Efesus 6:18
Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.
Bacaan Alkitab Setahun Amsal 30; Kolose 3; 2 Tawarikh 18-19
"Pendeta, duduk sebentar. Aku ingin bicara denganmu tentang masalah doa,” Jenderal George S. Patton berdiri di depan jendela melihat hujan yang terus menerus turun. Selama berhari-hari Third Army tidak dapat bergerak selama berhari-hari karena masalah cuaca. “Pendeta,” demikian Patton bertanya, “Seberapa sering doa dilakukan di Third Army (tentara Amerika pada Perang Dunia II–red)?”
Pendeta itu mengakui bahwa tidak terlalu sering.
"Pendeta, saya orang yang sangat percaya dengan doa. Ada tiga cara agar seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan: dengan merencanakan, bekerja dan berdoa. Setiap operasi militer besar dilakukan dengan rencana dan pemikiran yang hati-hati. Kemudian kamu harus melatih tentara untuk melaksanakannya: itu bekerja. Tetapi diantara perencanaan dan operasi selalu ada hal yang tidak diketahui. Hal yang tidak diketahui itu bisa menentukan kekalahan atau kemenangan, berhasil atau gagal. Hingga sekarang ini, Tuhan sudah sangat baik kepada kita. Kita tidak pernah mundur; kita tidak menderita kekalahan, tidak kelaparan atau mengalami serangan penyakit. Hal itu karena ada banyak orang di rumah sana berdoa bagi kita. Tetapi kita harus berdoa untuk diri kita juga. Kita harus meminta Tuhan menghentikan hujan ini. Pasukan ini membutuhkan keyakinan dan iman bahwa Tuhan bersama kita. Dengan doa, kita tidak akan gagal.”
Tetapi apa yang terjadi jika kita dilarang berdoa untuk perlindungan bangsa kita, hikmat bagi para pemimpin dan kebebasan bagi rakyat kita? Di Amerika pada 29 Agustus 2011, tiga hakim panel dari Fourth U.S. Circuit Court of Appeals, sebuah pengadilan federal di negara bagian Virginia membuat aturan resmi melarang berdoa sebelum rapat atau pertemuan. Aturan dalam kasus Joyner v. Forsyth County melarang pelayan publik menyebut nama Yesus.
Berdoa adalah mengundang Tuhan untuk berbincang dengannya.
Dalam kata Yunani “enteuxis” sering diartikan sebagai “bersyafaat.” Dalam Perjanjian Baru kata ini digunakan untuk menggambarkan petisi kepada raja atas nama orang lain. Sebuah petisi bukanlah sebuah permintaan yang tidak diungkapkan tetapi sebuah permintaan yang berani dengan ditandatangani oleh mereka yang berani menghadapi otoritas yang memerintah.
Yesus menceritakan tentang perumpamaan tetangga yang gigih ini:
"Masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.” (Lukas 11:7-8)
Tuhan mendengarkan doa yang kita panjatkan dalam hati, tetapi Dia juga ingin mendengar suara kita berseru kepada Sorga, meminta keadilan bagi mereka yang ditekan dan pertolongan bagi mereka yang terluka dan menderita.
Di antara tanggal 12 hingga 14 Desember 1944, dua ratus lima puluh ribu kopi Kartu Doa Jenderal Patton dibagikan kepada pasukan. Pada 20 Desember, hujan berhenti. Selama hampir seminggu, pesawat Amerika memborbardir tentara Jerman yang telah maju bersembunyi dibalik kabut. Jenderal Patton berdoa untuk cuaca yang cerah dan Tuhan mengabulkannya.
Mungkin ini adalah saatnya mengumpulkan seisi rumah, gereja bahkan kota dan juga pengadilan untuk meminta Tuhan mengasihani kita dan mengampuni dosa kita. Setiap tahun Amerika mengakui adanya hari nasional untuk berdoa. Yang dibutuhkan adalah sebuah negara dengan warga yang tidak henti-hentinya berdoa.
Apakah kita sebagai warga negara Indonesia juga mau menerima tantangan untuk berdoa bagi negeri kita?
Digunakan dengan ijin dari My Father's Business: 30 Inspirational Stories for Discerning and Doing God's Will. Kisah Patton diambil dari http //www.pattonhq.com/prayer.html