1 Korintus 8:13
"Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan
bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”
Bacaan Alkitab Setahun
Mazmur 64; Markus 14; Hosea 8-10
Saya suka binatang.
Saya sangat menyukai beberapa hewan, karenanya saya memakannya. Maaf, tapi itulah
faktanya. Saya merasa kitab suci memberi manusia kebebasan untuk menjadikan
binatang untuk makanan. Bahkan, saya, seperti banyak dari kamu, memiliki pandangan
teologis yang saya yakini didukung oleh penafsiran kitab suci yang jelas yang membenarkan
saya makan atau menahan diri dari makan makanan tertentu. Lebih jauh lagi,
sebagai orang Amerika yang hidup dalam kemerdekaan dan tanah air dari para pemberani,
saya merasa saya berhak mendapatkan kebebasan pribadi tertentu. Ketika
seseorang mengisyaratkan akan mengambil apa yang saya rasakan adalah kebebasan
saya, ada bagian dari diri saya yang ingin memperjuangkan hak saya, membuktikan
kebenaran pandangan saya.
Tetapi tahukah kamu bahwa
hanya karena saya memiliki pengetahuan bahwa sesuatu boleh untuk saya lakukan, saya dapat menghancurkan saudara-saudara
saya yang Kristus juga mati bagi mereka?
Makanan hanyalah satu contoh, kamu bisa menyebutkan hal lainnya: menonton film
tertentu, mengenakan jenis pakaian tertentu, menggunakan kata tertentu ketika
berbicara, atau hal-hal lain yang tak terhitung jumlahnya — terutama ketika
menyangkut hubungan lintas budaya. Kita bahkan dapat mencabik-cabik orang lain dengan
cara kita menangani firman Tuhan.
Paulus menggunakan
contoh tentang bagaimana memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada
berhala (yang tidak berarti apa-apa, karena kita melayani Allah yang hidup)
dapat melukai orang percaya yang hati
nuraninya yang lebih lemah yang dulu
pernah menyembah berhala. Dengan melakukan hal itu, firman Tuhan mengatakan
orang yang makan tidak hanya berdosa terhadap saudara seimannya, tetapi melawan
Kristus sendiri. (Lihat 1 Korintus 8:12.)
Mengapa ada dorongan
dalam diri saya untuk melatih dan membuktikan hak-hak saya dengan mengorbankan
saudara-saudara seiman saya? Paulus sebenarnya menjawab pertanyaan itu di awal pasal ini : Pengetahuan yang demikian
membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. (1 Korintus 8: 1b). Tidak ada yang salah dengan pengetahuan, tetapi jika
pengetahuan itu tidak diterapkan dalam cara yang penuh kasih yang membangun (memberkati)
tubuh Kristus, saya tidak menghargai orang lain. Saya tidak melayani.
"Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Markus 10:45
(ESV)
Jika Anak Allah saja mengesampingkan
hak-Nya untuk datang dan melayani kita (Filipi 2:7), tentunya saya dapat
menyingkirkan apa yang saya rasakan sebagai hak istimewa saya untuk melayani
saudara seiman. Bahkan, saya percaya kita bisa sampai pada titik di mana kita
senang mengesampingkan hak istimewa kita demi orang lain. Itu adalah cara untuk
mengasihi seperti Kristus mengasihi, itu adalah cara untuk menjadi lebih lagi
serupa dengan gambaran Anak Allah. Jika kita dilahirkan kembali, Kristus telah
membebaskan kita. Dan karena kita telah bebas maka kita memiliki kemerdekaan untuk
menahan diri dari melakukan hal-hal tertentu atau tunduk pada aturan dan prinsip tertentu, karena kita tahu pembenaran kita berasal dari Kristus saja.
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil
untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai
kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang
lain oleh kasih." Galatia
5:13
"Makanan tidak
membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak
kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
Tetapi jagalah, supaya
kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. Karena apabila
orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan", sedang duduk makan
di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan
untuk makan daging persembahan berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah,
yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena
"pengetahuan" mu.
Jika engkau secara
demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang
lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. Karena itu apabila
makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak
akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi
saudaraku. 1 Korintus 8: 8-13
Hak Cipta © 2016
Jonathan Santiago. Digunakan dengan izin.