Amsal 3:5
Percayalah kepada Tuhan degan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 143; Yohanes 3; 2 Samuel 13-14
Ketika kita sedang melakukan
olahraga, kita harus memastikan bahwa kepala kita di atas jantung kita sehingga otak kita mendapatkan banyak pasokan darah yang kaya oksigen
Nah, hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita yang lain.
Jika kita ingin mengambil
sebuah keputusan yang besar, dan kita harus memastikan bahwa keputusan itu
tidak dipandu oleh hati tapi oleh pikiran kita, jika tidak demikian kita nggak akan bisa bertindak dengan bijaksana.
Dan pemikiran seperti ini
nggak berlaku ketika kita bicara soal iman. Ketika saya mulai merenungkan
beberapa kisah, janji-janji atau prinsip-prinsip dalam Alkitab dari sudut pandang otak atau logikaku, maka keraguan mulai muncul.
Dalam hal ini, cobalah
pikirkan mengenai air yang berubah menjadi anggur, beribu orang diberi makan
hanya dengan beberapa potong ikan dan roti, air laut bisa terbelah hanya karena
tongkat, orang kecil bisa membunuh orang bertubuh sangat besar, bahkan orang mati bisa hidup kembali.
Wah! Terdengar seperti novel Tolkein, penulis buku Lord of The Ring ya!
Untungnya Tuhan tahu tentang
pikiran kita yang belebihan, dan meragukan-Nya sehingga Dia menunjukkan kepada
kita tentang kebenaranNya seperti yang dilakukan kepada Thomas dan setelah itu Dia tetap mencintai kita.
Ketika pikiran kita mulai
berkeliaran di jalan keraguan, biasanya pikiran kita langsung mengarah ke arah
yang berlawananan sehingga timbullah sebuah pertanyaan : Apakah saya percaya
kepada Yesus adalah pembohong? Mungkinkah Tuhan itu nggak nyata atau nggak
setia? Apakah nggak ada rencana dalam hidup saya untuk orang lain? Lalu ketika aku mati, apakah itu akhir dari segalanya?
Jawabannya adalah TIDAK! Kita
harus percaya bahwa kita di dunia ini bukan sendirian dan mejaga diri kita, merawat dan pada akhirnya berubah menjadi debu.
Kita sudah memiliki banyak
pengalaman dan pertemuan yang spektakuler dengan Tuhan sehingga bisa membuat kita tidak lagi percaya pada-Nya.
Tetapi Alkitab mengatakan di
Amsal 3:5 dengan jelas bahwa kita harus percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan tidak bersandar kepada pikiran kita sendiri.
Namun mengapa sering sekali iman kita menjadi lemah?
Saya pikir itu karena saya dikendalikan pikiran saya, tetapi ternyata tidak
Saya jatuh pada kelompok orang yang berpikir: "Apa yang sudah Tuhan lakukan untuk saya?"
Saya perlu sering diingatkan
bahwa Dia selalu ada untukku tetapi aku justru yang sering sekali lupa untuk
melakukan bagianku yaitu mencari wajahNya. Kita terlalu sibuk dengan dunia
kita, dan tiba-tiba kita membutuhkan sebuah kenyamanan, kedamaian, perlindungan
atau bahkan butuh istrahat, dan kita sama sekali tidak mendapatkannya, lalu kita mulai bertanya, mengapa kita tidak mendapatkannya.
Matius 14:31 mengatakan: "...Hai kamu orang yang kurang percaya, mengapakah kamu bimbang” Meskipun Dia membuktikannya sendiri kepada
kita berkali-kali, tetapi kita berada di sana, satu kelompok dengan murid-muridNya yang keras kepala itu. Iman kita masih saja tetap menipis.
Iman itu perlu di latih dan dipupuk
agar tetap kuat. Berkat dari iman datang pada saat-saat yang baik dan masa
sibuk bukan hanya pada saat buruk, nggak cuma datang pas saat yang kita butuhkan dan ketika kita putus asa saja.
Kalau kita mulai meragukan
kasih, janji, kesetiaan bahkan eksitensi Tuhan, cobalah untuk membayangkan
gimana rasanya berdiri dengan tegas untuk mengklaim bahwa hal-hal itu salah.
Kamu pasti tidak akan mampu kan?
Itulah sebabnya, pergilah
dari jalan yang membuatmu ragu tersebut dan kembalilah ke jalan orang percaya,
dan tetaplah disana. Saatnya untuk berubah dan menjaga hati kita melebihi
pikiran kita. Kita mungkin nggak selalu melihat apa yang Tuhan sedang lakukan
untuk kita akhir-akhir ini, tetapi percayalah apa yang Dia lakukan sekali untuk
selamanya akan jadi landasan yang tidak akan pernah terbantahkan untuk
membangun iman yang abadi.