Kehilangan Ibu Membuat Hatiku Kosong, Inilah Pelajaran Yang  Tuhan Berikan Untukku
Kalangan Sendiri

Kehilangan Ibu Membuat Hatiku Kosong, Inilah Pelajaran Yang Tuhan Berikan Untukku

Inta Official Writer
      3970

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan  apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

Yeremia 29:11

Bacaan Alkitab dalam setahun: Mazmur 135; 2 Korintus 8; 1 Tawarikh 5-7

Belakangan ini saya merasa tidak karuan. Saya tidak bisa menulis maupun berpikir dengan jernih. Waktu berlalu sangat cepat sejak satu tahun yang lalu Ibu mengalami stroke. Tidak lama setelahnya, akan menjadi satu tahun saat saya terpaksa menitipkan Ibu di panti jompo. Kemudian, akan menjadi satu tahun pertama sejak Ibu mengehembuskan napasnya untuk terakhir kalinya.

Ketiadaan sosok Ibu meninggalkan satu kekosongan dalam kehidupan saya. Hal ini membuat saya mengalami banyak keraguan dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya sudah mengasihi dan bersama Ibu dalam waktu yang cukup lama.

Rasanya seperti menggantungkan harapan dan mimpi di depan pintu, menantikan kapan tiba waktunya saya bisa menjemput Ibu saya kembali. Tidak pernah sekalipun saya menyesali waktu yang telah saya habiskan bersamanya. Dia membutuhkan saya, dan saya memerlukan hal tersebut untuk menjalani kehidupan saya.

Tuhan telah mengetahui apa yang saya butuhkan bahkan sebelum saya mengatakannya. Saya memohon kepada Tuhan untuk menunjukkan cara bagaimana bisa membantu Ibu saya. Tetapi Tuhan dengan jelas menunjukkan kepada saya kalau kalau semuanya tidak hanya tentang apa yang saya inginkan. Saya tahu kalau saya sangat menginginkan Ibu kembali. Saya merindukan saat-saat dimana Ibu menegur saya dan berkata untuk tidak mengatur-ngatur.

Momen-momen tersebut ada dalam kehidupan saya ketika saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Ketika saya berpikir dengan sangat keras dan merasa kalau ada kesedihan yang mendalam dalam diri saya, Tuhan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Tuhan memahami seberapa besar saya menderita. Dia juga tahu kalau rencanaNya jauh lebih baik daripada rencana siapapun. Ibu seringkali berkata, "Kalau saya istirahat juga nanti akan mendingan, kok." Kini, Ibu sudah mendapatkan waktu istrirahat yang sangat dia inginkan tersebut.

Tetapi disinilah saya, masih menerka-nerka harapan dan mimpi saya. Saya mendapati kalau sangat sulit bisa menjangkau mimpi dan harapan itu. Dibalik semuanya, dalam kesedihan saya, saya kerap mengingatkan dan mendorong diri saya kalau tidak apa-apa kalau harus sedih dan menangis, tetapi saya juga tidak bisa terpuruk seperti ini terus menerus.  

Saya absen menulis karena kehilangan Ibu saya. Kata-katanya masih terngiang-ngiang dalam telinga saya, "Bertahanlah, dan lakukan apa yang harus kita lakukan!" Rasanya, saya telah membiarkan diri saya sendiri dalam sebuah depresi yang cukup lama. Ibu telah menjalani kehidupan yang baik, dan seharusnya saya juga demikian.

Sikap saya ini seperti Ayub. Bukannya memandang kedepan, saya merasa kalau kehidupan yang lalu jauh lebih menyenangkan. Ada sebuah pintu yang telah terbuka dan saya harus melewatinya. Saya yakin kalau ini adalah hal yang diinginkan oleh Ibu saya.

Ibu saya merupakan orang yang selalu membaca setiap renungan harian yang pernah saya tulis. Dia adalah sosok yang selalu berkata, "Go for it!" sebagai penyemangat agar saya segera melakukan tugas-tugas saya.

Yeremia 29:14, "Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu."

Saya menikmati setiap waktu yang dihabiskan ketika merawatnya, dan saya tidak akan pernah menyesal atas setiap detik yang saya habiskan untuk itu. Kita tidak pernah tahu apa rencana yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Kita tidak tahu jalan yang mana yang akan membawa kita ke tujuan. Saya belajar tentang banyak hal selama menghabiskan waktu untuk merawat Ibu, dimana saya merasa kalau Tuhan menginginkan saya untuk terus belajar untuk bertumbuh. Saya merasa kalau kehidupan saya banyak berubah saat tersebut. Saya telah menjadi pribadi yang berbeda sekarang.

Ibu dan saya menghabiskan delapan bulan terakhir untuk membaca firman Tuhan. Tuhan mengetahui semua hal ini. Dia tahu kalau saya membutuh sosok Ibu lebih dari Ibu membutuhkan saya. Kehidupan saya telah diperkaya karena waktu yang telah dihabiskan bersamanya. Saya bersyukur atas setiap menit yang saya habiskan bersama tersebut. Saya juga merasa kalau setiap tulisan saya jauh lebih baik dari sebelumnya, saya yakin kalau Tuhan telah mengetahuinya juga.

Hak Cipta © 2012 Danni Andrew, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami