Nehemia 8: 10
Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah
perlindunganmu!
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 24; Matius 24; Yesaya 5-6
Belakangan ini, aku menghabiskan beberapa hari tanpa kegembiraan,
hari di mana sukacita Tuhan tak lagi jadi kekuatanku. Kali ini aku menangis dan
bahkan tak bisa tersenyum, apalagi tertawa. Kondisinya berubah dan aku tak lagi bisa bahagia. Kamu mungkin pernah mengalami masa seperti ini.
Orang Kristen sering mengutip bagian terakhir dari kitab Nehemia
8: 10, “Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!”
Ayat ini menyampaikan pesan penting buat kita bahwa kekuatan kita
bukan berasal dari sukacita kita sendiri tapi dari sukacitaNya. Meskipun aku terus
mencari kesenanganku sendiri, aku tak akan bisa mendapatkan sukacita seperti yan dari Tuhan.
Di Alkitab, aku mencari ayat tentang apa yang Tuhan sampaikan
soal sukacita. Aku menemukan banyak ayat yang berbicara tentang sukacita dan
tawa. Aku membalai kembali kisah tentang Sara yang tertawa saat dia mendengar Tuhan
mengatakan kalau dia akan punya anak (Kejadian 18). Tawa ini datang dari ketidakpercayaannya,
semacam tawa karena keraguan. Aku sudah mengalami tawa seperti ini sebagai tempat
untuk menyembunyikan perasaanku. Syukurlah, Tuhan tidak meninggalkan Sara di
sana tetapi memberinya anak yang dijanjikanNya. Kita bisa membayangkan sukacita
yang harus dia miliki saat janji itu menjadi kenyataan! Tuhanlah yang menjanjikannya.
Dalam pikiranku, aku bisa membayangkan dia tertawa lagi, tapi kali ini dengan sukacita yang nyata.
Raja Daud tak selalu mengalami sukacita. Banyak ayat di dalam kitab Mazmur berisi tentang momen Raja Daud berseru di hadapan Tuhan. Tapi Daud mendapati kalau hadirat Tuhanlah yang memenuhinya dengan sukacita. Sukacita tak ditemukan dalam dirinya sendiri tapi di dalam Tuhan saja.
“Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram..” (Mazmur 16: 9)
Kita semua punya masa dimana kita diberikan kemampuan untuk
tertawa di tengah masalah. Aku ingat saat-saat dalam hidupku saat tertawa bisa
menenangkan momen yang kacau. Suatu kali, waktu aku dan keluargaku berkemah di pantai,
badai tiba-tiba datang disertai dengan hujan. Perkemahan yang kami pilih akhirnya
rata. Beberapa peserta kemah menyarankan supaya kami harus menggali parit di
sekitar tenda kami untuk mencegah hujan turun. Satu-satunya shovel yang tersedia adalah mainan anak-anak kami.
Betapa indahnya kami, empat orang dewasa menggali sekitar tenda
di bawah hujan dengan sekop mainan. Di tengah hujan deras, kami semua mulai
tertawa. Tuhan sudah memberi kita kemampuan untuk melihat situasi dengan sedikit humor.
Kamu akan hidup dalam sukacita dan damai sejahtera. Gunung-gunung
dan bukit-bukit akan meledak menjadi nyanyian, dan pohon-pohon di ladang akan bertepuk tangan (Yesaya 55: 12).
Sukacita bahkan merupakan salah satu buah dari Roh. Itu bukan
sesuatu yang kita lakukan, tapi sesuatu yang bisa kita minya untuk diberikan. Ini
adalah anugerah Tuhan bagi kita. Aku tentunya butuh karunia ini, untuk memiliki
sukacita Tuhan dalam hidupku. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Galatia 5: 22-23)
Sukacita bisa bersinar lewat kita kalau kita membiarkan Allah
memiliki jalannya bersama kita. Aku harus akui, aku tak mmebiarkan sukacita Tuhan
bersinar melaluiku. Aku bertekad untuk masuk ke hadirat Tuhan dan punya
sukacita yang dipulihkan, bukan milikku sendiri. Ada perbedaan. Aku mau mengingat kalau Tuhan bisa
memulihkan kegembiraanku dan memberiku tawa. Aku mau hidup sebagaimana firman Tuhan mengatakan “dalam sukacita dan kedamaian”.
Semoga sukacitamu dan sukacitaku dipulihkan oleh Tuhan. Ingat, sukacita itu hanya ada di dalam Tuhan!
Hak cipta Kathy Schultz, diterjemahkan dari Cbn.com