“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh
kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang
lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
Kisah Para Rasul 20:35
Bacaan setahun: Mazmur 24; Matius 24; Yesaya 5-6
Kita pasti pernah mencoba suatu hal berkali-kali, tapi
tidak merasakan hasil yang diinginkan. Minggu siang beberapa bulan lalu,
setelah mencoba dan terus mencoba, akhirnya saya berada pada titik putus asa.
Kondisi keuangan saya tidak bisa dikatakan baik. Kendati demikian, Tuhan itu selalu setia, dan ada untuk kita, jadi kenapa kita harus merasa putus asa?
Saya sekeluarga ingin menjual
rumah yang kini kami tinggali,
tapi ada banyak hal yang perlu dibenahi dari rumah kami ini. Mulai dari atap
dan dinding yang sudah mulai retak dan perlu dicat baru, talang air yang perlu dibetulkan, kebun yang berantakan, dan masih banyak lagi hal yang perlu diperbaiki di rumah.
Dalam pergumulan tersebut, tiba-tiba telepon
rumah kami berdering. Siapa sangka kalau ternyata inilah saat dimana Tuhan
mengubah putus asa yang kami rasakan menjadi sebuah harapan. Ada seorang wanita
yang dengan cerianya ia bertanya, "Kami sedang berada dalam sebuah
kelompok kecil sekarang, dan kami bertanya-tanya apakah kamu membutuhkan
bantuan untuk perbaikan rumahmu? Kami dengar rumahmu akan segera dijual."
Saya takjub, tersenyum dan mengatakan kalau saya senang menyambut kegiatan tersebut.
Beberapa minggu kemudian, hari Sabtu,
berkumpullah sekitar 18-19 orang dari berbagai usia mendatangi rumah kami.
Mereka siap menyingsingkan lengan baju dan mulai memperbaiki rumah kami. Para
tetangga mulai berdatangan, bertanya-tanya siapakah orang-orang yang mendatangi rumah kami ini.
Jujur, saat itu saya merasa tidak percaya
sekaligus bersyukur atas setiap kebaikan yang mereka lakukan. Pak pendeta dan
istrinya, serta beberapa anak muda menanami kebun kami dengan bunga dan
tumbuh-tumbuhan hijau. Ada pula pria yang bernama Paul yang membantu kami memangkas semak-semak, mencabuti rumput, dan membersihkan kebun kami.
Ada 5 orang yang mengerjakan gudang untuk dicat
ulang. Marvin dan beberapa orang temannya membetulkan saluran air. Kemudian, soal atap dan dinding, ada Pete yang telah menjadikannya nampak baru.
Bahkan pendeta yang membantu kami ikut
membersihkan atap rumah sekaligus mengelap jendela-jendela yang kotor. Percaya
deh, pekerjaan mereka jauh lebih banyak dan lama dibandingkan apa yang saya tulis di atas.
Sekitar pukul 2, rumah kami nampak sangat
berbeda, begitu pula seisi hati saya. Bukan hanya mengenai jendela yang baru
saja selesai dicat oleh Leon, atau kebun yang kini dihiasi dengan berbagai
bunga dan tumbuhan hasil tangan Ibu Pendeta, melainkan hati saya juga ikut
dibenahi oleh mereka. Setiap kasih yang mau membantu, tindakan tanpa pamrih dan tidak egois dari mereka ini telah berhasil menyentuh hati saya.
Saya tidak bisa mengungkapkan betapa 6 jam yang
kami habiskan bersama ini sangat mengubahkan kehidupan saya. Dari sini saya
menyadari kalau kita tidak pernah sekalipun sendirian dalam setiap perjuangan
yang dihadapi. Tuhan telah mengutus mereka yang siap mengasihi dan menunjukkan
jalan kepada kita kalau Tuhanlah yang masih memegang kendali dan peduli tentang beban kehidupan kita.
Mungkin ada seorang ibu tunggal maupun orang
tua yang hadir ditengah-tengah kehidupan kita yang dapat memberikan kita
dorongan untuk terus bersemangat. Pertolongan berupa tindakan seringkali jauh lebih berdampak dibandingkan hanya sekedar ucapan.
Ada banyak orang diluar sana, mereka yang duduk
di kursi yang sama saat kita duduk di gereja, yang mungkin membutuhkan sapaan
dari kita meskipun itu hanya sekedar ucapan 'Hi' atau 'Bye'.Sebagai ucapan terima kasih dari
kelompok kecil yang telah memberkati keluarga kami, saya mendengar kalau mereka
juga telah bersenang-senang saat mengerjakan setiap detail rumah kami.
Memberi adalah sebuah anugerah Tuhan, sebab merekalah yang menerima lebih banyak akan memberi lebih banyak.
Hak cipta © Ruth Kastberg, digunakan dengan izin.