Aku Mirip Dengan Ayahku, Inilah Identitasku
Kalangan Sendiri

Aku Mirip Dengan Ayahku, Inilah Identitasku

Puji Astuti Official Writer
      4296

Mazmur 139: 14

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

Bacaan  Alkitab Setahun  Mazmur 71; Ibrani 5; 2 Tawarikh 33-34

Aku masih ingat betapa bangganya nenekku saat membawa aku kepada teman-temannya kapanpun kami datang berkunjung. Dia akan memutarku dihadapan teman-temannya yang mengaguminya, dan mengatakan sesuatu seperti, "Lihatlah rambut ikal pirang itu ... persis seperti ayahnya."

Tentu saja, ayahku adalah anak laki-lakinya yang sudah besar, dan Nenek senang sekali karena aku mewarisi mata birunya dan rambut pirang itu.

Aku telah merenungkan mengapa pengalaman tersebut selalu membuatku merasa senang. Tentu saja, aku mengagumi ayahku. Bahkan, aku sangat mencintainya. Aku  terlihat seperti ayahku, sebagian orang akan mengatakan itu, dan itu menandakan saya adalah anak gadisnya. Aku kemudian tumbuh dengan memahami bahwa pengalaman itu memberikanku rasa memiliki, sebuah identitas. Dengan nama keluarga yang tidak biasa, kami terlihat berbeda, atau terpisah, tetapi itu juga berkontribusi pada identitas yang berbeda.

Jadi, siapa gadis kecil ini dengan rambut ikal pirang dan nama keluarga yang tidak biasa? Ketika aku dewasa, aku memiliki banyak pertanyaan tentang siapa dia, dan apakah hidupnya memiliki arti. Aku percaya akan cinta orang tuaku, dan sebagai berkat tambahan, mereka menanamkan padaku keyakinan yang penuh harapan, namun secara naif percaya, bahwa aku mampu melakukan apa pun yang aku pikirkan. Itu semua hal yang positif. Tapi, aku membutuhkan lebih dari itu. Hidup tidak mencurahkan berkat yang terus menerus, dan pada saat putus asa dan kehilangan, aku membutuhkan lebih banyak bantuan untuk bisa keluar dari situasi itu. Pengetahuan bahwa aku adalah bagian dari keluargaku  tidak cukup.

Ibuku dengan setia mengajariku dari Kitab Suci tentang Tuhan Sang Pencipta yang pengasih. Jadi mengapa Dia menciptakan manusia? Apakah Dia kesepian, atau apakah Dia memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi? Pemikiran ini tampaknya logis yaitu bahwa Tuhan tidak membutuhkan siapa pun untuk memuaskan keberadaan-Nya. Lagi pula, bagaimana mungkin Tuhan yang mahatahu, mahahadir, dan mahakuasa yang tak terbatas membutuhkan sesuatu? Ketika Dia selesai membuat dunia ini dalam segala kemegahannya, “...Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Kejadian 1:31. Dia tidak membutuhkan orang untuk membuatnya puas. Tidak, sebaliknya. Tuhan itu kreatif secara alami dan kasih adalah substansi-Nya. “…Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.1 John 4: 7-8. Jadi, Dia menciptakan kita karena kasih-Nya sehingga kita juga bisa mencintai.

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." Kejadian 1:27

Aku terkejut ketika mengetahui bahwa Tuhan memilih untuk menciptakan kehidupan manusia MENURUT GAMBAR-NYA. Menyadari bahwa aku memiliki arti penting karena Pencipta Alam Semesta membuatku dalam gambar-Nya menjadi landasan penemuan, suatu momen kebenaran. Aku bisa memiliki tujuan kekal dalam hubungan dengan Allah yang pengasih ini.

Dia bahkan memastikan hubunganku tidak akan pernah terputus oleh pemberontakanku sendiri - dosa - tidak sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Mengungkap Diri-Nya kepada kita melalui Putra-Nya, Yesus - Imanuel - Allah bersama kita, Allah mengundang kita untuk menerima pengampunan-Nya ketika kita mengembara untuk memilih jalan kita sendiri. Kami ditawari karunia hubungan tak ternilai ini ketika kita datang, siap untuk masuk kembali pada identitas awal kita dengan Abba Bapa kami. Kita akan menjadi “orang-orang aneh,” terpisah dari budaya dunia ini dengan cara yang berbeda. Kita harus menghidupi gambar kasih Allah, dan menyinarkan terang-Nya ke dalam kegelapan.

Bayangkan betapa pentingnya setiap kehidupan manusia! Kasih, Tuhan itu sendiri, menjadikan kamu dalam gambar-Nya! Kehidupan manusia dipisahkan - Tuhan tidak meniupkan  roh-Nya ke dalam ciptaan lainnya. Pergilah rayakan identitas sucimu itu dan hidup dengan penuh percaya diri sebagai anak Allah, satu-satunya Allah yang benar. Ini penting.

Hak Cipta © 2018 Joan C. Benson, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami