Markus 10: 14
Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka,
sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah…
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 139; 2 Korintus 12; 2 Samuel 5-6
Aku masih ingat
senyuman cerah yang terpancar di wajah anakku saat dia berlari memberikan kerucut
pinus berisi selai kacang dan gulungan bebijian makanan burung yang dibuat di
sekolah. “Ibu bisa menggantungkannya di luar jendela dan menyaksikan bagaimana burung-burung
akan datang dan memakannya,” katanya sembari memegang benda buatannya yang diikat dengan seutas pita.
“Keren,”
kataku sembari memeluknya dan mengucapkan terima kasih (bahkan kucing
peliharaan kami juga mengangguk-angguk dalam diam, seolah mengucapkan hal yang sama).
Anak-anak punya
naluri untuk membuat sesuatu yang istimewa untuk ibu mereka. Mereka jarang menunggu
sampai liburan tiba untuk menyerahkan karya seni yang mereka buat. Alamiahnya,
mereka berhasrat untuk menyenangkan hati orang tuanya, percaya kalau meteka akan
mendapat senyuman, pelukan dan pujian sebagai balasan. Hati mereka begitu tulus, terbuka, penuh kasih dan pengharapan.
Kadang aku
berpikir, mungkin kitalah yang suka lupa pentingnya kepolosan dalam diri kita sebagaimana
dimiliki anak-anak. Betapa pentingnya kepolosan semacam ini untuk membangun kerohanian
kita. Yesus mengasihi anak-anak kecil lebih daripada mendengar kita menyanyikan lagu pujian.
Di Matius 18,
Yesus menjelaskan perihal Kerajaan Surga, masa depan kekal kita dan harapan
kita. Dia memanggil seorang anak kecil datang saat Dia berbicara kepada murid-muridNya.
Katanya, “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan
diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (ayat 3-4)
Yesus baru saja
menyampaikan hal ini kepada murid-muridNya, meskipun mereka sudah lama bersama.
Mereka melihat Yesus memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan.
Mereka juga bersama-sama dengan Dia ketika melakukan mujizat penyembuhan orang sakit.
Dia juga sudah banyak menyampaikan perumpamaan-perumpamaan bijak. Apakah saat itu
mereka sudah tahu cara untuk masuk surga? Mereka harus lebih dulu menangkap
visi yang sama seperti yang dimiliki Yesus. Mereka harus merendahkan diri seperti anak kecil yang berdiri di hadapan mereka, begitu juga dengan kita.
Di sini kita
semua tumbuh dewasa dan mengalami pasang surut kehidupan. Bagaimana mungkin kita bisa punya perspektif seperti seorang anak kecil?
Aku pikir kita
bisa melakukannya seperti anakku yang dengan gembira membawa kerucut pinusnya. Dia
merendahkan dirinya; melupakan semua hal negatif, melepaskan semua kepahitan, kecemburuan, sakit hati, serta emosinya dan mendatangiku dengan penuh kasih.
Di momen
istimewa ini, mari kita mengingat kembali bagaimana kita bisa menjalin hubungan
yang baik dengan ibu kita dan Pencipta kita. Yesus menghargai kita sejak kita dilahirkan.Mari
berlari ke arahNya dengan tangan telentang seperti anak kecil, membuang kesedihan,
kebingungan, dan kekerasan hati kita.Bapa Surgawi kita akan menghampiri kita dan menyenangkan kita lewat kerendahan hati kita dan kasih kita.
Mari ambil
waktu ini sejenak untuk mengungkapkan perasaanmu kepada Tuhan. Ikutilah doa di bawah ini:
Ya Tuhan, di peringatan hari ibu ini, tolong hampiri kami
dimanapun kami berada. Tolong kami untuk menghormati ibu kami dengan cara menghormatiMu
lebih dulu. Saat kami menghabiskan hari-hari kami dengan orang-orang terkasih atau
bahkan saat sendirian, tolong tunjukkan kami kesempatan untuk melepaskan diri dari
emosi berbahay yang bisa membangun tembok pemisah antara aku dan Engkau. Engkaulah
yang sudah mengijinkan kami datang ke dunia ini sebagai anak-anakMu. Tolong kami
untuk hidup sebagai kami adalah anak-anakMu. Engkau layak menerima kerucut pinus selai mentega kami yang dibuat dengan penuh kasih.
Hak cipta Beth
Patch, diterjemahkan dari Cbn.com