Roma 8:28
Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu88[/kitab]; [kitab]lukas9[/kitab]; [kitab]yerem13[/kitab]; [kitab]yerem22[/kitab]
Kehidupan telah dipenuhi
tantangan akhir-akhir ini, sebagian besar terkait dengan kesehatan. Kesehatan
saya sendiri kurang ideal. Selain itu, ayah mertua saya yang berusia 91 tahun,
yang saya dan suami saya sayangi, jatuh kala menuruni tangga pada 10 minggu yang lalu.
Dia tidak mengalami patah
tulang, tetapi memiliki serangkaian kemunduran dalam kesembuhannya dan telah
berada di rumah sakit dan panti jompo sejak kejadian tersebut. Jadwal kami telah berkisar pada perawatannya sejak saat itu.
Di tengah-tengahnya, saya
menemukan diri saya bertanya, "Tuhan, apa cara terbaik untuk merawatnya?
Apa yang Engkau inginkan dari kami? Apakah kami harus membawanya pulang?"
Keputusan yang diinformasikan tidak mungkin karena masa depannya terlalu tidak
pasti. Semua pilihan sepertinya melibatkan kesulitan di tingkat tertentu, tetapi siapa pun dapat menebak apa yang akan terjadi besok.
Kadang-kadang, rasanya
seperti kami diminta untuk menandatangani cek kosong, menawarkan hidup kami
untuk komitmen yang tidak ditentukan - baik dalam persyaratan harian dan jumlah bulan - atau tahun - layanan.
Mengerikan.
... Tapi bukankah itu
persisnya yang diminta Tuhan dari kita? Dia pengrajin; kita adalah tanah liat.
Kita bernyanyi, "Ciptakan saya dan buat saya sesuai kehendak-Mu." Lagu tersebut sesungguhnya meminta-Nya untuk mengarahkan hidup kita.
Saya harus memercayai-Nya. Saya harus menandatangani cek.
Kenapa kali ini susah?
Saya pikir itu sulit karena saya punya agenda - pekerjaan yang Tuhan berikan untuk saya lakukan.
Baca Juga: Home Run: Pelajari Rencana Tuhan lewat Lapangan Bisbol
Jika saya diikat ke arah lain, bagaimana saya bisa menyelesaikan apa yang sudah saya mulai?
Saya juga memiliki hal-hal
yang ingin saya lakukan. Jika saya berkomitmen untuk hal ini, saya mungkin
tidak punya waktu untuk apa yang saya inginkan. Bagaimana jika harga yang harus saya bayarkan terlalu mahal?
Tetapi, apabila agenda
saya sekarang membuat saya ragu, apakah itu benar-benar untuk-Nya? Jika saya
tidak mau mengubah arah, apakah itu tanda bahwa saya sekarang telah mengklaim
aktivitas dan hidup saya, sebagai milik saya? Apakah saya hidup untuk Tuhan atau untuk saya?
Saya tahu Tuhan selalu
setia. Ia akan bersama saya dan berjanji
tidak akan memberikan sesuatu yang melebihi dari apa yang bisa saya tangani. Kasih karunia-Nya cukup, dan seterusnya. Saya tahu janji-janji itu.
Namun, terkadang sulit
untuk menyerah. Tidak mudah untuk meletakkan semuanya. Bahkan ketika kamu tahu itu adalah apa yang diminta darimu.
Tuhan itu murah hati. Ia tidak meninggalkan kita sendirian di dalam pergumulan yang kita hadapi.
Bagi saya, kali ini, kedamaian datang melalui ayat-ayat dari Pengkhotbah 3:
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya." Pengkhotbah 3:11
"Untuk segala sesuatu ada masanya," Pengkhotbah 3: 1
"ada waktu untuk
menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari." Pengkhotbah 3:4 - dan ada waktu untuk melayani.
Saya dapat memercayai
Tuhan dengan agenda, kekuatan, dan persyaratan waktu saya ... dengan hidup saya.
Dia membuat segalanya indah pada waktu-Nya.
Sungguh, Ia telah membuat segalanya menjadi indah. Saya hanya belum melihatnya saja.
Saya suka kesaksian hidup Yusuf
dan Yesus. Tuhan kita tahu bagaimana menggunakan kesulitan dan penderitaan - bahkan ketidakadilan dan kekejaman - demi tujuan-Nya dan kemuliaan-Nya.
"Kesulitan" saya
tidak berarti apa-apa. Masalah saya adalah keinginan saya untuk mengendalikan hari-hari saya. Saya harus berserah kepada-Nya.
Ini semua tentang penyerahan
diri. Dan tentang menyaksikan bagaimana Ia membuat sesuatu yang indah dari hidup saya.
Kembali kepada kisah ayah
mertua saya tadi. Jadi, kami pun membawa Ayah ke rumah beberapa hari yang lalu
dan akan merawatnya sendiri sekarang. Kami bersyukur atas tekadnya untuk
merangkul kehidupan dan merawat dirinya sendiri sebanyak mungkin. Kini, kami semua sedang dalam proses menemukan kehidupan normal yang baru.
Namun, saya tahu bahwa di dalam waktunya Tuhan, itu akan menjadi indah.
Ia "turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya." (Roma 8:28-29a)
Sekarang, itulah yang saya sebut indah!
Hak Cipta © 2013 Kay Camenisch, digunakan dengan izin.
Berserah Diri adalah Kunci untuk Melihat
Betapa Indahnya Rencana Tuhan di dalam Hidup Kita.