Matius 6: 26
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang
di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 15; Matius 15; Yunus 1-4
Aku
menikmati sekali aktivitas saat memberi makan binatangan peliharaanku. Pada
suatu malam, aku melihat burung Blue Jay ku sendirian sementara burung-burung
lainnya pergi. Aku mengabaikannya. Blue Jay masih kelihatan hidup tapi dia sama sekali tak bergerak.
Kehadiranku
membuatnya sedikit terhibur. Jadi aku duduk di tanah dekat burung itu berada sampai-sampai
nyamuk menggerayangiku. Aku sebenarnya tak ingin meninggalkan burung itu sendirian
tapi aku harus masuk ke rumah. Aku memang gak punya pengalaman merehabilitasi burung
liar. Karena itu aku memutuskan untuk menelepon kantor satwa liar setempat di keesokan harinya.
Aku pun berdoa, “Tuhan, aku menaruh Blue Jay ini ke dalam tanganMu.”
Di keesokan
paginya, aku mengenakan sepatu kebunku dan berjalan ke luar dimana burung itu
tadi malam berada. Dia menghilang! Padahal dari kondisi burung itu, aku ragu dia
bisa terbang. Apa dia dimangsa binatang lain? Mungkin kucing tetangga atau burung hantu?
Suamiku bahkan
merasakan kekuatiranku. Dia mulai bertanya, “Di mana kamu menempatkan burung itu?
Jawabanku, “Aku meletakkan burung Blue Jay ke dalam tangan Tuhan, tapi itu bukan hal yang benar-benar aku harapkan dari Tuhan!”
Jauh di
dalam lubuk hatiku, aku tahu kalau aku tak percaya Tuhan yang akan merawat burung itu, tak mungkin aku bisa percaya kalau Dia akan merawatku.
Bicara soal
kekuatiran, Yesus juga menyampaikan pesan kepada kita tentang perbandingan antara
pentingnya hidup kita dan hidup seekor burung. “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak
menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh
Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Matius 6: 26
Tuhan dengan
lembut menahan kita. Tak seharipun berlalu dengan kekuatiran, pertanyaan, atau
ketakutan akan kedaulatan jawaban-Nya. Dia mendengar doa-doa kita dan tahu keprihatinan
hati kita. Tebak siapa yang aku lihat minum di tempat minum burung-burungku dua hari kemudian? Blue Jay!
Kenapa aku sangat
yakin kalau itu adalah burung Blue Jay? Bulu-bulunya acak-acakan, dia melompat dengan
kaki pincang dan berlama-lama di sbalik burung-burung lainnya. Blue Jay itu menatapku
tepat sebelum terbang. Aku melihat suamiku. Imanku semakin bertambah. Aku melihat kembali ke pintu kasa dan tersenyum.
“Semuanya akan
baik-baik saja. Kali ini, aku belajar bukan hanya menyerahkan Blue Jay ke dalam tangan Tuhan. Tapi juga menyerahkan seluruh hatiku kepadaNya,” kataku.
Bagaimana harimu
hari ini? Apakah ada situasi yang membuatmu kuatir? Apakah kamu ingin mengalami
janji dari Tuhan? Kalau ya, kamu bisa menempatkan kekuatiranmu di tanganNya yang penuh kuasa.
Ingat,
tangan Yesus ditusuk dengan paku di Kalvari supaya kita bisa berjalan bebas, diampuni
dan tanpa beban. Di sana, di kayu salib itu, Yesus membayar harga tertinggi
untuk memenangkan kasihmu. Pertimbangkanlah hal itu. Yesus tetap percaya diri
di dalam Tuhan bahkan saat Dia tergantung di kayu salib dan mati dengan penuh hinaan
dan ditinggalkan.
Kalau Yesus saja yang sudah dibangkitkan dari kematian dan yang duduk di sebelah kanan Allah, percaya bahwa kesejahteraannya di tangan BapaNya, tidakkah kita juga percaya kepada Dia? (Lukas 24: 7 & Kisah 2: 24).
Tuhan saja memelihara dan mendandani rumput di ladang, apalagi kamu biji
mataNya. Percayalah sepenuhnya kepada Dia!
Hak cipta Jacqueline J. Overpeck,
diterjemahkan dari Cbn.com