Mazmur 147 : 3
Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;
Bacaan
Alkitab Setahun Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 11-12
Dia memakainya seperti
medali kehormatan. Medali atas keberanian dan kegagahannya menghadapi
pertempuran yang sangat penting bagi seorang anak berumur 7 tahun. Dia, telah
menaklukan beberapa tantangan atau menunjukkan tindakan tanpa rasa takut ketika
bermain di luar rumah. Sayangnya, dengan semua keberaniannya itu, lutut dan
kaki yang terluka menjadi hal yang tak terhindarkan.
Anakku yang paling
kecil, Curt, duduk di depanku di dekat kran air karena aku sedang membersihkan
lukanya. “Darah… benar-benar darah!” Matanya yang berwarna coklat bersinar
sambil menatap dalam-dalam dengan wajah yang kotor dan suram, menunjukkan wajah
kekanakan yang bahagia melihat cairan berwarna merah itu. Ia meringis sebentar
karena sakit menggantikan senyum lebarnya, hal ini menunjukkan betapa
pentingnya kejadian itu baginya.
“Keren!” wajahnya
menunjukkan rasa puas.
Sekalipun melalui rasa
sakit, rasa bangganya muncul. Tentu, dia merasa sakit – tetapi itu terasa
menyenangkan! Dalam pikirannya, kejadian itu sangat istimewa!
Saya siap-siap
menyuruhnya pergi setelah membersihkan lukanya ketika dia tiba-tiba berhenti
dan menyadari bahwa ayahnya belum memberikan penghargaan sepenuhnya. Dengan
bibir bergetar, dia mengingatkanku bahwa dia perlu diperban – pengakuan atas konflik
yang dialaminya, pengingat penaklukannya, dan pusat pembicaraan untuk semua
teman-temannya.
Luka di lutut dan mata
kakinya adalah beberapa goresan sepanjang tiga inchi dari lutut hingga kaki.
Sebuah plester sepanjang satu inchi yang biasanya menutup luka tidak akan cukup
lukanya itu. Setelah mencari di lemari kamar mandi, saya menemukan plester
lebar sebesar dua setengah inchi. “Terlalu besar,” pikirku. Ini perban yang
terlalu besar untuk luka kecil itu. Tetapi karena tidak ada yang lain, maka aku
gunakan itu.
Setelah beberapa waktu
ragu mau pakai yang mana, aku akhirnya mengambil sedikit saleb antibiotic dan
mengoleskannya di luka putraku. Aku lalu memotong plaster dua potong dan
memasang perban di kakinya.
Akhirnya! Sekarang dia
bisa santai dan menikmati betapa kerennya medali kehormatan itu nantinya.
Setelah berlari ke halaman, dia sudah berjalan tegap dan lebih tinggi dari
sebelumnya. Kepercayaan diri memancar darinya.
Dua hari kemudian,
setelah menghindari mandi terlalu lama, ini saatnya bagiku untuk membuka
perbannya yang kini tampak kotor. Saat air mandi mulai terisi, aku mendudukkan
Curt dan mulai membuka plesternya pelan-pelan. Di luar perbannya terlihat kotor
setelah melewati dua hari di taman bermain sekolah dan waktu bermain sore. Di
dalam hanya dua titik berwarna pink yang tertinggal di kakinya. Setelah mandi,
bahkan warna pink itu menghilang.
Saya berdiri di kamar
mandi dan tertawa kecil melihat kotornya perban itu, dan mengingat segala upaya
untuk menutup luka itu. Di saat itulah aku merasa Tuhan mengingatkanku akan
rasa geliku itu, “begitulah umat-Ku memperlakukan luka di hati mereka.”
Saat itu, aku mulai
menangkap sekilas sudut pandang Tuhan pada luka kecil, singgungan kecil dan hubungannya
dengan kesedihan yang dialami anak-anak-Nya.
Aku bisa merasakan frustrasi-Nya ketika mengobati luka, goresan dan memar
kecil umat-Nya seperti hal itu adalah
sesuatu yang besar, suatu luka menganga yang mematikan.
Kita merasa benar saat
menuntut perban dan plester untuk luka kecil di jiwa kita. Setelah berhari-hari
memamerkan “medali kehormatan” kita, kemudian kita menyadari betapa kotor
pembenaran diri kita jadinya. Untuk mandi dalam pengampunan Tuhan dan
dibersihkan, perban kita yang kotor harus dibuang.
Dalam waktu sekejab,
aku mengerti strategi kesembuhan dari Firman Tuhan bagi mereka yang mengalami
luka dalam jiwa mereka:
Pertahankan pandangan
penuh kasih karunia! Luka di jiwa sama nyatanya dengan luka pada tubuh.
Kebohongan, pengkhianatan, fitnah, keegoisan, penganiayaan secara verbal dan
emosi, salah paham – apapun sebabnya, luka ini menusuk dalam dan meninggalkan
dampak lama dan mendalam bagi orang percaya.
Saya yakin kamu juga
pernah menjadi target kekejaman dan kekerasan rohani seperti saya. Langkah
pertama untuk menang dan kesembuhan jiwa dan rohmu adalah menyadari bahwa Yesus
penyembuh luka emosionalmu, sama seperti Dia adalah penyembuh tubuhmu.
Kesembuhan dari-Nya hanya bisa kita terima melalui iman, jadi satu-satunya “tindakan,”
ketika kita terluka, adalah percaya – menerima kuasa kesembuhan dari-Nya dengan iman.
“Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur." Mazmur 107:20.
Tidak
ada sesuatu yang kamu alami yang sangat pribadi atau unik; hal itu dialami juga oleh anggota tubuh Kristus lainnya (lihat 1 Petrus 5:9).
Jaga
akuntabilitas! Kunci untuk kesembuhan terletak pada berbagi kebutuhan, memperluas lingkaran kepercayaan.
Kalau ada
seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat,
supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya
kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Yakobus 5:14,16
Jangan
merendahkan atau meremehkan rasa sakit atau luka emosional. Bagikan kepada
teman terpercaya atau pelayan Tuhan, dan minta doa kesembuhan seperti yang
sudah dijanjikan bagi gereja local. Dengan mengutarakan rasa sakit, kita
membantu melihatnya dari sudut pandang yang sehat atas masalah kehidupan. Terus
memuji Tuhan sampai sukacita menang! Kuasa dan kemegahan pujian dan penyembahan
membantu menghilangkan luka dan meninggikan Si Penyembuh! Mantan pendeta saya
berkata, “Penyembahan membangun hubungan antara Tuhan dan manusia.” Karenanya,
tindakan “membawa rasa sedih kita” membantu melepaskan “minyak sukacita untuk kelegaan.”
Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. Amsal 15:13
Dengan
menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan doa kita, kita akan bisa mengatasi
rasa sakit dan luka jiwa kita. Seperti Curt mendapati lukanya sudah sembuh,
ketika kita membuka perban dan plester yang kotor dari rasa sakit emosional
kita, dan membersihkan area yang terluka kita akan bisa merasakan kesembuhan
dengan kasih karunia dari Yesus Kristus. Semoga Tuhan memberikan kamu
keberanian untuk mengambil janji kebebasan dari-Nya!
Hak cipta © 2001 Kevin Nuber, digunakan dengan
izin.