"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang
hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah
engkau akan hal ini?"
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 26; Filipi 3; 2 Tawarikh 10-11
Di mana Tuhan
saat buaya menerkam bocah dua tahun di kawasan Disneyworld? Di mana Tuhan saat
49 orang ditembak mati di klub malam di Florida? Dan di mana Tuhan saat sebuah pesawat jet udara Mesir jatuh ke Laut Tengah?
Jawabannya adalah
karena Tuhan melakukan hal yang sama seperti saat Stefanus dirajam sampai mati,
Yohanes Pembaptis dipenggal, Petrus digantung terbalik, Habel dibunuh oleh Kain
dan John Huss dibakar di atas tiang kayu. Tuhan ada di sana dalam setiap
situasi yang mengerikan, sama seperti saat Anak tunggalNya disalibkan. Tuhan tentu
punya kuasa untuk menghentikan kematian. Dia bisa mengintervensi dan mengubah semua yang terjadi. Tapi Dia tak melakukannya.
Kita gak
tahu pasti kenapa. Kita terus bertanya. Kenapa Dia membiarkan semua orang mati?
Sebagai manusia, kita pasti akan melakukan semua hal untuk mencegah kematian. Tapi
kenapa Tuhan malah tak melakukannya? Mendengar ucapan, ‘Kita tak tahu kenapa
Dia melakukannya’ membuat kita malah dihantui oleh keraguan. Kita semakin bingung,
dan marah. Mustahil bagi kita bisa berdamai dengan fakta bahwa Tuhan yang kita kenal
sebagai Mahakuasa dan penuh kasih justru membiarkan ciptaanNya mati dengan cara yang tragis.
Tapi di
sisi lain kita mendapat pengertian yang baru soal kehidupan bahwa hidup dan
mati adalah realita yang harus kita hadapi. Kita sama sekali tak tahu apa yang terjadi
di luar sana. Kita hanya bisa berharap pada keajaiban surga, hidup dalam
kekekalan dan pikiran Tuhan. Kepercayaan kita di dalam Dia harus membawa kita jauh
melintasi celah gelap keraguan dan ketidakpercayaan. Kalau kita percaya akan Dia dan yakin penuh dengan caraNya, kita setidaknya pasti bisa mengatasi kematian.
Bagi kita, kematian
mungkin seperti akhir dari segala-galanya. Tapi bagi Tuhan, kematian hanyalah awal
dari kehidupan baru. Kita mungkin masih menangis karena kehilangan yang kita
alami; bahkan Yesus menangis saat Dia mendengar tentang kematian sahabatnya,
Lazarus. Ingat apa yang dikatakan Yesus saat Martha berseru, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini,
saudaraku pasti tidak mati.” (Yohanes 11: 21) Yesus pun menjawab, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang
hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yohanes 11: 25-26).
Semoga semua
air mata yang tertumpah untuk musibah yang kita alami membuat kita mengerti akan
arti kekalan. Bahwa hanya tubuh kitalah yang mati, tapi kehidupan kita yang sebenarnya di dalam Dia akan selalu hidup selamanya.
Hak
cipta oleh Bruce W. Swaffield, Phd, diterjemahkan dari Cbn.com