Nehemia 2: 20
"Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami,
hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau
hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!"
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 24; Filipi 1; 1 Raja-Raja 11-12
Akhir-akhir
ini, aku merasa sedang berada dalam posisi seperti yang dialami Nehemia yang di
dalam Perjanjian Lama dikisahkan mengalami kelelahan secara fisik, emosional dan
spiritual (bedanya aku memang tidak membangun tembok, tapi hanya setia mengerjakan
panggilan yang Tuhan percayakan kepadaku). Saat aku membaca kisah Nehemia yang
sudah bekerja keras walaupun ditentang oleh banyak kekuatan di sekitarnya, aku
dikejutkan dengan karakter pria ini yang tetap fokus dengan tujuannya untuk membangun kembali tembok Yerusalem.
Tak
diragukan lagi, Nehemia, seperti kita tahu, menangkap visi mulia untuk
memulihkan keadaan bangsanya yang diluluhlantakkan oleh musuh, bagi kehormatan Allah
dan sebagai kesaksian bahwa umat Allah masih punya harapan akan masa depan. Saat
dia tahu betapa besarnya kehancuran yang dialami Yerusalem, Nehemia duduk dan menangis.
Berapa banyak dari kita yang bereaksi seperti Nehemia saat menghadapi kondisi yang
sama? Mungkin kita mendengar berita buruk soal negara kita, atau kabar yang kurang menyenangkan soal teman-teman atau keluarga terdekat kita.
Reaksi yang
tepat saat mendengar sebuah kecelakaan, kehilangan dan kehancuran adalah duduk
dan menangis. Tapi Nehemia tak berhenti hanya melakukan hal itu; setelah mendengar kabar soal kondisi bangsanya dia langsung tersungkur di hadapan Tuhan.
Iman Nehemiah
yang teguh di dalam doa adalah doa yang aku juga lakukan akhir-akhir ini. Karena satu-satunya harapanku terletak pada kelepasan yang berasal dari Tuhan saja.
Di
masa-masa pembangunan tembok Yerusalem, aku takjub dengan kerja keras mereka. Mereka
bukan saja hanya bekerja, tapi juga memegang senjata di tangannya untuk tetap
berjaga-jaga dari serangan musuh yang sewaktu-waktu datang. Nehemia dan orang-orang
sebangsanya terus bekerja tanpa henti sembari berjaga-jaga. Dengan kata lain,
selain harus terus bekerja mereka juga harus tetap waspada dengan bahaya yang muncul oleh karena iman mereka (Nehemia 6: 9).
Nehemia, sosok
pemimpin hebat ini, membuktikan bahwa dia tetap berpegang teguh di dalam iman. Dia
tahu secara naluriah apa yang sering aku lupakan. Tuhan bisa memanggil kita untuk
bekerja, tapi apakah kita sudah benar-benar punya peralatan, persediaan dan senjata. Karena musuh sewaktu-waktu bisa menyerang dari luar garis visi kita.
Secara pribadi,
aku suka melakukan pekerjaan dengan baik hanya kalau aku sudah menghitung dan mempersiapkan
keperluan yang aku butuhkan untuk melakukannya. Mungkin bagi kita, persiapan itu
akan muncul dalam berbagai bentuk dan akan ada harga yang dibayar untuk itu. Tapi
kita hanya bisa menyelesaikan pekerjaan ini hanya dengan intervensi dari Tuhan sendiri.
Dia meletakkan
beban di hati kita untuk mengerjakan sesuatu yang hanya bisa kita lakukan melalui
Dia. Setiap langkah, saat tangan kita memegang senjata, Dia memberi kita
karunia untuk secara sadar bergantung pada persediaan dari Dia dari waktu ke
waktu. Kita bisa benar-benar mengerjakannya dengan baik saat kita tergantung penuh pada Dia.
Jadi, apapun pekerjaan atau beban di hatimu lakukanlah dengan lebih dulu mengandalkan Tuhan.
Hak cipta Michele Howe, diterjemahkan dari Cbn.com.