Mazmur 23: 1-3
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;Ia menyegarkan
jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 141; Yohanes 1; 2 Samuel 9-10
Kita sering
kali mendapati ayat yang berkata bahwa Yesus adalah gembala kita. Salah satu kitab
yang menyebutkan hal ini tertulis dalam Mazmur 23: 1-4, “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”
Sayangnya dalam budaya saat ini, istilah ‘gembala’ adalah sesuatu yang sulit dipahami.
Tapi suatu hari
aku mulai memahami hal ini setelah Yesus berpesan bahwa kita adalah domba dan Dia adalah gembala.
Aku ingat saat
suatu kali keluarga kami pergi dengan kendaraan ATV di dekat rumah kami. Itu
adalah pengalaman pertamaku. Jadi, aku berada di ATV yang dikendarai ayah. Itu adalah perjalanan yang menyenangkan dan menikmati hari yang indah.
Kami mendaki
bukit setidaknya satu jam dan tiba ke lembah kecil. Ayahku mulai melambat dan aku
melihat sekelilingnya untuk mencari tahu. Aku tersentak dan menyusut kembali pada apa yang kulihat.
Kotoran domba
ada dimana-mana. Sepasang mata domba kurus keronta menatapku hampa. Ada banyak sekali
tulang belulang berserakan. Sebagian tulang tersebut masih diselubungi oleh
bulu. Aku memperhatikan gerakan di depanku dan menyadari seekor domba mengangkat kepalanya. Beberapa diantaranya ternyata masih hidup.
Hatiku tersentuh
karena keputusasaan yang dialami domba-domba ini. Mereka nyaris mati, burung gagak bahkan mematuknya.
Bagaimana aku
akan menyelamatkan dan membawa domba itu keluar dari tempat ini! Dia bukan
domba mati seperti banyak domba lain di lembah ini. Tapi aku sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.
Domba-domba
itu lalu menundukkan kepalanya kembali. “Ayah. Apa yang salah dengan mereka,” tanyaku.
“Itu adalah
tempat domba-domba yang sakit. Para gembala membawa mereka ke sini untuk menunggu kematiannya,” jawab ayah.
Hatiku terasa
hancur. Kenapa gembala dari domba-domba ini meninggalkan mereka? Kenapa mereka dibiarkan mati begitu saja? Tindakan itu benar-benar kejam.
Saat kami
keluar, aku menggenggam erat sebuah rak kargo dan berdoa, “Tuhan sekrang aku tahu yang Engkau maksud dengan ‘bayangan lembah kematian’ yang Engkau sampaikan di Mazmur. Aku baru saja melewatinya.”
Pernahkah kamu
menemukan diri di tempat seperti ini, tanpa harapan? Alkitab menyampaikan kalau
kita ibarat domba-domba yang hilang, sekarat dan butuh pertolongan. Domba yang butuh
seorang juruslamat. Bbukan seperti gembala dari domba-domba di lembah itu, gembala
kita tidak pernah meninggalkan kita saat kita mengalami masa-masa paling gelap,
terendah atau saat paling menakutkan. Sebaliknya, Dia menyertai kita (Mazmur 23:
4) dan di versi Alkitab yang lain berkata kalau Dia selalu dekat dengan kita. Dia
tidak meninggalkan kita untuk mati di lembah kekelaman. Sebaliknya, Dia mencari kita.
“Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan
ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” (Yesaya 40: 11)
Dia adalah gembala
yang baik, yang memberi makan kawanan dombaNya. Dia menggendong dombaNya dan menjaga mereka. Gembala yang baik akan membebaskan dombaNya, yaitu kita, dari lembah.
Jadi, ajaklah sang gembala untuk masuk ke dalam hidupmu.
Hak cipta Elizabeth
Veldboom, diterjemahkan dari Cbn.com