Lukas 23: 34
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat."
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 2; Matius 2; 1 Raja-Raja 19-20
Apakah kamu
pernah dirugikan oleh seseorang? Maksudku disakiti dengan begitu dalamnya? Semua
kita pernah mengalaminya, mungkin satu atau dua kali. Rasa sakitnya pasti lebih
buruk kalau yang melakukannya adalah seseorang yang dekat dengan kita, misalnya keluarga, teman atau orang-orang seiman kita.
Reaksi
alami saat mengalami hal ini pastinya adalah akan balas dendam, marah, kepahitan
atau mungkin kecewa. Kita sering melindungi diri dengan menjauhi pelaku. Tapi
tahukah kamu kalau cara ini malah bisa membuat kita terisolasi dari semua orang dan terasing di tengah kesepian.
Menunggu orang
yang menyakiti kita minta maaf lebih dulu biasanya tak akan pernah terjadi. Dia mungkin
saja tak sadar dengan kesalahannya, mungkin lewat kata-kata atau tindakannya. Yang
paling menyakitkan mungkin saja dia tak peduli. Penderitaanmu sama sekali gak digubris olehnya. Kamu sendirilah yang menanggung sakitnya.
Yesus sudah
memberikan kita cara yang tepat supaya gak jadi korban sakit hati atau
kekecewaan. Dia meminta kita untuk memilih mengampuni. Dia sendiri melakukan hal
ini dan memberi kita teladan yang baik soal pengampunan. Di atas kayu salib, Yesus
berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Kadang kala,
kita memang harus mengampuni. Saat aku masih jadi seorang pendeta muda yang hidup
dalam iman, suatu kali kacamataku dicuri seseorang dari dashboard kendaraanku. Aku
yakin pelakunya adalah beberapa anak remaja di sekitar situ. Kehilangan ini membuatku
sakit hati. Aku bertanya pada diri sendiri, “Kenapa mereka mencuri kacamataku? Kacamata
itu tak akan bisa dipakai siapapun kecuali aku dan aku memerlukannya untuk mengemudi.”
Semakin aku
memikirkannya, aku semakin marah. Aku bahkan gak akan bisa menggantinya segera.
Perasaan marah itu akhirnya menguasai segenap hatiku. Akhirnya, aku memutuskan untuk
datang kepada Tuhan. Roh Kudus mulai memberitahuku kalau aku harus mengampuni anak remaja itu.
“Mengampuni mereka?” tegasku. “Mereka kan belum datang minta maaf padaku.”
Lalu di
hari itu juga, aku belajar satu hal penting bahwa pengampunan itu adalah tindakan
satu arah. Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia, bukan karena mereka
meminta maaf lebih dulu kepada Dia. Yesus mungkin tak akan melakukannya kalau syaratnya
orang-orang itu harus lebih dulu minta maaf. Tapi Yesus melakukan tindakan yang
belum pernah dilakukan siapapun, Dia mengampuni lebih dulu dan melupakan perbuatan orang-orang yang menyalibNya.
Dari
pengertian baru ini, aku pun terdorong untuk mengampuni anak-anka itu. Aku
berdoa dari dalam hati supaya Bapa Surgawi mengampuni mereka. Aku juga mengambil
langkah iman di dalam Roh Kudus. Aku berdoa, “Bapa, aku merelakan kacamata itu kepada anak-anak remaja itu. Kacamata
itu sekarang adalah milik mereka. Mereka tak mencuri, jadi Bapa ampunilah mereka atas perbuatan mereka.”
Saat aku merelakan
kacamata itu, pengampunan pun dilepaskan atas mereka, hal luar biasa terjadi. Rasa
sakit hati, marah dan kepahitan, yang membuatku menderita, terlepas seketika. Aku
dibebaskan dari rasa sakit yang menggerogotiku. Walaupun mereka gak pernah minta
maaf dan gak pernah tahu kalau aku mengampuni mereka, di mata Tuhan tindakan itu sah. Mereka diampuni dan aku bebas! Aku melepaskan dendam yang di dalam diriku.
Jadi, kalau
sekarang kamu sedang terikat dengan kepahitan atau kekecewaan yang merugikanmu,
berhentilah dan berbeloklah ke jalan pengampunan. Hal ini akan menuntunmu menjauh dari segala rasa marah dan menuntunmu ke tempat yang damai.
Ingat, tak ada jalan lain untuk kembali karena pengampunan adalah jalan satu arah!
Hak cipta Gene
Markland, diterjemahkan dari Cbn.com