Pekalah Dengan Suara Tuhan, Bisa Jadi Kamu Menyelamatkan Jiwa Seseorang
Kalangan Sendiri

Pekalah Dengan Suara Tuhan, Bisa Jadi Kamu Menyelamatkan Jiwa Seseorang

Puji Astuti Official Writer
      3917

1 Samuel 15:22

Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan."

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 124; 1 Korintus 13; 1 Samuel 14-15

Saat sedang berkendara di jalan saya melihat seorang pria berjalan kaki mencari tumpangan. Saya mendengar suara kecil yang tenang. Bukan suara yang bisa didengar, tapi sebuah sentakan lembut. Menepi. Saya melakukan apa yang dilakukan wanita mana pun saat melewati seorang laki-laki tak dikenal, saya terus mengemudi.

Berputar.” Aku berusaha mengabaikan suara itu, aku pikir apa gunanya berhenti jika tidak bisa memberinya tumpangan? Berputar arah ke arah orang itu sungguh tampak konyol.

Berputar. Dorongan tanpa henti itu terus berlanjut dan aku akhirnya berbalik arah menuju menuju pria yang  berdiri di luar pompa bensin itu. Ini gila!

Pria itu memegang tanda: "Perlu tumpangan ke Vegas." Ketika mobil saya perlahan-lahan menepi, bau orang itu pun tercium.

"Hei, aku tidak bisa memberimu tumpangan, tetapi sesuatu memberitahuku untuk berhenti. Ini hari yang indah."

Saya merasakan kebutuhan untuk menetapkan batas di sini, jadi tidak akan ada harapan palsu untuk menolongnya menuju ke Vegas, atau kesalahpahaman bahwa saya sedang menggodanya.

"Halo," dia berkata dengan kasar, menghindari kontak mata.

"Aku sedang di  jam makan siangku dari tempat kerja. Dan aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, tapi suara kecil itu di hatiku menyuruhku untuk berhenti."

"Terserahlah," katanya, menatap matahari.

Tanggapan yang bagus. Saya berharap dia tidak memiliki pisau.

"Namaku Ellen. Apa namamu?"

"George."

Tidak yakin apa yang harus dikatakan kepada seorang pria yang tampak seperti seluruh miliknya ada di tasnya, saya diam-diam berdoa minta hikmat.

"Bisakah aku berdoa untukmu, George?"

"Berdoalah agar seseorang memberi tumpangan ke Vegas," katanya sinis.

"George, apakah kamu percaya pada Tuhan?"

"Jika Dia memberiku tumpangan ke Vegas, aku akan percaya."

Dengan bahu menunduk, rambut kusut, kulit kecokelatan dan mantel abu-abu di suatu hari di akhir musim panas yang indah, dia memecahkan keheningan dan melihat ke arahku;  tapi tidak pada saya.

"Apakah kamu benar-benar sedang istirahat makan siang?"

"Ya dan tiga kali aku merasakan dorongan untuk berbalik. Bisakah aku berbicara jujur ? ??denganmu sebentar?"

"Tentu," katanya sambil menatap kakinya.

"Saya tidak mengenal Yesus sampai saya berumur 39 tahun. Saya berteriak kepada-Nya dari sebuah apartemen dengan satu kamar tidur dan meminta Dia untuk membantu saya," kata saya mencondongkan diri lebih jauh ke luar jendela mobil. "Pernahkah kamu meminta Tuhan untuk pengampunan atas dosa-dosamu?"

"Tidak, aku tidak percaya itu," katanya sambil memiringkan badan ke arah pagar

"Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk mati di kayu salib bagi dosa-dosa kita. Saya adalah orang berdosa, tetapi suatu hari saya meminta pengampunan Allah dan menerima dengan iman bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa saya. Saya juga meminta Dia untuk menyelamatkan saya agar saya tidak kecanduan minuman lagi.”

"Apa itu berhasil?"

"Ya, Tuhan suka menjawab doa-doa yang membawa kemuliaan-Nya. Dia hidup dan ingin membantu kamu juga. Hari ini bisa menjadi hari penyelamatan bagimu, George."

Saya ingat pernah menaruh traktat Injil di laci mobil dan mengambil satu.

"Ini traktat yang menjelaskan apa yang baru saja kukatakan padamu. Sebelum aku mulai percaya, orang-orang sering memberiku traktat. Aku membacanya masing-masing, kadang-kadang sambil mabuk dengan satu mata tertutup."

Hal ini menarik perhatiannya karena  dia tahu saya berkata jujur. Dia memegang pamflet itu dan membaliknya.  Judulnya adalah: "Jalan Panjang Untuk Pulang." Ketika dia membuka traktat itu, dia terjatuh ke belakang.

"Itu nama saya ada di dalamnya!"

Seperti yang  Tuhan kehendaki, kisah itu adalah tentang seorang pejalan kaki bernama George.

"Lihat betapa Tuhan mencintaimu, George!  Firman-Nya berkata, Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat. ??" (Ibrani 2: 4)

Dia terbatuk sambil mengusap hidungnya sambil menahan air mata.

"Tiga kali Tuhan berbisik agar aku berhenti dan yang bisa aku pikirkan hanyalah makan siang."

"Apa yang akan kamu makan sekarang? Seseorang baru saja meemberiku Burger King."

"Aku tidak lapar lagi. Entah bagaimana bertemu kamu membuatku kenyang," kataku.

"Terima kasih," katanya tersenyum untuk pertama kalinya. Dan seperti seorang lelaki yang bangun dari tidur siang seumur hidupnya, dia tampak segar dan tenang.

Ketaatan lebih baik daripada korban persembahan.

Hak Cipta © 2012 oleh Ellen Diederich. Digunakan dengan izin.

Ikuti Kami