Filipi 3: 13b-14
….aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada
apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 91; Lukas 12; Daniel 1-2
Setiap orang memulai perjalanannya dari satu tempat.
Kalau kamu sepakat
denganku, perenungan soal langkah hidup yang baru bisa menyebabkan munculnya keraguan
dan ketakutan di dalam diri. Tapi, memang pertumbuhan yang terjadi dalam segala
aspek hidup kita gak akan terjadi secara otomatis. Baik dalam mengasah skill, membangun
bisnis atau mencari pasangan hidup harus dimulai dari satu tempat. Intinya, berani mengambil langkah pertama akan membawa kita pada tujuan akhir yang kita inginkan.
Di usia tujuh
tahun, aku mulai belajar cara mengendarai sepeda di sekitar rumah kami di
Houston, Maine. Ayah membelikan sepeda
bekas seharga 5 dolar. Aku diajari oleh saudaraku dan satu temanku, sementara ibu
mengabadikan setiap langkah yang aku capai dalam sebuah foto yang sampai hari ini masih ada.
Aku masih ingat
rasa takut yang aku rasakan! Sepeda itu benar-benar lebih cocok untuk orang
yang lebih besar dariku. Waktu itu, aku bahkan harus siap terjatuh dan sampai akhirnya
aku trauma menaiki sepeda. Beberapa tahun kemudian, aku kembali senang menerima
tantangan ini. Istriku yang cantik, Debbie dan aku merencanakan perjalanan bersepeda
sejauh 11.000 mil mengelilingi Amerika. Kami telah melewati beberapa petualangan bersepeda yang akhirnya mengubah hidup kami.
Apapun
tantangan yang kita hadapi, kita tidak akan bisa maju tanpa mengambil risiko dan
tanpa mempelajari hal-hal yang belum kita tahu. Misalnya, tak akan ada yang
bisa mengendarai mobil balap Indy tanpa mempelajarinya lebih dulu, mengendarai mobil orangtua atau berlatih di atas traktor di pertanian keluarga.
“Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan
menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (Pengkhotbah 11: 4)
Rasa takut akan
sesuatu yang kita tidak ketahui hanya membuat kita jalan di tempat, bahkan saat
kita menyerah untuk melakukannya. Kita hanya perlu menghadapi ‘angin dan awan’ yang
entah bagaimana akan membentuk kita dalam bentuk apapun yang kita tak bisa
pikirkan. Keadaan yang sempurna tak akan pernah datang begitu saja. Menunggu hanya
akan membuat kita berada di posisi yang terbatas. Kalau saja Tuhan bermaksud mendikte
takdir kita, Dia tidak akan pernah memberikan kita dorongan untuk bertindak. Dia
memberikan kita keberanian untuk melangkah maju dalam iman saat kita mau menjawab panggilan-Nya.
Hidup di
tengah kesakitan adalah sebuah kewajiban. Kita belajar sukses melalui
kegagalan, dengan rasa malu dan kecewa. Tapi harga yang harus kita bayar tak seberapa
dibandingkan dengan imbalan yang sudah menanti kita. Menerima bantuan, dorongan dari orang lain serta sikap pantang menyerah adalah kunci dari kemajuan.
Aku sudah cukup
lama jadi penulis sampai kemudian aku tahu betapa menantangnya untuk jadi penulis
yang sukses. Tapi, dengan ketekunan yang cukup aku berharap bisa mengembangkan lebih
banyak keterampilan dan membuat keputusan yang lebih baik. Akhirnya, aku berharap
bisa melakukan hal yang lebih besar dari yang awalnya aku inginkan. Mudah sekali
untuk melupakan kalau Tuhan suka dengan kepatuhan, ketekunan dan keinginan kita
untuk menolong orang lain. Dengan terus melangkah dan menyerahkan hasil
akhirnya ke dalam tangan-Nya membantuku untuk mengejar langkah baru dengan rasa puas dan keberanian.
Mari meneladani
sikap yang dilakukan Paulus saat menjalankan pelayanannya. Meskipun kesulitan dalam
menyebarkan injil, dia tetap setia melakukan panggilannya. Dalam Filipi 3: 13-14,
Paulus berkata, “aku melupakan apa yang
telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan
berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”
Mencapai tujuan
akhir mungkin akan memberikan kita kepuasan. Tapi, kita juga harus ingat bahwa proses
perjalanan untuk mencapainya juga penting. Karena hal itu bisa jadi tahap pembelajaran
bagi kita untuk berani menaklukkan tantangan dan berani melompat kepada tujuan yang
lebih tinggi. Jangan pernah membiarkan rasa takut membuat kita tidak bisa mengalami
petualangan bersama Tuhan. Karena saat kita berani melangkah, maka sesuatu yang besar sudah menanti di depan.
Hak cipta Tim
Bishop, diterjemahkan dari Cbn.com