Lahir Dari Rahim Seorang Ibu, Inilah Cara Tuhan Pakai Sosok Ibu Untuk Wariskan Iman
Kalangan Sendiri

Lahir Dari Rahim Seorang Ibu, Inilah Cara Tuhan Pakai Sosok Ibu Untuk Wariskan Iman

Lori Official Writer
      4257

Yehezkiel 19: 10

Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur, yang tertanam dekat air, berbuah dan bercabang karena air yang berlimpah-limpah.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 132; 2 Korintus 5; 1 Samuel 30-31

Tempat teraman untuk beristirahat adalah di pangkuan ibuku. Pertama kali, perawat dengan lembut membaringkan aku dipangkuan ibuku pada suatu bulan Agustus yang hangat. Ibuku segera membuka bungkusan kain yang berisi diriku yang kecil. Sebagaimana dilakukan oleh ibu-ibu baru, ibuku memeriksa semua hal yang ada padaku. Momen itulah yang kemudian membuat kami hidup dalam ikatan. Aku sangat bersyukur bisa jadi bagian dari keluarga ini.

Ibuku adalah seorang wanita yang tenang, peka dan sangat bijaksana. Dia juga seorang instruktur terbaik bagi anak-anaknya. Dia mempersiapkan aku di setiap tahap kehidupan yang aku jalani. Dia mengasihiku, membelaku, mengoreksiku dan mendorongku. Tak ada satu pelajaran pun yang sia-sia, walaupun aku tak sepenuhnya menghargai semua hal yang aku jalani di masa kanak-kanak. Tanpa pengorbanannya, aku pasti tak akan ada seperti saat ini. Tak akan ada kehidupan kalau bukan karena ibu.

Yehezkiel juga mengakui peran terbesar dari sosok seorang ibu. Dia menggambarkan tentang proses genetik dan mengakui bahwa pengaruh seorang ibu kepada anak-anaknya sangatlah besar.

“Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur, yang tertanam dekat air, berbuah dan bercabang karena air yang berlimpah-limpah.” (Yehezkiel 19: 10)

Sebagaimana sebuah pohon anggur di dalam kebun anggur, begitulah seorang ibu yang mengalirkan darahnya kepada anaknya. Proses ini juga bersifat spiritual. Bahwa seorang ibu memberikan hidupnya untuk anak-anaknya.

Tuhan menjalin hati keibuannya ke dalam hati ibu kita. Dia menghibur, mendengarkan dengan saksama, tidak bosan merawat dan melakukan tugas-tugasnya sehari-hari. Dia menanggung semua beban itu. Dia adalah dokter, pemandu sorak, terapis, koki, guru, pelatih kehidupan, dan mentor kita. Dia adalah tempat pertama yang kita hampiri ketika sedang terluka atau kelaparan.

Yokhebed, yang merupakan putri Lewi dan ibu dari Myriam, Harun dan Musa pernah diperhadapkan dengan kondisi dimana dia tak bisa merawat sendiri putranya yaitu Musa. Hal ini bukan karena kesalahannya. Firaunlah yang memberikan ancaman itu kepadanya. Tapi untuk menyelamatkan nyawa Musa, Yokhebed berkorban demi menyelamatkan putranya.

“Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil..” (Keluaran 2: 3)

Sebuah keranjang berisi seorang anak terapung di atas sebuah sungai. Cara ini bukanlah pilihan yang mudah. Tapi dia memegang teguh imannya kepada Tuhan.  Yokhebed adalah ibu yang berdoa. Dia terus berdoa saat semuanya tampak mustahil.

Rasul Paulus juga memahami warisan rohani dari para ibu terhadap generasi berikutnya. Iman yang tertanam di dalam diri para wanita yang berdoa ini memampukan mereka memahami rahasia Tuhan yang tersembunyi. Mereka adalah para prajurit yang bertindak dalam diam dan melakukan eksploitasi besar-besaran untuk kerajaan Allah.

“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” (2 Timotius 1: 5)

Seperti Yehezkiel dan Paulus, aku mengakui warisan besar yang ibu dan nenekku di dalam hidupku. Ibu membuka jalan bagiku untuk dilahirkan kembali untuk yang kedua kalinya. Warisan pribadinya adalah menanam kebaikan dan belas kasihan ke dalam kehidupan anak-anaknya, sehingga ranting-ranting dalam pohon keluarga terus subur.

Tuhan secara kekal menepati janji-Nya kepada ibuku, dengan memberkati kehidupan dan keturunanku secara melimpah. Walaupun dia tak lagi bersama dengan kami saat ini, sosok ibu akan selalu hidup di dalam diriku.


Tuhan memakai setiap ibu sebagai prajuritnya yang berperang dalam doa untuk menghantarkan anak-anaknya kepada tujuan Allah atas hidup mereka masing-masing

 

Hak cipta Susan M. Watkins, diterjemahkan dari Cbn.com

Ikuti Kami