Yohanes 6: 35
"Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan
lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 146; Yohanes 6; 2 Samuel 19-20
Sebelum berangkat ke Las Vegas untuk menghadiri pernikahan
keponakanku, aku menerima saran dari seorang wisatawan yang sudah ke sana. Beberapa
orang menyarankan supayaaku pergi ke Menara Eiffel, Collosseum dan Grand Canal
of Venice di The Strip. “Luar biasa! Sama seperti yang aslinya!” ucap mereka. Jadi aku pun pergi ke sana. Aku sudah melihatnya.
Masalahnya, waktu aku melihat Menara Eiffel, Collosseum, dan Grand
Canal di Eropa. Dan aku minta maaf, tapi replika Vegas tak seperti aslinya. Pengunjung
yang belum pernah ke sana bisa menerimanya, tapi mereka tak akan pernah menyadari keagungan sejati yang terlewatkan di sana.
Yesus mengalami rasa frustrasi yang sama karena para pengikutNya saat peristiwa mujizatNya memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Dia
tahu orang banyak itu mencari Dia hanya untuk kegermerlapan, keajaiban dan makanan. Mereka sama sekali tidak mencari Kerajaan Allah yang ditawarkanNya.
"Tuan, berikanlah kami roti itu setiap hari,” demikian kata mereka.
Lalu Yesus menjawab, “Akulah
roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yohanes 6: 35).
Di Yohanes 6, Yesus menjanjikan roti kehidupan itu kepada
mereka. Bayangkan apa respon mereka terhadap perkataan itu. Mereka hanya berpikir,
“Makanan gratis, berarti aku tak perlu bekerja lagi? Yesus, aku mau!” Mereka melihat
versi tiruan mereka di Grand Canal, dimana Yesus seakan mencabut kutukan bahwa mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan roti. Kedengarannya memang hebat.
Tapi ucapan Yesus sebenarnya bukanlah demikian. Dia menawarkan
janji untuk menghancurkan kutuk dosa dan kematian. Dia mempersembahkan tubuh-Nya
yang dikorbankan untuk satu kerajaan kekal. Dan mereka hanya bahagia dengan pertunjukan mujizat roti dan ikan itu saja.
Aku sama sekali tidak takjub dengan replika bangunan-bangunan
besar Eropa itu karena aku tahu yang aslinya. Tetap hidup dalam kepalsuan hanyalah bentuk kekosongan dan kepalsuan yang nyata.
Tapi aku bertanya-tanya berapa sering aku menerima replika dari
kehidupan yang sudah Tuhan tawarkan bagiku. Bonus untuk pesta. Keamanan untuk
percaya. Prestasi untuk diterima. Kesenangan untuk bahagia. Keberadaan untuk
petualangan. Kepalsuan dunia ini dibuat supaya terlihat meyakinkan. Kita perlu tahu kenyataannya supaya tahu secara asli saat kita menyaksikannya.
Hak cipta Jill Richardson, diterjemahkan dari Cbn.com