2
Timotius 1:13
Peganglah segala sesuatu yang
telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan
kasih dalam Kristus Yesus.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 49; Titus 3;
Yesaya 51-52
Diskusi dan debat bisa menjadi sebuah hal yang baik. Namun,
kadang ada saatnya untuk mengakhiri sebuah diskusi dan debat setelah
mendapatkan kesimpulan. Bahkan dalam kompetisi debat akademik sekalipun, satu
pihak pasti menang dan pihak lainnya pasti kalah.
Ahli strategi dalam sebuah diskusi atau debat tentu
menggunakan berbagai taktik untuk menyajikan argumen yang menyakinkan dan
dirancang untuk memenangkan sebuah perselisihan. Dimulai dengan pernyataan
pembuka hingga argumen penutup, dan para
debator yang berhasil berbaur dengan logika, humor dan hasrat orang-orang
akan mempengaruhi audiens dan biasanya
akan setuju dengan pandangan si debator
Dalam Kisah Para Rasul pasal 17, kita akan melihat bagaimana
Paulus di Atena yang berduka karena melihat kota itu penuh dengan penyembahan
berhala :
"Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat
sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung
berhala." (Kisah Para Rasul 17:16)
Lalu dia memutuskan untuk pergi ke pasar, setiap hari untuk
bertukar pikir dan berdebat dengan orang-orang yang dijumpainya, sampai
akhirnya orang-orang itu mendengarkan apa yang dikatakan oleh Paulus.
"Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang
tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan
atau mendengar segala sesuatu yang baru." (Kisah Para Rasul 17:21)
Seolah-olah dalam perdebatan akademis formal tersebut, Paulus
membela kebenaran Injil dengan hikmat, kecerdasannya, dan juga bakatnya.
Dia mulai membuka pembicaraan dengan logis dan mulai
menyakinkan mereka dari atas batu Areopagus dan berkata :
"...Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala
hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di
kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah
mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah
tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu." (KIS 17:22-23)
Dia mulai berdebat dan bertukar pikiran, mencari hal-hal baru
dengan menjelaskan siapa Allah yang sebenarnya.
"Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia,
yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan
tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia
kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala
sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah
menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya
mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia
tidak jauh dari kita masing-masing." (Kisah Para Rasul 17:24-27)
Setelah itu, dia menutup perdebatan itu dengan sebuah
pengulangan kata-kata yang sudah dimodifikasi dari poin utamanya :
"Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka
sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka
harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia
dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya,
sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan
membangkitkan Dia dari antara orang mati." (Kisah Para Rasul 17:30-31)
Ketika berhadapan dengan masyarakat kita sekarang, kita pun
harus melakukan hal yang sama atau
bahkan melebihi dari apa yang dilakukan oleh Paulus di Athena. Sebagai orang
yang mengerti kebenaran dan pembela iman, adalah tugas kita untuk menghadapi
masa ketidaktahuan dalam jaman sekarang ini dan memberitahu kan mereka, siapa itu Tuhan yang sebenarnya.
Mulailah dengan apa yang mudah dipahami mereka, kemudian sampaikanlah
soal Dia yang tidak dimengerti banyak orang, yaitu Yesus Kristus.
Hak Cipta © 2011 Sharon Norris Elliott, digunakan dengan izin.