Mazmur 73:25-26
Siapa gerangan
ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun
dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Bacaan
Alkitab Setahun Amsal 18; Efesus 1; Pengkhotbah 1-2
“Aku mulai mengajukan
tuntutan kepada Tuhan tak lama setelah putra pertamaku meninggal. Semuanya
seperti tidak adil. Dunia terasa sangat kacau. Aku memiliki teman yang
kehilangan bayinya, dan seorang anggota keluargaku yang masih sangat muda
meninggal dengan tragis, saat dia baru saja membangun kehidupannya. Itu adalah
seri kehidupan yang berat.
Aku tidak bisa
membandingkan diri dengan Ayub, tetapi kita semua pasti berpikir mengapa hal
buruk terjadi dalam hidup orang baik. Aku mencoba menelan pil pahit bernama
“kedaulatan Tuhan” dan sangat sulit untuk melakukannya.
Di sisi lain, aku
kelelahan jadi aku tidak punya kekuatan untuk berjuang melihat dari sudut
pandangnya Tuhan.
Aku belum pernah
memberontak. Aku melayani Tuhan dnegan setia sepanjang hidupku. Aku punya
orangtua yang luar biasa yang mengajarkanku cara pandang dunia dan C.S. Lewis.
Aku belum pernah melakukan pemberontakan hingga akhir usia 20an atau awal 30an
tahun, dan hal itu akan terlihat berbeda dari usia 16an tahun. Tetapi aku masih
memberontak di dalam hatiku.
Aku sangat lelah. Aku
berhenti berjuang. Aku tahu banyak tentang merasa bersalah, dan batinku tidak
pernah berhenti bicara. Itu terus menggangguku – bagaimana kau bisa melakukan
ini atau melakukannya lebih baik lagi. Aku masih ingat cerita pada temanku, “Aku
mengunci suara batinku di gudang dan menutup mulutnya dengan lakban.” Aku
mengalami satu hingga dua tahun hidup dalam ketidakpedulian.
Ada saatnya dimana aku
tahu apa yang benar. Aku hanya berkata, “Aku tahu Engkau Tuhan. Aku tahu aku
bodoh tetapi aku cuma tidak bisa mengerti.”
Tuhan akhirnya bicara,
“Akhirnya, kita bicara juga. Ini sungguh-sungguh bicara.”
Aku membuka Alkitab
untuk mendapat penghiburan, dan aku mendapati banyak orang baik yang
berkomitmen memberikan hidupnya pada Tuhan, dan mengalami kekalahan. Aku
menggunakan hal itu sebagai saksi kasusku.
Aku mulai meneliti
ulang Ayub. Kamu ngga bisa memberi seseorang keluarga kedua dan berkata itu
tidak apa-apa. Dia kehilangan anak-anaknya, dan hal itu memukul bagian sensitive
hidupku. Aku kuatir sewaktu kami di jalan. Aku memberitahu seseorang, “Jika
sesuatu terjadi pada Kirby (putraku), aku pikir imanku tidak akan dapat
bertahan.” Teman baikku menjawab, “Jika
kamu bisa membuat scenario dimana imanmu ngga bisa bertahan, maka hal itu ngga
akan bertahan.”
Imanku akhirnya di
uji, dan aku benar-benar tidak percaya pada Tuhan. Dia tidak bekerja dalam hal ini
untuk kebaikanku. Ini terdengar sudah basi. Siapa yang mengurusi orang-orang
ini dan rasa sakit mereka?
Aku berkata kepada
Tuhan, “Kamu harus membantuku untuk percaya kepada-Mu karena aku tidak bisa
melakukannya sendiri.”
Tuhan membawaku
kembali pada pria ini, dan Dia menyelidiki ulang saksiku. Aku menemukan bahwa
aku bisa mengatakan Ayub ingin. “mengutuk Tuhan dan mati.” Tetapi dia masih
berdiri di tengah-tengah pengadilannya dan berkata, “Aku tahu penebusku hidup.”
Jadi aku bertanya
kepada Tuhan apa yang dikatakan Ayub ditengah-tengah pencobaan itu? Apa yang dikatakan Daud, “Siapa gerangan
ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” (Mazmur 73:25).
Lalu
ada juga Paulus, yang dibelenggu, yang mengatakan segala pencapaian – segala yang
tampak baik dalam hidup ini adalah sampah dibandingkan dengan pengenalan akan
Tuhan. Ini seperti dia memberitahuku, “Sara, aku bertemu Seorang Pribadi di
tengah jalan ke Damaskus, dan aku ingin mengenal-Nya lebih lagi. Aku ingin
mengenal Dia dan penderitaan-Nya. Disinilah aku bertumbuh. Disinilah kehidupanku berarti saat berada di persimpangan antara sukacita dan rasa sakit.”
Aku
tidak bisa mengubah kata-kata mereka karena kau tidak bisa mengubah kesaksian
mereka, dan di akhir tahun, itu juga menjadi kesaksianku. Aku seperti Daud dan berkata,”Orang fasik melihatku dan bersukacita. Sia-sia sama sekali aku mempertahankan tanganku bersih. Tapi jika kukatakan itu aku akan
mengkhianatai anak-anak-Mu karena aku bersalah. Mengikutimu, melakukan apa yang
benar, mengejar kesucian – sulit mengerti mengapa harus. Tetapi prinsip kehidupan-Mu itu baik, dan bersama dengan-Mu itu baik.”
Pada
akhirnya Tuhanlah yang memenangkan kasusnya, dan aku merasa sangat terdesak.
Segala hal ini aku pikir aku inginkan – keamanan, keamanan untuk keluargaku,
rasa nyaman – itu semua baik tetapi itu bukanlah Kerajaan Allah. Itu bukanlah keseluruhan kisah yang Tuhan mau ceritakan.
Aku
tidak ingin anak-anakku melihatku penuh dengan kepahitan dan sinis. Aku ingin
mereka melihatku bersemangat mengenai Injil sekalipun hal itu berbahaya. Aku
ingin mereka melihat aku berjalan dalam imanku. Aku ingin melayani Dia,
berkata, “Aku sudah menelan pil kedaulatan, dan itu adalah kedaulatan-Mu.”
Kisah
dari Sara Groves, seperti yang diceritakan kepada CBN.com, Jennifer E Jones,
2005.