Sukacita Tuhan Adalah Sumber Kekuatan, Jangan Sampai Kamu Kehilangannya
Kalangan Sendiri

Sukacita Tuhan Adalah Sumber Kekuatan, Jangan Sampai Kamu Kehilangannya

Lori Official Writer
      19691

Nehemia 8: 10

Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 24; Matius 24; Yesaya 5-6

Belakangan ini, aku menghabiskan beberapa hari tanpa kegembiraan, hari di mana sukacita Tuhan tak lagi jadi kekuatanku. Kali ini aku menangis dan bahkan tak bisa tersenyum, apalagi tertawa. Kondisinya berubah dan aku tak lagi bisa bahagia. Kamu mungkin pernah mengalami masa seperti ini.

Orang Kristen sering mengutip bagian terakhir dari kitab Nehemia 8: 10, “Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!”

Ayat ini menyampaikan pesan penting buat kita bahwa kekuatan kita bukan berasal dari sukacita kita sendiri tapi dari sukacitaNya. Meskipun aku terus mencari kesenanganku sendiri, aku tak akan bisa mendapatkan sukacita seperti yan dari Tuhan.

Di Alkitab, aku mencari ayat tentang apa yang Tuhan sampaikan soal sukacita. Aku menemukan banyak ayat yang berbicara tentang sukacita dan tawa. Aku membalai kembali kisah tentang Sara yang tertawa saat dia mendengar Tuhan mengatakan kalau dia akan punya anak (Kejadian 18). Tawa ini datang dari ketidakpercayaannya, semacam tawa karena keraguan. Aku sudah mengalami tawa seperti ini sebagai tempat untuk menyembunyikan perasaanku. Syukurlah, Tuhan tidak meninggalkan Sara di sana tetapi memberinya anak yang dijanjikanNya. Kita bisa membayangkan sukacita yang harus dia miliki saat janji itu menjadi kenyataan! Tuhanlah yang menjanjikannya. Dalam pikiranku, aku bisa membayangkan dia tertawa lagi, tapi kali ini dengan sukacita yang nyata.

Raja Daud tak selalu mengalami sukacita. Banyak ayat di dalam kitab Mazmur berisi tentang momen Raja Daud berseru di hadapan Tuhan. Tapi Daud mendapati kalau hadirat Tuhanlah yang memenuhinya dengan sukacita. Sukacita tak ditemukan dalam dirinya sendiri tapi di dalam Tuhan saja.

“Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram..” (Mazmur 16: 9)

Kita semua punya masa dimana kita diberikan kemampuan untuk tertawa di tengah masalah. Aku ingat saat-saat dalam hidupku saat tertawa bisa menenangkan momen yang kacau. Suatu kali, waktu aku dan keluargaku berkemah di pantai, badai tiba-tiba datang disertai dengan hujan. Perkemahan yang kami pilih akhirnya rata. Beberapa peserta kemah menyarankan supaya kami harus menggali parit di sekitar tenda kami untuk mencegah hujan turun. Satu-satunya shovel yang tersedia adalah mainan anak-anak kami.

Betapa indahnya kami, empat orang dewasa menggali sekitar tenda di bawah hujan dengan sekop mainan. Di tengah hujan deras, kami semua mulai tertawa. Tuhan sudah memberi kita kemampuan untuk melihat situasi dengan sedikit humor.

Kamu akan hidup dalam sukacita dan damai sejahtera. Gunung-gunung dan bukit-bukit akan meledak menjadi nyanyian, dan pohon-pohon di ladang akan bertepuk tangan (Yesaya 55: 12).

Sukacita bahkan merupakan salah satu buah dari Roh. Itu bukan sesuatu yang kita lakukan, tapi sesuatu yang bisa kita minya untuk diberikan. Ini adalah anugerah Tuhan bagi kita. Aku tentunya butuh karunia ini, untuk memiliki sukacita Tuhan dalam hidupku. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Galatia 5: 22-23)

Sukacita bisa bersinar lewat kita kalau kita membiarkan Allah memiliki jalannya bersama kita. Aku harus akui, aku tak mmebiarkan sukacita Tuhan bersinar melaluiku. Aku bertekad untuk masuk ke hadirat Tuhan dan punya sukacita yang dipulihkan, bukan milikku sendiri.  Ada perbedaan. Aku mau mengingat kalau Tuhan bisa memulihkan kegembiraanku dan memberiku tawa. Aku mau hidup sebagaimana firman Tuhan mengatakan “dalam sukacita dan kedamaian”.

Semoga sukacitamu dan sukacitaku dipulihkan oleh Tuhan. Ingat, sukacita itu hanya ada di dalam Tuhan!

 

Hak cipta Kathy Schultz, diterjemahkan dari Cbn.com 

Ikuti Kami