan itu sekarang telah tutup, digantikan oleh entitas perusahaan yang lebih besar.

Tidak ada lagi kalkun.

Seseorang telah memberikan donasi untuk menutupi sedikit kekurangan untuk kebutuhan ini. Tapi Natal datang dengan cepat.

Lalu telepon Bob berdering. Seorang pedagang lokal sedang panik. Seseorang secara tidak sengaja membekukan lusinan kalkun berlabel "segar". Perusahaan bisa menghapus jumlah kalkun itu. Tapi mereka tidak bisa menjualnya.

"Kapan kamu ingin kami mengambilnya?" Tanya Bob.

Ia akan mendengar doa umat-Nya yang melarat, dan tidak menolak permohonan mereka. Mazmur 102: 17 (BIS)

Musim liburan dipenuhi dengan kisah-kisah kebaikan. Tetapi hanya Tuhan yang bisa “secara tidak sengaja” menyediakan begitu banyak kalkun, kebutuhan yang tepat untuk para pelanggan dapur umum ini.

Saat mukjizat berlalu, ini cuma kejadian kecil. Tetapi mukjizat-mukjizat kecil kadang-kadang merupakan kekuatan yang paling mendorong.

Teman saya sedang membunyikan lonceng di samping ketel merah. Orang-orang yang lewat membuatnya terkesan dengan sumbangan mereka yang murah hati yang dimasukkan ke ketel dan hadiah cokelat panas untuknya.

Di media sosial, saya membaca tentang seorang ibu yang sudah kelelahan mencoba untuk membuat anak-anaknya yang juga lelah untuk makan siang di restoran. Seorang tamu restoran kemudian membayar makanan keluarga ibu itu dan membantunya menggiring anak-anaknya masuk ke mobilnya.

Dua orang yang mengantri di sebuah toko yang sibuk mulai berdebat — masing-masing mendorong yang lain untuk membayar ke kasir lebih dulu.

Suamiku, Paul, dan aku berada di kantor pos, menunggu mengirim paket yang belum siap dikirim. Orang asing yang menunggu bersama kami membantuku membungkus paket itu. Paul tetap mengantri sesuai aturan. Wanita tak dikenal itu melipat bungkusan paketku. Saya menempel lakbannya. Prosesnya menyenangkan dan tidak membuat frustrasi seperti yang seharusnya.

Seseorang mungkin berpendapat bahwa perjumpaan ini tidak seperti mukjizat. Tapi hukum alam melekat dalam setiap kisah.

Walau demikian, setiap pertemuan, mencerminkan penghargaan terhadap orang lain lebih dari diri sendiri. Setiap orang yang mengulurkan tangan menyentuh kehidupan orang lain dan mereka yang berdiri sebagai saksi.

Imago Deiadalah gambar Tuhan yang tercermin dalam tindakan kebaikan kecil. Mukjizat-mukjizat kecil yang indah untuk memberi harapan kepada mereka yang membutuhkan, bagi seorang pelancong yang lelah, kepada seorang pembeli yang sibuk.

Mungkin mereka yang menerima makanan Natal mereka dari dapur umum itu tidak tahu tentang keajaiban yang terjadi hingga kalkun itu bisa mereka nikmati. Tetapi kita tahu bahwa makanan itu, seperti manna, berasal dari atas.

Kami berada di titik puncak musim memberi untuk merayakan bagaimana Tuhan memberikan diri-Nya bagi kita.

Kita bisa memberi keajaiban dan menjadi Imago Dei bagi orang lain.

Apakah kamu rindu menjadi berkat di hari Natal ini? Yuk dukung pelayanan CBN yang hadir dengan berbagai program seperti Superbook, Solusi, Superyouth, Jawaban.com dan Pelayanan Kemanusiaan OBI. Klik disini untuk memberikan donasi di Spesial Natal ini. 

Hak Cipta © 2017 Nancy E. Head. Digunakan dengan izin.

Ikuti Kami