Mazmur 16:8
Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 23; Matius 23; Yesaya 3-4
Pernahkah diantara kita yang lupa akan sesuatu? Saya pernah. Kadang, saya mendapati diri berdiri lama di dalam sebuah lift, bertanya-tanya kenapa tidak kunjung sampai di lantai yang saya tuju, dan ketika saya sadar, ternyata saya belum menekan tombol lantai tujuan saya.
Saya juga sering lupa menaruh barang. Nggak jarang lupa nama-nama orang yang ada di sekeliling saya. Kadang lupa kenapa saya pergi ke ruangan tertentu. Dan kalau nggak berhati-hati, saya juga lupa tanggal atau peristiwa penting. Kalau saja tidak ada sticky notes di depan komputer, mungkin saya juga akan lupa apa yang harus dikerjakan pada hari itu.
Beberapa tahun lalu, saya masih ingat, di bulan Agustus, saya menyadari betapa pentingnya sebuah pengingat bagi saya. Saat itu, saya pergi bekerja seperti biasanya, tapi hati kecil saya terus mengingatkan kalau ada sesuatu yang terlupa.
Setengah hari sudah saya meninggalkan rumah, saat sedang menata beberapa dokumen di meja kerja, saya menyadari kalau itu merupakan hari pertama anak saya sekolah. Saya lupa mengantarkannya. Saya sendiri terkejut dengan apa yang saya lewatkan.
Karena saya tidak mencatat informasi penting itu dan menempatkannya tepat di hadapan wajah saya, saya harus tahan dengan ejekan teman-teman saya. Mereka tertawa dengan sikap saya yang pelupa sambil bertanya soal apa yang saya pikirkan sampai lupa mengantar anak di hari pertamanya sekolah.
"Apa yang tidak terlihat, maka tidak ada dipikiran." Mungkin ini terdengar seperti ungkapan klise. Tetapi, ini terbukti benar dalam kasus saya.
Sayangnya, hal serupa juga sering kita alami dalam hubungan bersama Tuhan. Kalau kita nggak menempatkan Tuhan dalam tumpukan pekerjaan, kita sering lupa kalau Tuhan sedang bersama dengan kita. Kita lupa kalau tangan Tuhan salalu ada untuk membantu kita. Kita lupa kalau Tuhan adalah Tuhan. Dan karena sikap kita yang pelupa tersebut, berbagai masalah pun harus kita alami.
Daud menyadar kalau untuk menjadi pribadi yang tidak mudah goyah, kita harus sadar betul soal keberadaanm Tuhan. Dan ini adalah beberapa cara untuk mengingatkan bahwa Tuhan selalu ada di tengah-tengah kita.
1. Berkata dengan jujur pada Tuhan dan selalu biasakan untuk membangun sebuah percakapan dengan Tuhan
2 Merenungkan firman Tuhan
3. Menuliskan apa yang Tuhan pikirkan dan setiap doa yang kita sampaikan pada Tuhan (coba baca kitab Mazmur)
4. Menurunkan kisah-kisah Tuhan pada generasi selanjurnya
5 Menyembah Tuhan
6 Menyatakan kebaikan Tuhan
7. Membicarakan kebaikan Tuhan pada orang lain
8 Berdansa di hadapan Tuhan
9. Membuka mata dan hati kita pada Tuhan, meskipun kita sedang bekerja
10. Menenggelamkan diri kita pada kebenaran firman Tuhan
Sama seperti kita, kehidupan Raja Daud juga tidak mudah. Dia menghadapi badai kehidupan, harus bertemu dengan orang yang tidak percaya, menghadapi raksasa, harus menetapkan sebuah keputusan yang sulit, dan bergulat dengan batin yang sudah kacau.
Namun, karena dia mengenal Tuhan dan punya hubungan yang dekat denganNya, Daud bisa mempercayai Tuhan dengan segenap hatinya. Tuhan membuktikan dirinya kepada Daud berulang kali dan akan melakukan hal yang sama untuk kita.
Saya memang pelupa, Tuhan. Tetapi saya tidak ingin hal ini terjadi pada orang lain juga. Bantu saya untuk belajar dari Raja Daud yang bisa menempatkan Tuhan di depan segalanya. Saya yakin, kalau saya terus melakukan itu, saya tidak akan terguncang oleh kekhawatiran dan masalah hidup. Dengan menaruh Engkau di atas segala hal, saya akan ingat soal seberapa besar Engkau, Tuhan. Seberapa baik, dan seberapa banyak saya bisa bergantung pada Engkau. Terima kasih karena Tuhan sudah berada di sebelah kanan saya.
Katakan dalam hati, “Saya akan selalu mengutamakan Tuhan. Saya tak tergoyahkan ketika Dia ada di tangan kanan saya.”
Pertanyaannya: Apa hal yang bisa menggoyahkanmu? Bagaimana kamu bisa menempatkan Tuhan di posisi teratas sehingga kamu tidak lagi goyah? Apa metode yang bisa kita lakukan sehingga kita bisa menyadari bahwa Tuhan akan selalu ada di dalam kehidupan kita?
Pengabdian ini adalah kutipan dari The Power to Be, © 2018 Twila Belk. Digunakan atas izin BroadStreet Publishing.