1 Tesalonika 5: 18
“Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
Bacaan Alkitab Setahun : Amsal 15; Galatia 4; 2 Tawarikh 1-3
"Kukatakan ini bukanlah karena
kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku
tahu itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam
segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal
kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan." (Filipi 4:11-12)
Belum lama ini, saya sedang
berjalan ke sebuah toko dan melihat sebuah celana jeans lalu mencobanya di dalam ruang ganti.
Setelah memandangi diri saya
di kaca, saya lalu keluar, merasa tidak puas dan memutuskan untuk melihat diri saya di sebuah kaca utama yang besar.
Wow
Celana jeans tersebut benar-benar jauh berbeda ditubuhku. Cermin di ruang ganti
tadi sudah tua dan gelap, menampilkan bayangan yang terdistors yang hampir saja menipu saya, masalahnya sangat berbeda ketika saya berkaca di cermin utama.
Kita semua pasti pernah melihat diri kita sendiri dalam sebuah cermin yang terdistorsi bukan?
Namun apa yang mungkin nggak
kita sadari bahwa sering sekali kita melihat kehidupan sehari-hari kita, terutama ketika keadaan sangat menantang, melalui kaca yang terdistorsi juga.
Ketika kita melihat dari kaca itu, membuat kita tidak puas sehingga kita mulai menggerutu.
Kalau saja situasinya
berbeda, pasti aku merasa lebih baik. Lalu kita berusaha mengubah rasa tidak
puas itu dengan mengubah cara berpikir kita dan berakhir lebih buruk. Kita
mencoba mengumpulkan lebih banyak uang, untuk bisa keluar dari apartemen kita yang
kecil itu, kita juga mencoba mengubah penampilan anak-anak kita dihadapan dunia luar sana, kita juga mencoba memaksa pasangan kita melakukan sesuatu dengan cara kita “Cara yang benar!”.
Hasilnya? Kami kelelahan. Ketidakpuasan dan kekecewaan muncul kembali.
Atau mungkin kita hanya
menggerutu saja sedikit tentang ketidaknyamanan atau ketidakadilan situasi
tersebut. Begitu emosi itu berakar di hati kita, hal itu menyebar ke teman-teman sekelas, anak-anak, pasangan, rekan kerja atau teman-teman.
Hasil akhirnya? Kelelahan lagi dan semakin tidak puas.
Tidak peduli apapun yang
terjadi, kita bisa mengabaikan hak kita ketika merasa tidak puas. Sebaliknya,
kita bisa menerima tantangan dari Tuhan dan menemukan kepuasan dalam segala
keadaan. Daripada melihat dari kaca yang menunjukkan sudut pandang yang sangat
buruk, mari pilihlah satu hal yang bisa mengubah segala sesuatu. Mari kita memilih untuk mengubah segalanya dengan ucapan syukur.
Bersyukur atas segala hal
yang Tuhan izinkan untuk kita miliki dan bersyukur bahwa Dia mencukupkan
segalanya. Bukan hanya mencukupkan untuk melalui apa yang sulit – dan bersabar
menghadapi kita yang cemberut, tetapi juga mencukupi kita untuk melalui waktu-waktu sulit dengan bergembira dan bersukacita.
Cobalah untuk berlatih
bersyukur hari ini. Situasi nggak akan berubah , tetapi perspektif kitalah yang berubah mengenai situasi yang ada.
Kita mungkin nggak bisa mengendalikan keadaan kita saat ini, tetapi setiap hari kita memiliki kontrol atas diri kita bagaimana cara melihat semuanya dengan ucapan syukur.
Setiap musim dalam kehidupan
ini memiliki tantangannya sendiri. Pertanyaannya, apa yang bisa kita syukuri
dalam tantangan yang kita hadapi saat ini? Apakah kamu bisa mempertahankan perspektif yang benar seiring waktu?
Digunakan dengan izin dari
iDisciple Publishers dari buku FIND REST oleh Shaunti Feldhahn.