Kadang Kita Akan Melewati Terowongan Gelap, Jangan Takut Andalkanlah Dia!
Kalangan Sendiri

Kadang Kita Akan Melewati Terowongan Gelap, Jangan Takut Andalkanlah Dia!

Lori Official Writer
      4178

 Mazmur 119: 105

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 70; Ibrani 4; 2 Raja-raja 20-21

Baru-baru ini, keluarga kami pergi menikmati pemandangan yang sangat indah, Glacier Point, untuk melihat Half-Dome dan Lembah Yosemite. Di perjalanan, kami menemukan sebuah terowongan yang aku sudah lupakan. Melewati gua yang gelap dan duduk di kursi penumpang, aku mengeluarkan kamera baruku untujk mengambil gambar. Aku mengintip cahaya kecil di ujung terowongan lewat jendela bidik, menunggu tiba di pintu keluar. Sebaliknya, penantianku berubah jadi seruan keras, “Ini terowongan terpanjang yang pernah aku datangi!” kataku.

Adapun cahaya itu sangat kecil dan dindingnya tetap gelap. Meskipun kami mengemudi tapi posisi kami sepertinya tak sama.

Dalam kehidupan, kita juga kadang kala menemukan terowongan tak terduga di tengah perjalanan menuju tujuan kita. Pengalaman inipun bisa berbeda-beda. Hal ini bisa saja berupa tumpukan tagihan sementara kondisi keuangan kita tetap tak naik-naik. Atau saattelepon tak bordering, kotak email tetap kosong. Matahari bisa terbit setiap hari tapi pikiran kita meredup, hal ini terjadi hari demi hari.

Lalu, bagaimana harusnya kita melewati terowongan ini dalam hidup kita? Kita terus mencari cahaya. Kita mengandalkan Tuhan dan terus melepaskan rencana dan waktu kita.

Aku ingat pada suatu kali saat bekerja pertama kali, aku mencari pekerjaan selama masa krisis ekonomi. Tapi ternyata saat itu banyak perawat yang dipecat. Akhirnya, peluang pun datang. Aku diwawancarai oleh manajernya dan memberitahuku soal kondisi saat itu. Saat aku ditawari pekerjaan itu, aku pun langsung menolaknya.

“ya Tuhan, aku tak bisa bekerja untuk seseorang yangsuka berteriak,” pikirku.

Tapi Roh Kudus mendorongku dan membuatku merasa tak nyaman. Aku pun menghubungi pihak perusahaan dan menerima posisi itu. Hanya Tuhan yang tahu kalau manajer itu dua bulan kemudian digantikan dengan manajerbaru yang lebih kompeten. Pekerjaan itu pun menjadi berkat bagiku.

“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3: 5)

Untuk percaya kepada Tuhan, kita harus tetap di dalam firman-Nya supaya iman kita terbangun dan kita bisa mendengar suara-Nya dan mengenali jalan-jalan-Nya.

Dalam bukunya Candles in the Dark, penulis bernama Amy Carmichael mengisahkan tentang perjalanan misinya ke India. Dia mengarungi hutan di tengah malam hanya dengan menggunakan lentera supaya dia tak tersandung oleh bebatuan saat berjalan.

“Kami melakukan perjalanan rohani dengan lentera tangan, bukan dengan cahaya listrik. Dan lentera hanya menunjukkan langkah berikutnya. Kalau langkah selanjutnya terlihat jelas, melangkahlah. Jangan kuatir tentang langkah-langkah di luar yang bisa kamu lakukan,” tulisnya.

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119: 105)

Tuhan juga memberikan kekuatan untuk hari ini, untuk saat ini, dan menit ini juga. Dia adalah Allah yang membawa kita dari kekuatan ke kekuatan seperti yang tertulis dalam Mazmur 84: 5-7, saat bangsa Israel mengitari padang gurun. Kita tak bisa menambahkan kekuatan dari bulan, dari minggu,atau dari sore. Sumber kekuatan kita, yaitu Dia lah yang memberikan kita kekuatan saat kita melangkah keluar dan menari di waktu yang bersamaan ketika Dia memimpin kita. Kita aman, kita hidup dengan potensi penuh kita selama mengarungi perjalanan di terowongan itu. Pintu keluarnya akan kelihatan.

Waktu kita keluar dari terowongan di Yosemite, semua warna-warni yag indah bermunculan. Ledakan cahaya terjadi secara mendadak, kami menatap langit biru yang megah dan pondok-pondok megah yang merayap di jalan beraspal nan berliku di depan kamu mengarah ke tujuan akhir kami. Terowongan itu ada di belakang kami.

“Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku.” (Mazmur 18: 28)

 

Hak cipta Dee Aspin, diterjemahkan dari Cbn.com

Ikuti Kami