Coba Bayangkan, Beginilah Kesakitan Bapa Saat Memberikan Anak-Nya Tuk Tebus Dosa Manusia
Kalangan Sendiri

Coba Bayangkan, Beginilah Kesakitan Bapa Saat Memberikan Anak-Nya Tuk Tebus Dosa Manusia

Inta Official Writer
      3201

Ezra 3:11

"Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan."

Bacaan Alkitab dalam setahun: Amsal 20; Efesus 3; Pengkhotbah 6-7

Anak bungsu saya baru saja menginjak usia 21 tahun belum lama ini. Sekarang dirinya cukup tua untuk dikatakan sebagai pribadi yang mandiri. Meskipun orang banyak mengatakannya sebagai orang dewasa, bagi saya, ia tetaplah anak-anak. Saya jadi mengingat permainan ‘jadul’ yang sering kami mainkan dulu.

Setiap dirinya kalah, sebagaimana anak kecil, ia akan berkata "Wah kayaknya aku kurang beruntung."

"Iya, tidak ada menang atau kalah dalam permainan ini,” jawab saya agar tidak membuatnya sedih.

"Makasih."

'Makasih' mungkin adalah kata kesukaan saya. Pada usia yang masih sangat kecil, anak bungsu saya ini amat mudah merasa bersemangat akan suatu hal dan menghargai setiap hal, terutama pada tiap waktu yang kami habiskan bersama.

Tentu saja, dengan usianya yang menginjak 21 tahun ini, ia masih sering mengucapkan terima kasih, tetapi tidak dengan antusiasme yang sama. Sekarang rasanya ucapan tersebut adalah ungkapan yang harus dilontarkan sebab kita punya kewajiban untuk membantu. Mengucapkan kata 'Makasih' memang tidak mencerminkan tingkat sosial kita, tetapi bisa menghubungkan kita satu sama lain dengan dunia yang ada di sekitar kita.

Inilah alasan kenapa saya masih sering mengumpulkan kartu ucapan terima kasih. Sebagai seorang editor, saya telah menerima banyak kartu ucapan terima kasih pada setiap setiap pertemuan, dan beberapa diantaranya berasal dari penulis yang telah bekerja bersama saya sebagai apresiasi karena bersedia untuk membantu mereka menyelesaikan bukunya.

Bagi saya, setiap kartu tersebut mewakili mata uang kehidupan: waktu. Waktu adalah sesuatu yang dibutuhkan sebagai pembeda kehidupannya. Waktu untuk mendengarkan, waktu untuk sebuah pelukan, waktu untuk melihat satu sama lain dan melihat jiwanya yang sepi. Waktu dan sentuhan, seringkali adalah hal yang tidak bisa dipindahkan secara digital namun hanya bisa disampaikan secara langsung.

Dalam kitab Ezra, penulis mengingatkan bagaimana orang-orang bersuka ketika mereka bekerja di rumah Tuhan. Sukacita bukan hanya ketika kita menyelesaikan suatu hal, tetapi juga saat memulainya. Seperti saya saat menangis penuh sukacita pada kelahiran putra saya sebagai awal perjalanannya menuju kehidupan bersama Kristus.

Seiring berjalannya waktu, saya seringkali kehilangan rasa antusias untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas perbuatanNya buat saya. Hal terbaik yang bisa saya ucapkan adalah ungkapan 'Terima kasih' yang tergesa-gesa yang terselip dalam setiap doa saya. Tetapi dengan ucapan tersebut, saya mengharapkan sebuah berkat yang lebih. Padahal rasa syukur dan terima kasih itu perlu kita lakukan, mengingat perbuatan Tuhan yang sangat baik dalam kehidupan kita.

Dia menjadikan Putra-Nya sebagai batu penjuru bagi keselamatan kita, ia memberikan sebuah fondasi dalam kehidupan kita. Sebagai seorang ayah dari dua anak laki-laki, saya tidak bisa membayangkan pengorbananNya sebagai Bapa. Bapa memberikan kita AnakNya untuk berada pengorbanan dan penderitaan.

Hal ini membuat saya bersyukur sebab Dia mengizinkan saya untuk menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama anak-anak saya dalam suka maupun duka. Dan saya bersyukur kalau kini Ia bersedia untuk mendengarkan setiap harapan dan ketakutan saya, tapi juga selalu memberikan kasihNya pada saya sebagai pribadi yang penuh dengan rasa egois.

Jadi, biarkan saya berkata, "Terima kasih Tuhan, anak lelaki saya luar biasa, namun AnakMu juga luar biasa."

1 Korintus 3:11, "Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus."

Dengan kerelaan hati, Bapa telah memberikan AnakNya yang tunggal buat kita, sudah sepantasnya kita bersyukur dan berterima kasih atas kasihNya kepada kita. 

Hak Cipta Eddie Jones © 2011, digunakan dengan izin. 

Ikuti Kami