Mazmur 23: 1-6
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku… dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 26; Matius 26; 2 Raja-Raja 15-16
Saat sedang berkendara, istri saya melemparkan pertanyaan, "Pernahkah kamu berpikir soal bagaimana kamu akan mati?"
Saya berusaha untuk menghindari pertanyaannya tersebut. Pertama, karena saat itu bukanlah waktu yang kondusif untuk menjawab pertanyaan yang cukup dalam seperti itu. Kedua, karena suasana jalanan juga sedang tidak bersahabat.
Namun, seperti biasanya, saat istri saya mengutarakan pertanyaannya pada saya, berarti ada sesuatu di kepalanya, sehingga ia membutuhkan sebuah jawaban. Dalam kondisi tersebut, saya menjawab sekenanya.
Ketika berhenti di sebuah lampu merah, dia mengarahkan pandangannya pada saya, dan bertanya kembali, "Jadi, pernah nggak?"
Saya terdiam karena dari pengalaman sebelumnya, saya yakin betul bahwa ada sesuatu yang sedang istri saya ini pikirkan.
Setelah beberapa waktu, akhirnya istri saya menceritakan apa yang sebenarnya ada di kepalanya saat itu.
"Saya pikir, saya ingin mati seperti Ayahmu. Ia meninggal saat sedang membaca koran di halaman belakang sembari menikmati sarapan.
Tiba-tiba, dia terjatuh ke arah depan dengan wajah yang menubruk koran
yang menjadi bacaannya. Pada waktu yang sama pula, Ibumu sedang membawakan ia
secangkir kopi lainnya, namun tiba-tiba seekor merpati putih datang ke dapur dan merentangkan sayapnya berusaha untuk masuk.
Saat ia sedang pergi keluar untuk melihat merpati tersebut, betapa
terkejutnya ia melihat Ayah sudah tersungkur
di lantai. Ketika ia menatap ke arah atas, ia melihat seekor merpati putih yang terbang dengan pelan karena salah satu sayapnya telah patah.
Kejadian ini selalu membuat saya merinding setiap kali berkunjung ke rumah Ayah .”
Dan lagi, setelah membiarkan istri saya menjawab pertanyaannya sendiri, saya mendengarkan sebuah jawaban yang bisa direnungkan.
Saya ingat betul bagaimana Ayah diselamatkan setelah Ibu berdoa untuknya selama 25 tahun lamanya. Dia adalah seorang alkoholik yang memiliki sebuah usaha kayu. Dulu, ia juga cukup emosian. Ia sering meneriaki orang yang melakukan kesalahan saat bekerja. Meskipun begitu, Ibu tetap berdoa dan percaya. Dia tidak minta untuk bercerai sebab ia tahu kalau suaminya ini, suatu hari akan diselamatkan.
Di suatu malam ketika saya baru pulang dari kampus, saya memberitahu Ayah dengan sedikit ketakutan, bahwa saya takut kalau dia tidak akan pergi ke surga bersama dengan saya, Ibu dan adik-adik lainnya. Kami semua tentu akan merindukannya. Jawabannya sangat mengejutkan, "Kalau kamu takut kepadaku, ayo pergi ke kamar mandi sekarang dan selesaikan ini dengan Tuhan."
Ia pergi ke arah kamar mandi, sementara saya mengekor. Saya berlutut di sampingnya. Kemudian, Ayah minta Tuhan untuk memaafkannya dan memohon keselamatan jiwanya. Ia berdoa agar ia bisa terlepas dari kejahatan yang telah dilakukannya.
Saya bisa melihat ada air mata yang jatuh dari matanya. Saya punya Ayah yang lahir baru. Bukan lagi seorang monster yang punya usaha kayu. Mazmur 23 merupakan hadiah Ayah yang paling berharga.
Dia menuangkan semua minuman keras yang mahal dan membuangnya. Meskipun ia tetap harus melakukan tugas bisnis di bar, tetapi ia mulai meletakkan kalung salib di dadanya. Ia meminum cola, bukan lagi whiskey yang ia sukai.
Saat itu saya menyadari, bahwa saya punya Ayah yang baru. Dia masih punya banyak kekurangan, tetapi sejak kami bersama-sama ke kamar mandi di hari itu, dia datang kepada Tuhan untuk menghadirkanNya di tengah-tengah kehidupannya.
Tinggal dalam rumah Tuhan untuk selamanya merupakan hadiah yang akan
kita dapat saat menerima keselamatan dariNya.
Hak Cipta © 2019 Bob Segress Ph.D., digunakan dengan izin.