2 Korintus 1: 3 - 4a
Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa
yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur
kami dalam segala penderitaan kami....
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 77; Ibrani 11; Yeremia 3-4
Sebagai orang
dewasa, aku sebenarnya sangat tertarik dengan pelangi. Waktu kecil, aku masih
ingat suka berlari menghampiri jendela setiap kali hujan badai tiba dan
berharap aku bisa melihat matahari di antara awan yang menghiasi indahnya alam. Jujur saja, aku selalu melakukan kebiasaan ini.
Pelangi
adalah salah satu hal yang paling aku suka dalam hidup ini, bukan hanya karena keindahannya
yang spektakuler. Tapi juga karena maknanya yang menggambarkannya. Pelangi itu terbentuk
dari pantunan sinar matahari, awan dan hujan. Dan bukankah hal ini juga terjadfi di kehidupan nyata kita?
Lewat awan kebimbangan dan air mata kesakitan yang dicampur dengan iman di dalam Yesus, kita bisa merasakan
pelangi sukacita. Tak semua pengalaman yang kita alami adalah sebuah petaka. Beberapa
mungkin saja dipakai Tuhan untuk menyenangkan dan membuat kita menikmati cerita-cerita
kebaikan Tuhan. Tapi jujur saja, seringkali pengalaman yang paling sering Dia pakai adalah bagian yang paling menyakitkan.
Walau begitu,
yakinlah setiap pengalaman yang sulit atau menyakitkan dalam hidup ini suatu hari nanti akan menghasilkan pelangi pujian bagi Tuhan.
Salah satu pelajaran
sulit yang aku bisa pelajari adalah ketika sesuatu yang salah terjadi dalam
hidupku, pasti akan selalu ada tujuan dibaliknya dan kesempatan untuk bisa menikmati
pelangi. Dalam 2 Korintus 1: 3-4, kita bisa membaca bahwa Rasul Paulus menulis hal
ini, katanya, “Terpujilah Allah, Bapa
Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala
penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami
sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.”
Di ayat
ini, Paulus meyakinkan kita bahwa Tuhan mau kita membagikan pengalaman sakit kita
kepada orang lain. Sama seperti pengalaman saat aku melalui banyak kesedihan dan
kekecewaan ketika aku berpacaran dengan Brent. Kami saat itu sudah berpacaran selama
bertahun-tahun. Tapi tanpa disangka, suatu hari Brent menyampaikan bahwa dia mau
putus denganku. Aku pikir rasa cintaku untuk dia tidak akan membuat dia meninggalkanku. Tapi ternyata tidak!
Beberapa waktu
lamanya, aku gak habis pikir kenapa Tuhan harus mengijinkan aku melalui rasa
sakit ini. Tapi saat itulah aku melihat ke atas dan menyadari ada pelangi indah
yang Tuhan sudah sediakan. Kita dipanggil untuk jadi seperti Kristus, anak-anak
Allah. Kita tak bisa melakukan semua mujizat yang bisa dilakukan oleh Yesus
sendiri. Tapi kita bisa mengalami perasaan yang sama seperti yang dilakukanNya.
Dengan mencintai Brent sepenuhnya dan membiarkan dia meninggalkanku tanpa
alasan, aku merasakan bagaimana perasaan Yesus. Dia menunjukkan kasihNya yang
seutuhnay kepada orang-orang berdosa. Tapi sedikit sekali orang yang benar-benar bisa menerima cinta dan mendapatkan keselamatan yang Dia sudah janjikan.
Setiap kali
aku menyemangati seseorang merasa ditolak, aku meraih kantong pelangi dan warna-warna
menarik yang menerangi langit yang gelap. Semoga Tuhan memberi kita karunia untuk belajar dari Dia lewat setiap kesedihan atau kekecewaan yang kita hadapi.
Hak cipta Brittany
Waggoner, diterjemahkan dari Cbn.com