Perban dan Plester Kotor, Cara Mengalami Kesembuhan Emosional
Kalangan Sendiri

Perban dan Plester Kotor, Cara Mengalami Kesembuhan Emosional

Puji Astuti Official Writer
      3662

Mazmur 147 : 3

Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 11-12

Dia memakainya seperti medali kehormatan. Medali atas keberanian dan kegagahannya menghadapi pertempuran yang sangat penting bagi seorang anak berumur 7 tahun. Dia, telah menaklukan beberapa tantangan atau menunjukkan tindakan tanpa rasa takut ketika bermain di luar rumah. Sayangnya, dengan semua keberaniannya itu, lutut dan kaki yang terluka menjadi hal yang tak terhindarkan.

Anakku yang paling kecil, Curt, duduk di depanku di dekat kran air karena aku sedang membersihkan lukanya. “Darah… benar-benar darah!” Matanya yang berwarna coklat bersinar sambil menatap dalam-dalam dengan wajah yang kotor dan suram, menunjukkan wajah kekanakan yang bahagia melihat cairan berwarna merah itu. Ia meringis sebentar karena sakit menggantikan senyum lebarnya, hal ini menunjukkan betapa pentingnya kejadian itu baginya.

“Keren!” wajahnya menunjukkan rasa puas.

Sekalipun melalui rasa sakit, rasa bangganya muncul. Tentu, dia merasa sakit – tetapi itu terasa menyenangkan! Dalam pikirannya, kejadian itu sangat istimewa!

Saya siap-siap menyuruhnya pergi setelah membersihkan lukanya ketika dia tiba-tiba berhenti dan menyadari bahwa ayahnya belum memberikan penghargaan sepenuhnya. Dengan bibir bergetar, dia mengingatkanku bahwa dia perlu diperban – pengakuan atas konflik yang dialaminya, pengingat penaklukannya, dan pusat pembicaraan untuk semua teman-temannya.

Luka di lutut dan mata kakinya adalah beberapa goresan sepanjang tiga inchi dari lutut hingga kaki. Sebuah plester sepanjang satu inchi yang biasanya menutup luka tidak akan cukup lukanya itu. Setelah mencari di lemari kamar mandi, saya menemukan plester lebar sebesar dua setengah inchi. “Terlalu besar,” pikirku. Ini perban yang terlalu besar untuk luka kecil itu. Tetapi karena tidak ada yang lain, maka aku gunakan itu.

Setelah beberapa waktu ragu mau pakai yang mana, aku akhirnya mengambil sedikit saleb antibiotic dan mengoleskannya di luka putraku. Aku lalu memotong plaster dua potong dan memasang perban di kakinya.

Akhirnya! Sekarang dia bisa santai dan menikmati betapa kerennya medali kehormatan itu nantinya. Setelah berlari ke halaman, dia sudah berjalan tegap dan lebih tinggi dari sebelumnya. Kepercayaan diri memancar darinya.

Dua hari kemudian, setelah menghindari mandi terlalu lama, ini saatnya bagiku untuk membuka perbannya yang kini tampak kotor. Saat air mandi mulai terisi, aku mendudukkan Curt dan mulai membuka plesternya pelan-pelan. Di luar perbannya terlihat kotor setelah melewati dua hari di taman bermain sekolah dan waktu bermain sore. Di dalam hanya dua titik berwarna pink yang tertinggal di kakinya. Setelah mandi, bahkan warna pink itu menghilang.

Saya berdiri di kamar mandi dan tertawa kecil melihat kotornya perban itu, dan mengingat segala upaya untuk menutup luka itu. Di saat itulah aku merasa Tuhan mengingatkanku akan rasa geliku itu, “begitulah umat-Ku memperlakukan luka di hati mereka.”

Saat itu, aku mulai menangkap sekilas sudut pandang Tuhan pada luka kecil, singgungan kecil dan hubungannya dengan kesedihan yang dialami anak-anak-Nya.  Aku bisa merasakan frustrasi-Nya ketika mengobati luka, goresan dan memar kecil umat-Nya  seperti hal itu adalah sesuatu yang besar, suatu luka menganga yang mematikan.

Kita merasa benar saat menuntut perban dan plester untuk luka kecil di jiwa kita. Setelah berhari-hari memamerkan “medali kehormatan” kita, kemudian kita menyadari betapa kotor pembenaran diri kita jadinya. Untuk mandi dalam pengampunan Tuhan dan dibersihkan, perban kita yang kotor harus dibuang.

Dalam waktu sekejab, aku mengerti strategi kesembuhan dari Firman Tuhan bagi mereka yang mengalami luka dalam jiwa mereka:

Pertahankan pandangan penuh kasih karunia! Luka di jiwa sama nyatanya dengan luka pada tubuh. Kebohongan, pengkhianatan, fitnah, keegoisan, penganiayaan secara verbal dan emosi, salah paham – apapun sebabnya, luka ini menusuk dalam dan meninggalkan dampak lama dan mendalam bagi orang percaya.

Saya yakin kamu juga pernah menjadi target kekejaman dan kekerasan rohani seperti saya. Langkah pertama untuk menang dan kesembuhan jiwa dan rohmu adalah menyadari bahwa Yesus penyembuh luka emosionalmu, sama seperti Dia adalah penyembuh tubuhmu. Kesembuhan dari-Nya hanya bisa kita terima melalui iman, jadi satu-satunya “tindakan,” ketika kita terluka, adalah percaya – menerima kuasa kesembuhan dari-Nya dengan iman.

Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur." Mazmur 107:20.

Tidak ada sesuatu yang kamu alami yang sangat pribadi atau unik; hal itu dialami juga oleh anggota tubuh Kristus lainnya (lihat 1 Petrus 5:9).

Jaga akuntabilitas! Kunci untuk kesembuhan terletak pada berbagi kebutuhan, memperluas lingkaran kepercayaan.

Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Yakobus 5:14,16

Jangan merendahkan atau meremehkan rasa sakit atau luka emosional. Bagikan kepada teman terpercaya atau pelayan Tuhan, dan minta doa kesembuhan seperti yang sudah dijanjikan bagi gereja local. Dengan mengutarakan rasa sakit, kita membantu melihatnya dari sudut pandang yang sehat atas masalah kehidupan. Terus memuji Tuhan sampai sukacita menang! Kuasa dan kemegahan pujian dan penyembahan membantu menghilangkan luka dan meninggikan Si Penyembuh! Mantan pendeta saya berkata, “Penyembahan membangun hubungan antara Tuhan dan manusia.” Karenanya, tindakan “membawa rasa sedih kita” membantu melepaskan “minyak sukacita untuk kelegaan.”

Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. Amsal 15:13

Dengan menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan doa kita, kita akan bisa mengatasi rasa sakit dan luka jiwa kita. Seperti Curt mendapati lukanya sudah sembuh, ketika kita membuka perban dan plester yang kotor dari rasa sakit emosional kita, dan membersihkan area yang terluka kita akan bisa merasakan kesembuhan dengan kasih karunia dari Yesus Kristus. Semoga Tuhan memberikan kamu keberanian untuk mengambil janji kebebasan dari-Nya!

Hak cipta © 2001 Kevin Nuber, digunakan dengan izin.                         

Ikuti Kami