“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi
jalanku.”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 70; Ibrani 4; 2 Raja-raja 20-21
Baru-baru ini, keluarga kami pergi
menikmati pemandangan yang sangat indah, Glacier Point, untuk melihat Half-Dome
dan Lembah Yosemite. Di perjalanan, kami menemukan sebuah terowongan yang aku
sudah lupakan. Melewati gua yang gelap dan duduk di kursi penumpang, aku
mengeluarkan kamera baruku untujk mengambil gambar. Aku mengintip cahaya kecil
di ujung terowongan lewat jendela bidik, menunggu tiba di pintu keluar. Sebaliknya,
penantianku berubah jadi seruan keras, “Ini terowongan terpanjang yang pernah aku datangi!” kataku.
Adapun cahaya itu sangat kecil dan
dindingnya tetap gelap. Meskipun kami mengemudi tapi posisi kami sepertinya tak sama.
Dalam kehidupan, kita juga kadang
kala menemukan terowongan tak terduga di tengah perjalanan menuju tujuan kita.
Pengalaman inipun bisa berbeda-beda. Hal ini bisa saja berupa tumpukan tagihan
sementara kondisi keuangan kita tetap tak naik-naik. Atau saattelepon tak bordering,
kotak email tetap kosong. Matahari bisa terbit setiap hari tapi pikiran kita meredup, hal ini terjadi hari demi hari.
Lalu, bagaimana harusnya kita melewati
terowongan ini dalam hidup kita? Kita terus mencari cahaya. Kita mengandalkan Tuhan dan terus melepaskan rencana dan waktu kita.
Aku ingat pada suatu kali saat
bekerja pertama kali, aku mencari pekerjaan selama masa krisis ekonomi. Tapi
ternyata saat itu banyak perawat yang dipecat. Akhirnya, peluang pun datang.
Aku diwawancarai oleh manajernya dan memberitahuku soal kondisi saat itu. Saat aku ditawari pekerjaan itu, aku pun langsung menolaknya.
“ya Tuhan, aku tak bisa bekerja untuk seseorang yangsuka berteriak,” pikirku.
Tapi Roh Kudus mendorongku dan
membuatku merasa tak nyaman. Aku pun menghubungi pihak perusahaan dan menerima posisi
itu. Hanya Tuhan yang tahu kalau manajer itu dua bulan kemudian digantikan dengan manajerbaru yang lebih kompeten. Pekerjaan itu pun menjadi berkat bagiku.
“Percayalah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3: 5)
Untuk percaya kepada Tuhan, kita
harus tetap di dalam firman-Nya supaya iman kita terbangun dan kita bisa mendengar suara-Nya dan mengenali jalan-jalan-Nya.
Dalam bukunya Candles in the Dark, penulis bernama Amy Carmichael mengisahkan tentang
perjalanan misinya ke India. Dia mengarungi hutan di tengah malam hanya dengan menggunakan lentera supaya dia tak tersandung oleh bebatuan saat berjalan.
“Kami melakukan perjalanan rohani dengan
lentera tangan, bukan dengan cahaya listrik. Dan lentera hanya menunjukkan langkah
berikutnya. Kalau langkah selanjutnya terlihat jelas, melangkahlah. Jangan kuatir tentang langkah-langkah di luar yang bisa kamu lakukan,” tulisnya.
“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119: 105)
Tuhan juga memberikan kekuatan
untuk hari ini, untuk saat ini, dan menit ini juga. Dia adalah Allah yang membawa
kita dari kekuatan ke kekuatan seperti yang tertulis dalam Mazmur 84: 5-7, saat
bangsa Israel mengitari padang gurun. Kita tak bisa menambahkan kekuatan dari
bulan, dari minggu,atau dari sore. Sumber kekuatan kita, yaitu Dia lah yang memberikan
kita kekuatan saat kita melangkah keluar dan menari di waktu yang bersamaan ketika
Dia memimpin kita. Kita aman, kita hidup dengan potensi penuh kita selama mengarungi perjalanan di terowongan itu. Pintu keluarnya akan kelihatan.
Waktu kita keluar dari terowongan di
Yosemite, semua warna-warni yag indah bermunculan. Ledakan cahaya terjadi secara
mendadak, kami menatap langit biru yang megah dan pondok-pondok megah yang merayap
di jalan beraspal nan berliku di depan kamu mengarah ke tujuan akhir kami. Terowongan itu ada di belakang kami.
“Karena
Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku.” (Mazmur 18: 28)
Hak cipta Dee Aspin, diterjemahkan dari Cbn.com