2 Korintus 12:9
"…Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna…."
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 88; Lukas 9; Yeremia 23-24
Tetapi jawab Tuhan
kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku,
supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku seanang dan rela di
dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan
dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2 Korintus 12:9-10).
Hari ini, saya melirik piala yang terletak di rak buku saya, yang diberikan kepada saya sebagai gurauan.
Piala itu bertuliskan
kata-kata " Largest Ulcer of 2017 (Ulkus Terbesar di 2017)." Saya
sudah menjalani operasi yang besar karena luka pendarahan di lambung yang cukup parah menurut dokter.
"Ini adalah luka yang terbesar yang saya lihat sepanjang tahun," kata dokter.
Saat dalam pemulihan di rumah sakit sehabis operasi, seorang teman memberi saya piala tersebut.
Meskipun sakit saya ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan, tapi
ketika saya melihat trofi itu hari ini, saya benar-benar tersenyum dengan puas.
Dengan iman, rasa sakit dan cobaan yang saya alami menjadi piala buat saya.
Tuhan mengijinkan rasul
Paulus mengalami penderitaan yang sangat melelahkan dan menyakitkan. Dia
berulang kali memohon kepada Tuhan untuk mengambil duri yang menyiksa di dalam dagingnya.
"Dan supaya aku jangan meninggikan diri
karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di
dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri" (2 Korintus 12:7).
Namun, Tuhan memiliki tujuan
yang lebih besar untuk hal itu. Dia menemukan bahwa kelemahannya itu pada
kenyataannya menjadi sebuah kesempatan untuk membanggakan Tuhan. Ada
penghiburan ketika mengetahui bahwa Yang Mahakuasa memegang kendali hidup kita dan berpihak pada kita.
Tuhan sering menggunakan
kesulitan untuk membentuk kita menjadi seperti yang Dia inginkan di dalam
Kristus. Apakah Rasul Paulus waktu itu lebih baik karena kesusahannya itu?
Sesungguhnya, kekuatan Allah dapat di manifestasikan di tengah-tengah
kelemahannya. Tuhan dimuliakan karena kita sudah diubah melalui penderitaan kita.
Orang-orang percaya sama
dengan guci tanah liat. Meskipun nggak mahal dan bahkan mudah rusak, Tuhan
sudah menganggap bahwa itu pantas untuk menampilkan cahaya kemuliaanNya ditengah-tengah kita, terlepas apapun kelemahan kita.
"Sebab Allah yang telah berfirman:
"Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat
terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari
pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi
harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (2 Korintus 4:6-7).
Kerapuhan dan kelemahan kita
meliputi kemuliaan Tuhan yang hidup. Melalui berbagai kelemahan kita, cahaya
Tuhan memancar melalui celah-celah dalam kehidupan kita. Ketidaksempurnaan kita akan memancarkan kemegahan dan intensitas Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tuhan sedang bekerja di
tengah-tengah kelemahan dalam cara-cara yang bisa luput dari padangan kita secara langsung.
Dan cahaya Allah itu bersinar
melalui celah-celah kelemahan kita bagi orang-orang disekitar kita sehingga mereka melihat.
Ketika kita menahan rasa
sakit dan cobaan dalam kekuatan yang Kristus sudah berikan, orang lain akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai alasan atas harapan kita.
Ketika Dia menunjukkan
kuasaNya dalam kelemahan kita; pencobaan, penyakit dan rasa sakit yang kita alami,maka itu akan menjadi piala alias trofi bagi kita.
Peganglah piala penderitaan kita setinggi mungkin hari ini, ketahuilah bahwa melalui kesulitan kita, Allah meraih kemenangan atas nama kita dan menyingkapkan kemuliaanNya bagi semua orang di sekitar kita.
Hak Cipta © 2017 Paul J. Palma. Digunakan atas izin