Lukas 22: 42
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 10; Matius 10; 2 Tawarikh 22
Di berita utama
hari-hari ini, kita belajar tentang tantangan yang sama terhadap kebebasan kita.
Ancaman teroris, gejolak ekonomi, dan perjuangan politik yang ada di dalam otak kita. Tapi bukankah hal ini selalu terjadi dalam sejarah bangsa kita?
Sejak awal kelahiran
Amerika, nenek moyang mereka melewati ujian kebebasan di tempat-tempat seperti
Bunker Hill dan Valley Forge. Tapi ada saja tes uji coba yang harus mereka lalui
supaya mencapai kebebasan itu. Soal Alamo, misalnya, pertempuran di New Orleans itu. Atau Gettyburg dan juga perang teror global terus dihadapi para pahlawan Amerika.
Ada tes yang
harus dilalui oleh setiap generasi untuk mencapai kebebasannya. Dan tes ini selalu
dihadapi setiap orang. Seorang perempuan, bernama Maria, selalu ingin menjadi warga
negara Amerika Serikat. Sayangnya, dia tak juga bisa melewati tes yang baik. Setelah
berdoa dengan orang-orang dari Cbn, Maria akhirnya lulus tes kebebasan dan menjadi warga negara AS.
Dulu ada seorang
anak laki-laki bernama Tommy yang cemerlang di usia dini. Dilahirkan dan dibesarkan
di daerah pedesaan, dia membaca semua buku ayahnya di usia 6 tahun dan selalu lapar
akan ilmu pengetahuan yang tak pernah terpecahkan. Dia harus menghadapi ujian kehidupan
berkali-kali. Tapi di usia 14 tahun, ayahnya meninggal dunia. Dia pun terpaksa mengambil alih peran sang ayah sebagai tulang punggung keluarga.
Terlepas dari
kondisi hidupnya, dia masuk ke perguruan tinggi di usia 17 tahun. Dia menjaga ibu
dan saudara-saudaranya. Di usia 24 tahun, Tommy lulus ujian pengacara dan menjadi
pengacara secara hukum. Saat dia berusia 27 tahun dan bekerja di luar kota, rumahnya
kebakaran. Dia kehilangan semua barang-barang berharganya, termasuk perpustakaan
yang berisi buku-buku kegemarannya. Belakangan, dia membangun kembali perpustakaan itu, memiliki karir yang sukses dan lulus ujian kebebasan.
Harriet Powers,
seorang wanita yang dibebaskan dari perbudakan setelah perang sipil, hidup dalam
keterbatasan dan berjuang untuk lulus ujian kebebasan. Dia menghidupi 9 anaknya
dengan bekerja sebagai penjahit selimut. Hanya sedikit perempuan kulit hitam yang
bisa menulis di masa itu. Tapi Harriet menceritakan kisah-kisah Alkitab dengan angka-angka
yang dijahit ke dalam panel-panel selimutnya. Saat melihat selimutnya, kita akan
melihat gambaran dari kisah-kisah terkemuka di dalam Alkitab. Dia lulus ujian kebebasan dan memimpin keluarganya di dunia yang benar-benar merdeka.
Tapi ujian kebebasan
terbesar terjadi di sebuah taman di Yerusalem. Tuhan Yesus melewati ujian kebebasan bagi seluruh umat manusia saat Dia menyerahkan diri kepada Bapa Surgawi.
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini
dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Lukas 22: 42
Dia malah mengorbankan
kebebasanNya demi kita, bahkan saat Dia mati di kayu salib. Karena itulah kita saat
ini memperoleh kebebasan di dalam Kristus, yaitu kehidupan kekal yang tak bisa diberikan
oleh manusia atau iblis sekalipun. Saat kita menerima Yesus sebagai juruslamat kita, kita pun akan mengalami kebebasan!
Tes kebebasan
adalah tes perorangan, yang harus kita lalui setiap hari. Perjuangan kita,
entah itu secara rohani, fisik atau finansial, tak akan pernah sia-sia. Sama seperti
kita memetik hasil dari mereka yang sudah lulus ujian, kita memberikan penghargaan atas ujian kita kepada mereka yang datang setelah kita.
Rasul Paulus
menulis, “Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.” (2 Tesalonika 3: 13)
Jadi, apakah
kamu sudah melewati ujian kebebasanmu? Kalau sudah, pastikan kamumemperolehnya hanya
dari Yesus saja. Setelah itu, jadilah orang yang melampaui batas seperti Harriet
Powers, si penjahit selimut dengan mengukir kisah-kisah Alkitab di atas kain selimutnya.
Atau seperti Maria, yang lulus ujian kebebasan dan menjadi warga negara Amerika
Serikat di usia 96 tahun. Tommy juga adalah salah satunya, dimana di usia 33 tahun sudah lulus ujian kebebasan.
Hak cipta Gene
Markland, diterjemahkan daro Cbn.com